Waktunya jam istirahat! Ting...
"Baiklah semua penjelasan bapak sampai di sini, bapak permisi dulu, oh iya saka lain kali pr ya dikerjakan." Kata sang guru, sambil menyebutkan nama Saka lalu melangkah pergi dari kelas XI IPS II
"Noh, denger saka lain kali kerjakan PR ya!." Ucap Gara menirukan gaya bicara Guru Matematika tadi
"Bodo amat!." Ketus saka, bangkit dari duduknya
"Lu mau kemana sak?." Tanya Ronal, menghampiri saka
"Ke kantin lah, kemana lagi?." Jawab Saka
Hah? Kedua temannya itu membuat mimik wajah bingung mendengar ucapan Saka barusan.
"Wait?"
"Tumben bener lu pengen ke kantin."
"Ya Ronal dan Gara, gua pengen ke kantin lu berdua kenapa kaget gitu!." Saka memelankan nada bicaranya dengan menekan katanya juga.
"Kaget aja, kayak si saka ini jadi murid baru, bener gak Ron?."
"Bener gar, tumbenan banget lu pengen ke kantin, selama kita kenal lu, lu itu gak pernah ke kantin gua liat aja gak, paling lu sering di kelas atau tiba-tiba hilang."
Saka menatap kedua orang itu malas, apa seperti itukah mendeskripsikan seseorang? Tapi memang benar saka sangat jarang ke kantin, dulu pernah saka ke kantin waktu ada kegiatan MOS dulu satu kali itu saja.
"Dahlah, pengen gua traktir gak?."
Gara yang mendengarkan kata traktir, langsung mengedipkan matanya berulang kali seperti anak kecil yang minta susu.
"Nah yang kayak gini harus di terima hahaha." Ujar Gara dengan senyum konyol
"Kayak bocah lu."
"Heh Ron, kenapa lu yang sewot!.''
"Jadi di traktir gak?." Saka langsung melangkah pergi meninggalkan dua orang itu.
"Jadi lah, gua gak pengen sia-siakan kesempatan"
"Gua gak ikut, pengen jenguk gebetan." Ujar Ronal, malah meninggalkan saka dan Gara
"Di pikir itu gebetan ya sakit, sok ngejenguk!."
"Dah ayo."
"Ngeselin emang itu si Ronal."
Dret!...
"Bentar." Saka mengecek Handphonenya, ternyata ada yang mengirimkannya pesan.
"Kenapa sak?."
"Gua ada kesibukan mendadak, lu ke kantin sendiri aja." Ucap saka lalu memasukkan kembali Handphonenya ke saku celana
"Berarti gak jadi di traktir ini?."
"Gua ntar nyusul, nah duit buat lu." Saka langsung meninggalkan gara dengan memberi beberapa lembar uang
"Wow ini tiga ratus, buset si saka ngasih kebanyakan, tapi gak apakan namanya juga rezeki buat gua." Dengan senang gara melangkah pergi menuju kantin
Sedangkan dengan saka?
Dia berjalan menuju ke ruang OSIS, ternyata yang mengirim pesan tadi adalah Evans, yang menyuruh saka untuk datang ke ruangannya.
Sampainya di tempat ruang OSIS, saka membuka pintu lalu melangkah masuk, melihat Evans sedang duduk di kursi kepemimpinannya ternyata Evans tidak sendirian, ada tiga orang juga di ruang OSIS pribadi Evans.
"Kenapa?." Kata itu yang keluar langsung, Saka berjalan menghampiri Evans
Evans yang fokus ke bacaannya, mendengar suara itu Evans langsung menutup bukunya dan pengelihatannya beralih pada saka.
"Lu ngapain nyuruh gua kesini, katanya ada yang pengen lu omongin, kalo gitu cepet!." Ucap saka, sambil menaikkan kedua alisnya
"Tidak ada!."
Saka yang mendengar ucapan Evans itu, melototkan matanya, apa-apaan ini!
"Astaga, lu kalo gak ada kepentingan mendingan gak usah ngechat gua, terus nyuruh gua kesini!"
"Yang bodoh disini siapa?." Ujarnya
Saka mengalihkan pandangannya ke orang yang sepertinya mengejek dirinya.
"Apa?." Orang itu menatap datar saka, yang juga sedang menatap dirinya
"Apa lu bilang?."
"Bodoh."
"Coba lu bilang lagi!"
"Bodoh."
"Lagi!."
"Bodoh."
"Coba sekali lagi!."
"Lu itu bodoh."
"Coba ulangi!"
"Bodoh gak ketolong."
"Oh gua pikir lu bilang diri lu sendiri." Saka memberi tatapan datar pada orang yang mengatakan dirinya bodoh
"Gua pinter ya." Ucapnya tidak terima dengan perkataan Saka
Tiba-tiba ada yang membuka pintunya, pandangan mereka tertuju pada sosok sang kepala sekolah.
"Oh ada saka, kamu sedang apa disini saka apa mencari Evans?." Ucap Reagan sang kepala sekolah
"Lalu anda?." Saka bertanya kembali
"Hanya ingin mengunjungi adik saya, tidak di sangka ada kamu disini."
"Si Evans kan adiknya?."
"Hmmm iya." Balas Reagan sambil menampilkan senyum lembutnya
"Tolong ya pak, dia kan adik bapak maka dari itu sebaiknya dia harus dibawa ke rumah sakit jiwa."
