webnovel

Kecemasan Bian

"Terima kasih sudah membantu aku, Vika. Semoga kamu bisa secepatnya keluar dari tempat terkutuk ini," ucap Raline sambil memegang obat yang diberikan oleh Vika kepadanya.

  Raline pun cepat-cepat memasukkan obat itu ke dalam tasnya sebelum Kumara datang dan membuat semuanya berantakan. Benar saja, beberapa saat kemudian Kumara dan dua orang bodyguardnya masuk ke kamar itu.

  "Hmm ... sempurna, ikut aku sekarang!" perintah Kumara.

  "Ke mana?" tanya Raline dengan wajah yang mulai menegang.

  "Menemui pria yang sudah membayarmu, kau jangan mencoba untuk kabur karena dia sudah membayarmu dengan sangat mahal," jawab Kumara.

  "Aku gak mau, Mi," ucap Raline.

  "Diam, jangan banyak membantah, ingat ayahmu masih memerlukan biaya untuk pengobatan, kau harus menuruti semua perintahku jika ingin ayahmu selamat!" ucap Kumara lalu dia keluar lebih dulu dari kamar itu.

  "Bawa dia, jangan sampai dia kabur, atau aku yang akan melenyapkan kalian." ancam Kumara.

  "Oke, Mi," ucap mereka lalu dia membawa Raline sambil menarik lengan gadis itu.

  Mereka membawa Raline ke sebuah kamar, di sana sudah ada seorang pria berkulit gelap dengan tubuh tambun dia menatap Raline dengan tatapan laparnya seperti seekor singa jantan yang siap untuk menerkam singa betina.

"Mulus bukan?" tanya Kumara kepada pria itu.

"Ya semua barangmu tidak pernah mengecewakan," jawab pria itu.

"Jadi segera lunasi pembayarannya dan jangan lupa berikan dia tip yang banyak," ucap Kumara.

"Tenang saja, jika pekerjaan dia memuaskan aku akan memberikan dia tip yang sesuai dengan pekerjaan yang dia lakukan," ucap pria itu.

"Lakukan pekerjaanmu dengan baik," ucap Kumara kepada Raline.

***

Sore harinya, saat Daffa sudah menyelesaikan semua pekerjaan dia akan menemui Raline lagi, Daffa berpikir Raline masih berada di sana. Namun baru saja Daffa akan keluar dari ruangannya, Alvaro datang.

  "Kau mau ke mana?" tanya Alvaro.

  "Bukan urusanmu," jawab Daffa.

  "Whatever, kau mau ikut lagi denganku?" tanya Alvaro dengan alis yang terangkat dan senyuman jahil yang tersungging di sudut bibirnya.

  "Tidak, kau pasti akan mencari teman tidur lagi," jawab Daffa.

  "Bukankah, kau sudah merasakannya semalam, jadi bagaimana, nikmat atau tidak?" tanya Alvaro.

  "Berhenti membahas hal yang menjijikan seperti itu!" jawab Daffa dengan tatapan tajamnya lalu dia segera keluar dari ruangannya.

  "Sudah lah, hanya dia pria yang menolak diajak untuk bersenang-senang," ucap Felix lalu dia pun segera keluar dari ruangan Daffa.

   Beberapa menit kemudian, Daffa sudah berada di rumah sakit, dia langsung menuju ruangan Farhan untuk mencari Raline di sana, namun ternyata Raline tidak ada di ruangan itu, hanya ada perawat yang sedang mengganti cairan infus Farhan yang sudah hampir habis.

  "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya perawat itu.

  "Wanita yang selalu menemani pria ini pergi ke mana ya, Suster?" tanya Daffa.

  "Maksud Anda, Nona Raline?" tanya perawat itu.

  "Ya, dia," jawab Daffa.

  "Mungkin dia masih bekerja, Tuan," ucapan perawat itu membuat rahang Daffa mengeras seketika, dia sudah mengerti seperti apa bekerja yang dilakukan oleh Raline, pasti saat ini dia sedang bersama dengan pria lain.

  "Ada yang bisa saya bantu lagi, Tuan?" tanya perawat itu.

