webnovel

Aku Akan Selalu Menunggumu, Bunga!

Dulu waktu kita masih sekolah, dia begitu akrab denganku. Ketika aku butuh bantuan, ketika aku dibully, pati dia selalu menolongku. Aku kira kita hanya teman, tak kusangka ternyata dia melakukan itu semua karena dia mencintaiku. Sayangnya aku tak bisa menerima perasaannya. Pria itupun menghilang tanpa kabar. 5 tahun berlalu, sekarang kehidupanku semakin sulit berkat adikku, Lili. Karenanya, aku tidak akan bisa mengandung dan melahirkan bayi, dan sekarang aku kehilangan tunangan dan keluargaku! Tapi takdir macam apa ini? Di tengah kesulitanku, pria yang sudah lama menghilang itu muncul lagi! Dia memberikan bantuannya dan menyatakan cintanya kembali!? Apa yang harus aku lakukan?

cinderellamaniac · Teen
Not enough ratings
508 Chs

Cinta Kasih Seorang Ibu

Dia bahkan tidak melihat ada mobil yang datang dengan kecepatan tinggi. Ekspresi wajah Arnold berubah drastis, dan dia berteriak "Bibi, awas!"

Tapi Maria sama sekali tidak mendengarnya. Sebaliknya, Bunga, yang berada di pelukan Arnold, mendengar seruannya. Dia segera berbalik dan melihat sebuah mobil melaju kencang di kejauhan, dan pemandangan itu sama sekali tidak disadari oleh Maria. "Ibu!" Bunga langsung melompat keluar dari pelukan Arnold dan berseru ke arah Maria.

Ketika Maria mendengar seruannya, dia sedikit tersadar. Dia menoleh dengan hampa. Di matanya, hanya ada sosok orang yang dirindukannya begitu lama sedang berlari ke arahnya.

"Bibi."

Arnold bergegas menghampiri Maria, dan mobil yang menuju ke arah Maria juga langsung berhenti, dan Maria jatuh ke tanah.

Bunga juga menyerbu ke arahnya dengan gugup, dan segera bergegas menghampiri Maria, lalu melihat sekeliling dengan cemas. Maria memejamkan mata dan sepertinya jatuh pingsan. Bunga sangat khawatir melihatnya. Tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa, dia tidak tahu bagaimana harus memanggil Maria, dan dia tidak tahu bagaimana dia bisa mengungkapkan kekhawatirannya.

"Tidak apa-apa, Bibi hanya pingsan. Jangan khawatir, Bunga, kita akan mengantarkan Bibi ke rumah sakit." Bahkan di saat yang menegangkan seperti itu, Arnold masih memperhatikan emosi Bunga sepanjang waktu.

Bunga bangkit dari tanah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia berlari dan membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa. Pada saat ini, pengawal itu juga bergegas ke sisi Maria, mereka melihatnya pingsan di pelukan Arnold dan tampak khawatir.

"Tolong hubungi Alex dan Paman. Aku dan Bunga akan mengantar Bibi ke rumah sakit."

Pengawal itu juga bingung untuk sementara waktu, dan hanya bisa mendengarkan perintah Arnold, lalu menelepon Yosef Handoko dan Alex dengan cepat. Di tengah semua kekacauan itu, Bunga sama sekali tidak bisa berpikir. Prioritas utamanya adalah menyelamatkan wanita itu.

Arnold menggendong Maria ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit bersama Bunga. Di sepanjang jalan, Bunga tampak ketakutan, dan kekhawatiran terlihat di matanya. Dia menatap lengan Arnold dengan panik. Dia ingin mengulurkan tangan untuk melihat apa yang terjadi pada Maria, tapi tangannya berhenti di udara, dan akhirnya dia tidak melakukan apa pun.

Arnold menelepon rumah sakit di dalam perjalanan, sehingga begitu dia tiba di rumah sakit, ada perawat yang sudah menunggu kedatangan mereka. Dia membawa Maria ke ruang gawat darurat. Wajah Bunga tampak pucat, dan dia melangkah sambil berpegangan pada dinding. Kalau bukan karena bantuan dari Arnold, dia pasti akan benar-benar jatuh. Setelah menyerahkan wanita itu pada pihak rumah sakit, perasaan bersalah mulai menggerogoti dirinya.

"Bunga, kamu baik-baik saja?" Duduk di kursi di luar ruang gawat darurat, Arnold bertanya pada Bunga dengan lembut.

Hari ini, bagi Bunga, semua pasang surut dalam pengalaman hidupnya telah terungkap. Ibunya nyaris mengalami kecelakaan mobil karena ucapannya. Meski mobil itu sebenarnya tidak menabrak Maria, tapi Bunga masih menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya saja dia tidak berteriak seperti itu pada ibunya. Apakah dia benar-benar ibu kandungnya?

Pada saat ini, Arnold lebih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjaga Bunga dengan baik, dan membiarkan apa yang terjadi hari ini.

Bunga gemetar dalam pelukan Arnold, hari ini dia tidak kalah takutnya dengan Maria, dan hanya Arnold yang bisa memahaminya.

