52 Ayah Mertua Yang Baik 6

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ayah Xiaotu tersenyum, dan menepuk punggung Cheng Zhiyan dengan lembut. Lalu dengan suara lembut ia berkata: "Xiaotu bilang, setelah dia dewasa, dia akan menikah denganmu. Jika saat nya telah tiba, kamu harus bersikap baik kepadanya."

"..."

Cheng Zhiyan terkejut, dan menatap mata ayah Xiaotu. Cheng Zhiyan tidak ingin membahas itu.

Melihat orang-orang sudah berkumpul di ruang tamu, ibu Xiaotu segera pergi ke dapur, lalu memanggil keluarga Cheng Zhiyan untuk duduk sambil membawa makanan ke meja makan, "Kemari kemari, mari kita makan, ayo kita makan." 

Selama makan bersama, ayah Xiaotu selalu mengambilkan makanan untuk Cheng Zhiyan, sikapnya yang hangat itu sudah seperti memperlakukan Cheng Zhiyan sebagai menantunya sendiri.

Cheng Zhiyan melihat mangkuk di depannya sudah terisi penuh oleh daging hingga menyerupai gunung kecil. Cheng Zhiyan tak henti-hentinya mengucapkan: "Terima kasih paman, terima kasih paman, tidak perlu, sungguh-sungguh tidak perlu, terimakasih paman….."

Zhou Wei dan suaminya saling bertatap mata, lalu tersenyum sambil mengelus-elus kepala Cheng Zhiyan: "Kok terima kasih paman? Cepat ubah menjadi terima kasih ayah mertua."

"..."

Seketika Cheng Zhiyan seperti tersambar petir.

"Hahahaha, tidak masalah, sekarang panggil paman tidak apa-apa, tunggu nanti setelah menikah barulah panggil ayah mertua." Ayah Xiaotu mendengar hal itu langsung menjawabnya dengan gembira.

Seketika meja makan dikelilingi oleh keharmonisan, kecuali Cheng Zhiyan yang hanya terdiam.

Setelah makan malam waktu itu, ayah Xiaotu hanya beberapa hari saja di rumah, tiga hari setelah perayaan imlek, Ayah Xiaotu sudah harus kembali bertugas. 

Sebelum ayahnya pergi, mata Xiaotu memerah, tangannya memegang erat bagian bawah jaket yang dipakai sang ayah, dan tidak mengizinkannya pergi.

Ayah Xiaotu hanya terdiam menatap Xiaotu, lalu membungkukkan badannya dan dengan suara yang amat lembut berkata: "Xiaotu sayang, musim panas tahun ini ayah berhenti menjadi tentara, tunggu ayah berhenti menjadi tentara dan ayah bisa menemanimu bermain setiap hari, setuju?"

"Setuju.." Xiaotu menganggukan kepalanya sambil mengusap hidung dan matanya, dan dengan suara yang masih sesenggukan ia berkata: "Apakah ayah nantinya bisa hadir dalam pertemuan wali murid di sekolahku?"

"Bisa"

"Bisa menemani aku ikut pekan olahraga??"

"Bisa"

"Teman-temanku yang lain ditemani ayah mereka saat pekan olahraga..."

"Iya, aku tahu, Xiaotu sayang, tunggu musim panas tiba ya, ayah setiap hari akan mengantar jemputmu ke sekolah, setuju?" Ayah Xiaotu juga sedikit sedih, matanya mulai memerah. Ayah Xiaotu merasa waktu menemani tumbuhnya Xiaotu hanya sedikit.

Hanya saja, dia adalah laki-laki yang tingginya 180 cm, oleh karena itu dia tidak bisa ikut menangis seperti Xiaotu.

Ayah Xiaotu menundukkan kepalanya, lalu menarik nafas dalam-dalam dan mencium Xiaotu. Setelah itu, ayah Xiaotu berdiri, dan berjalan keluar.

"Huhuhu, ayah, jangan pergi…" Akhirnya tangisan Xiaotu pun pecah, kedua tangan kecilnya semakin erat menggenggam celana ayahnya, seperti benar-benar tidak ingin berpisah.

"Xiaotu.." Ayah Xiaotu terdiam menatap Xiaotu, dengan berat hati ia berkata, "Ayah harus pergi."

"Tidak boleh, ayah tidak boleh pergi…" Tangisan Xiaotu semakin menjadi-jadi, Xiaotu berteriak, seakan-akan pita suaranya hampir putus.

Ibu Xiaotu dan Ibu Cheng Zhiyan berdiri di sebelah Xiaotu, tangan Xiaotu benar-benar tak bisa dilepaskan dari celana Ayah Xiaotu.

Akhirnya, karena tidak ada cara lain, Ibu Cheng Zhiyan memalingkan wajahnya dan matanya langsung tertuju kepada Cheng Zhiyan yang berdiri di samping pintu dan menatap dengan serius. Tatapan ibu Cheng Zhiyan seakan-akan berarti:

Cepat bantu anak kecil yang kasihan ini!

avataravatar
Next chapter