webnovel

Tidak Punya Hati

Praang

  Raline memecahkan celengan itu hingga membuat Bian terkejut.

  "Ya ampun, Raline, bikin kaget aja," ucap Bian lalu dia duduk di lantai berhadapan dengan Raline.

  "Sorry," ucap Raline.

  "Kenapa dipecahin?" tanya Bian.

  "Kan, aku lagi butuh uang, Bian, uang di tabungan aku gak cukup, cuma ada dua belas juta, ditambah sama uang dari Pak Fandy tadi, masih kurang banyak," jawab Raline.

  "Sini aku bantu hitung uangnya," ucap Bian, dia dan Raline pun segera menghitung uang yang kini berserakan di lantai.

  "Masih kurang banyak, jangankan buat bayar semuanya, buat uang muka aja kurangnya masih banyak banget," ucap Raline dengan lirih.

  "Nih, kamu pake uang aku, belum aku cek ada berapa saldo di sini, kamu boleh pake semuanya," ucap Bian sambil memberikan kartu ATM miliknya kepada Raline.

  "Gak usah, Bian, kamu pasti perlu uang itu juga, aku bisa cari pinjaman sama orang lain," ucap Raline.

  "Kenapa pinjam sama orang lain, ini mungkin jumlahnya gak seberapa, tapi aku gak bakalan biarin kamu kesusahan sendirian, Raline," ucap Bian.

  "Bian, nanti aku bingung gimana gantinya sama kamu," ucap Raline.

  "Terus, apa bedanya kalau kamu pinjam sama orang lain? Kamu bisa balikin uang itu kapan aja, Niela," ucap Tian.

  "Tapi ...."

"Udah, jangan mikirin yang macem-macem, kamu bisa balikin kapan aja, yang terpenting sekarang, nyawa Om Farhan selamat," ucap Bian menyela ucapan Raline.

  "Terima kasih, Bian, aku pasti balikin uang ini secepatnya," ucap Raline.

  "Kan, aku udah bilang, jangan pikirin hal itu, sekarang kita mau pergi ke mana lagi?" tanya Bian.

  "Aku belum tau, aku bingung harus cari uang ke mana lagi," jawab Raline.

"Rupanya, ada yang sedang punya banyak uang, tapi gak mau kasih sama saya!" Raline dan Bian menoleh ke arah pintu saat mendengar suara seorang wanita yang amat mereka kenali. Raline dan Bian pun menghampiri wanita itu.

  "Ibu," ucap Raline wanita itu adalah Sarah yang baru saja kembali.

  "Sini uangnya, kenapa kamu menyembunyikan uang ini dari saya!" ucap Sarah sambil berusaha untuk merebut uang yang Raline pegang.

  "Jangan, Bu, ayah kecelakaan, keadaannya sedang kritis sekarang, ayah harus segera dioperasi, aku membutuhkan uang ini," ucap Raline.

  "Ya ampun, pria itu, kenapa harus kecelakaan segala, menyusahkan saja!" maki Sarah.

  "Ibu, kok ngomongnya begitu," ucap Raline.

  "Aku tidak peduli dengan pria tidak berguna itu, berikan uangnya kepadaku!" ucap Sarah lagi.

  "Jangan, Tante, itu uang tabungan aku sama Raline, lebih baik sekarang Tante ikut kami melihat keadaan Om Farhan di rumah sakit!" ucap Bian.

  "Wah, rupanya ada pahlawan kesiangan, kamu jangan ikut campur anak muda, kamu gak tau apa-apa," ucap Sarah.

  "Aku tau semuanya, Tante, itu sebabnya aku ada di sini untuk membantu Raline, aku juga tau Tante selalu memperlakukan Raline dengan sangat kejam, jadi untuk kali ini saja, aku mohon pengertian Tante, apa yang Raline lakukan juga demi kesembuhan suami, Tante," ucap Bian.

  "Anak muda, sudah aku katakan, kau tidak perlu ikut campur dengan urusanku, lagi pula, aku tidak akan mengambil semuanya," ucap Sarah lalu merebut uang yang dipegang oleh Raline.