  "Anda tau dia bekerja di mana, maksud saya, apa Anda punya nomer ponsel Raline? Aku akan menghubungi dia langsung," jawab Daffa.

  "Ada, Tuan, karena Nona Raline selalu meminta tolong saya untuk mengawasi Tuan Farhan saat dia sedang pergi," ucap perawat itu.

  "Berikan aku nomer ponsel Raline," ucap Daffa.

  "Tapi, Tuan, saya tidak bisa ...."

  "Tolong lah, ini sangat penting," ucap Daffa menyela apa yang akan dikatakan oleh perawat itu, sambil memberikan uang kepada dia.

  "Keadaannya sangat darurat," ucap Daffa.

  "Baiklah, Tuan," ucap perawat itu lalu dia memberikan nomer ponsel Raline kepada Daffa.

  "Terima kasih," ucap Daffa lalu dia segera keluar dari ruangan Farhan bersamaan dengan Bian yang akan masuk ke sana, namun hanya Bian yang melihat Daffa keluar dari ruangan itu.

  "Suster, pria tadi siapa ya?" tanya Bian kepada suster yang masih berada di sana.

  "Saya tidak tau, Tuan, tadi pria itu hanya menanyakan di mana Nona Raline," jawab perawat.

  "Cari Raline?" tanya Bian dengan kening yang berkerut.

  "Ya," jawab perawat itu lalu dia keluar dari ruangan Farhan.

  "Siapa dia, dari penampilannya, dia bukan orang sembarangan, tapi kenapa dia cari, Raline?" tanya Bian dengan lirih.

  "Apa jangan-jangan Raline punya masalah sama dia itu sebabnya Raline keliatan beda banget dari kemarin," ucap Bian menerka-nerka dengan perasaan khawatir lalu Bian mengambil ponselnya untuk menghubungi Raline namun ponsel wanita itu terus menerus sibuk.

  "Ya ampun, Ra, kamu lagi telpon sama siapa sih?" tanya Bian dengan lirih, dia kembali memasukkan ponselnya.

  "Apa dia di rumahnya?" tanya Bian.

  "Bian, kenapa ngelamun?" tanya Hanna yang baru masuk ke ruangan Farhan dan melihat Bian hanya terdiam.

  "Aku mikirin Raline, Ma. Tadi ada laki-laki yang datang ke sini cari Raline, aku takut dia ada masalah sama laki-laki itu," ucap Bian.

  "Emangnya, dia kenapa sampe cari Raline?" tanya Hanna.

  "Aku juga gak tau, Ma. Tadi dia tanya sama suster, pas aku datang, dia pergi, aku khawatir banget sama Raline soalnya dari kemarin kan dia aneh banget, Ma, mana susah banget dihubungi," jawab Bian.

  "Kamu udah coba hubungi Raline lagi?" tanya Hanna.

  "Udah, Ma, tapi ponselnya sibuk terus, gak tau dia lagi telpon sama siapa," jawab Bian.

  "Mungkin Raline lagi sibuk cari pekerjaan, kamu kan tau Raline lagi butuh uang banyak," ucap Hanna.

  "Iya, Ma, aku susul aja ke rumahnya, sebentar lagi kan dia kerja ke cafe, siapa tau dia lagi siap-siap di sana," ucap Bian.

  "Iya, kamu hati-hati," ucap Hanna lalu Bian pun pergi untuk mencari Raline di rumahnya.

***

  Di sepanjang perjalanan, Daffa terus menghubungi Raline namun Raline tidak menjawab panggilan Daffa sama sekali, hal itu membuat Daffa terus mengumpat karena kesal. Lalu Daffa menghubungi Alvaro, mungkin dia tau di mana tempat orang yang kemarin membawa Raline.

  "Halo, kau di mana?" tanya Daffa setelah telpon tersambung.

  "Di jalan," jawab Alvaro.

  "Kau tau di mana tempat wanita itu tinggal?" tanya Daffa lagi.

  "Wanita yang mana?" tanya Alvaro dengan kening yang berkerut di ujung sana.

  "Wanita yang membawa gadis itu kepadaku," jawab Daffa.

  "Yang tidur denganmu semalam?" tanya Alvaro.