"Arnold, apa aku salah? Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Aku hanya tidak bisa menerima hal ini selama beberapa waktu. Sebenarnya, aku tahu semua itu benar, tapi aku belum bisa menerimanya."

Bunga mengatakan itu pada Arnold berulang kali, menatap ke ruang gawat darurat, seolah-olah hatinya telah mengikuti Maria masuk.

Pada saat ini, Arnold hanya bisa menahan Bunga dengan erat di pelukannya, mencoba menghibur Bunga dengan cara ini. Dia tidak tahu apakah Paman dan Alex akan menyalahkan Bunga setelah mereka datang. Kalau itu terjadi, itu bisa dimengerti, dan dia tetap orang luar bagi keluarga Handoyo. Dia tidak memiliki alasan yang adil dan jujur ​​untuk melindungi Bunga.

Jadi saat ini, Arnold sebenarnya ingin pergi bersama Bunga, tapi dia juga tahu kalau ini bukan yang terbaik untuk Bunga, jadi dia tinggal di sini untuk menemaninya menghadapi semuanya.

"Bunga, itu bukan salahmu. Siapa pun yang merasa terkejut pasti akan melakukan hal yang sama. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku tidak menangani semuanya dengan benar. Bunga, kamu boleh yakin bahwa apa pun yang terjadi, aku akan menghadapinya bersamamu."

"Jangan khawatir, Bibi Handoyo akan baik-baik saja. Dia hanya pingsan karena terkejut, dan sedih. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."

Arnold selalu berkata seperti itu kepada Bunga, mencoba untuk membiarkan Bunga rileks. Bagaimanapun, keluarga Handoyo berhutang pada Bunga selama bertahun-tahun. Dia yakin bahwa jika Alex dan Paman Handoyo datang, mereka tidak akan ragu untuk memperhatikan Bunga.

Tapi Bunga tidak berpikir seperti itu di dalam hatinya. Meskipun Arnold mengatakan banyak hal yang membuatnya merasa lega, dia masih menyalahkan dirinya sendiri, dan merasa bahwa Maria-lah yang melukainya dengan mempermainkan emosinya.

Saat ini dia menangis di pelukan Arnold, "Arnold, aku yang salah. Bahkan jika aku tidak bisa menerima hal-hal seperti itu, seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal yang mengerikan seperti itu. Saat itu ... Aku berada dalam kebingungan pikiranku. Itu sebabnya aku mengatakan itu, Arnold, aku tidak bermaksud begitu."

Tak berdaya, kesepian, ketakutan dan khawatir, semua itu terungkap di wajah Bunga. Dia tidak pernah berpikir bahwa dalam keadaan seperti itu, dia akan mengakui ibunya sendiri, dan dia tidak ingin ibunya sampai harus dirawat di rumah sakit.

Bunga menyesali ucapannya, dan berharap orang yang ditabrak mobil itu adalah dirinya sendiri, dan orang yang terbaring di dalam sana adalah dirinya sendiri.

"Arnold." Bunga tidak tahu harus berbuat apa sekarang, tapi hanya memeluk Arnold dan memanggil namanya berulang kali, seolah kepanikan di hatinya akan berkurang dengan melakukan itu.

"Tidak apa-apa, Bunga, semuanya akan baik-baik saja. Denganku di sini, aku akan selalu bersamamu." Arnold terus mengatakan hal-hal untuk membuat Bunga merasa nyaman.

Waktu berlalu sangat lama, sebelum akhirnya Yosef dan Alex tiba di rumah sakit, Maria didorong keluar dari ruang gawat darurat oleh dokter. Saat itu, Maria sudah tersadar.

"Dokter, bagaimana kondisinya?" ketika Bunga melihat dokter keluar, dia tidak memperhatikan ibunya, melainkan bergegas dengan cemas dan bertanya pada dokter di samping tempat tidur.

Melihat Bunga mengkhawatirkan dirinya sendiri seperti ini, ada semburan kehangatan di hatinya, seolah-olah ada sinar matahari yang menyinari tubuhnya di musim dingin, terlepas dari ketidaknyamanan di seluruh tubuhnya, senyum tipis merayap di wajahnya. Dia mengulurkan tangannya dan meraih jemari Bunga.

"Nona Bunga, jangan khawatir, Nyonya Handoyo hanya mengalami shock. Sekarang kondisinya sudah stabil, dan akan lebih baik kalau Anda bisa lebih tenang sedikit."

Setelah mendengarkan kata-kata dokter, Bunga merasa sangat lega. Barulah dia menyadari bahwa Maria memegangi tangannya. Kali ini, Bunga tidak melawannya. Setelah waktu yang lama, dia memegang tangan Maria dengan gemetar.

Melihat pemandangan seperti itu, Arnold merasa sangat lega, dan bersama dengan Bunga mengikuti Maria ke bangsal VIP.

Di dalam bangsal, Maria masih memegang erat tangan Bunga, dan Bunga juga memegang erat tangan Maria. Hal itu seperti cinta kasih seorang ibu. Bunga tidak pernah merasakannya selama ini. Tapi sekarang dia merasakannya.