  "Bu, jangan, itu uang untuk pengobatan ayah, itu pun masih kurang banyak," ucap Raline, namun Sarah tidak menghiraukan ucapan Raline, setelah mendapatkan uang yang dia inginkan, dia pun pergi.

  "Bu!" panggil Raline.

  "Udah, Raline, gak ada gunanya kamu panggil dia, dia emang perempuan gak punya hati, aku pasti bantu kamu," ucap Bian.

  "Iya, Bian, thank you," ucap Raline sambil menghapus air matanya yang mulai menetes.

  "Mau balik lagi ke rumah sakit?" tanya Bian.

  "Tapi, uangnya belum cukup," jawab Raline.

  "Ikut ke rumah aku dulu yuk!" ajak Bian.

  "Mau ngapain?" tanya Raline.

  "Udah, pokoknya ikut aja," jawab Bian sambil menarik lengan Raline, lalu dia mengajak Raline pergi ke rumahnya.

  "Jangan pikirin soal ibu kamu, pasti ada jalan keluar, Raline," ucap Bian, namun Raline hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan pria itu.

  "Loh, kalian kok udah pulang?" tanya Hanna saat melihat Raline dan Bian tiba di rumahnya, Hanna adalah ibunya Bian.

  "Kita gak kerja, Ma," jawab Bian, lalu dia dan Raline menyalami Hanna.

  "Kenapa gak kerja?" tanya Hanna dengan kening yang berkerut.

  "Om Farhan kecelakaan, makanya kita ke rumah sakit," jawab Bian.

  "Innalillahi, terus keadaan Mas Farhan gimana sekarang?" tanya Hanna.

  "Ayah kritis, Tante, harus segera dioperasi, tapi aku belum dapat uang untuk membayar pengobatan ayah," jawab Raline dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

  "Maa sya Allah," ucap Hanna lalu dia menarik Raline ke dalam dekapannya, dia sangat mengerti apa yang dirasakan oleh Raline saat ini.

  "Mas Ferdi pasti sembuh, kamu jangan sedih, sekarang kalian masuk dulu, sebentar lagi maghrib," ucap Hanna, lalu Bian dan Raline pun masuk ke rumah itu.

  "Sekarang Mas Farhan sama siapa di rumah sakit?" tanya Hanna.

  "Ayah sendiri, Tante, aku pulang cuma mau ambil uang, aku masih cari uang tambahan, secepatnya aku harus balik ke rumah sakit," jawab Raline.

  "Kok sendirian, emangnya Sarah ke mana?" tanya Hanna.

  "Dia kabur malah bawa uang buat pengobatan Om Farhan," jawab Bian.

  "Ya ampun, kenapa dia tega banget," ucap Hanna

  "Orang kayak gitu emang gak punya hati, Ma," ucap Bian.

  "Ya udah, biar nanti Bian yang antar kamu ke rumah sakit lagi, kamu makan dulu di sini ya, jangan sampai kamu juga sakit, Tante siapin makanannya dulu ya," ucap Hanna.

  "Terima kasih, Tante, gak usah repot-repot, aku gak lapar," ucap Raline.

  "Tante gak repot kok, Raline, lagian kamu kayak yang baru pertama kali aja ke sini," ucap Hanna, lalu dia segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

  Raline pun kembali melihat uang yang ada di dalam dompetnya, dengan berbagai macam pikiran buruk yang sangat dia takuti akan terjadi kepada ayahnya.

  "Raline!" panggil Bian.

  "Ya!" sahut Raline dengan lirih.

  "Aku tau, semuanya gak mudah buat kamu, tapi kamu harus yakin, ayah kamu pasti selamat," ucap Bian.

  "Iya, ayah pasti selamat," ucap Raline dengan air mata yang mulai menetes membasahi pipinya.

  "Kamu istirahat dulu sana di kamar, kamu juga pasti capek," ucap Bian.

  "Gak, Bian, aku bingung harus cari pinjaman uang ke mana lagi," ucap Raline lirih.

  "Besok aku bantu kamu lagi, nanti abis makan, kita ke rumah sakit, mungkin sekarang pihak rumah sakit mau menerima uang DP yang udah ada dulu." ucap Bian.