Reagan yang di panggil dengan sebutan Bapak oleh saka, hanya mampu tersenyum paksa jika tidak mungkin lidah saka sudah di potong langsung, karena tidak sopan memanggilnya dengan sebutan Bapak, padahal dia baru berusia 23 Tahun.
"Memangnya adik saya Evans kenapa?." Ujar Reagan
"Ini ya dia nyuruh saya datang kesini melalui chat, pas saya sudah sampai kesini, saya bertanya kenapa, malah di jawab tidak ada kan namanya gila."
"Sudah tidak usah di pedulikan, saya akan berbicara dengan Evans dulu, jika ingin mengobrol dengan tiga orang itu silahkan saja."
Reagan melirik kearah Evans, sedangkan Evans langsung mengerti bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan keluar terlebih dulu.
"Baiklah saya permisi dulu." Ucap Reagan, lalu pergi meninggalkan keempat orang tersebut termasuk saka
"Lah maen pergi aja." Ujar saka
"Ehh lu Saka, kenalin gua Pranwin atau panggil aja Pran biar mudah, nah samping gua ini Ken terus di samping Ken si Louis namanya."
Orang yang di panggil Ken itu melambaikan tangannya, bermaksud berkenalan.
Lalu Louis hanya menganggukkan kepalanya, maksudnya sekedar menanggapi.
"Gua gak nanya." Saka pergi dari ruang itu, meninggalkan tiga orang itu.
"Jadi dia saka yang di sukai oleh Matthew ?." Ujar Louis menatap kepergian saka barusan
"Dari apa yang ku lihat, mungkin butuh waktu bagi Matthew untuk mendapatkan orang seperti saka." Sambung Ken
"Memangnya kenapa?." Pranwin malah mempertanyakan mengapa
"Di lihat dari sikapnya."
"Sepertinya cukup mudah menurut ku." Pranwin menanggapi ucapan dari Ken.
"Apa yang mudah?."
"Tinggal bilang aku cinta kamu, mudahkan pasti dia langsung tersipu."
"Tidak semudah itu bodoh!."
"Hei ken kau terlalu banyak berbicara tentang itu."
"Benar juga, I'm the one who always overreacts."
"Inilah terlalu sering melakukan penyelidikan."
"Pranwin, Silence is not important for you to speak!."
"Cih kalian berdua itu sangat menyebalkan, you two don't know just kidding." Cibir Pranwin
***
Beralih pada saka, dia lebih memilih kembali ke kelas malas untuk berjalan ke kantin lagi.
"Sepertinya mereka bertiga bukan asli dari negara ini, Evans dan Reagan itu seperti orang blasteran saja." Batin Saka
"Tapi sepertinya ada sesuatu yang tersembunyi, Evans aku harap kau tidak terperangkap dengan keinginan mu, karena aku tidak suka langsung menerimanya begitu saja." Guma Saka, lalu menggambar sesuatu di buku
Saka yang sedang sibuk menggambar, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Saka!."
Saka yang fokus pada gambarannya, mengalihkan tatapannya ke dua sosok yang saka kenal, yaitu Jekyl dan Lintang mereka menghampirinya.
"Saka gimana keadaan lu?." Tanya lintang
"Gua baik-baik aja, lu berdua ngapain kesini?." Balas Saka, lalu berhenti menggambar
"Pengen jenguk lu aja, itu apa yang lu gambar?." Ujar Jekyl
Yang saka gambar hanya bunga mawar, dengan di tambah gambaran ular yang tepat berada di tengah mawar itu.
"Wih bagus, cepet lu gambarnya gimana pake lambang kepemimpinan lu aja?." Lintang mengambil kertas yang bergambar itu
"Lambang?."
"Ya mawarnya warna merah atau hitam, terus ularnya warna putih atau hitam."
"Berbelit-belit lu ngomong nya." Ucap Jekyl
"Ntar gua pikirin."
"Oh ya nanti kita kumpul, kayak tempat biasa."
"Emang ada kepentingan?."
"Ada lah Lin ini si saka jarang ngumpul ama kita "
"Malem kan?."
"Iya sak, lu harus dateng awes lu bilang sibuk lagi."
"Hmm gua usahakan."
"Oh ya lu kenapa bisa deket ama si Evans, terus waktu balapan itu lu pergi kan, nah setelah itu lu kenapa, maksudnya bang Ganta ama bang nasta hubungin lu tapi gak nyambung." Ucap Lintang
"Evans, dua pertanyaan itu kehubung, yang pertama si Evans bertanggungjawab ke gua karena dia dah nabrak gua, padahal gua ya aja yang kurang perhatiin ke kiri dan kanan, kenapa gua gak bisa di hubungi, ya Hp gua di buang ama si Evans sama baju balapan gua juga, motor gua di bawa ke bengkel, gua nginep di apartemen Evans selama satu harian lebih lah." Jelas saka
Sedangkan dua orang itu mengangguk-angguk mengerti dengan penjelasan saka.
"Pantesan waktu itu gua liat lu dateng ke sekolah bareng dia mana naik mobilnya lagi, tapi kecelakaannya gak parah kan?." Jekyl menaikkan alisnya sebelah bertanya
"Ya cuma lecet di kening ama di pipi."
"Syukurlah untung gak langsung ke alam baka." Ujar Lintang sambil mengusap dadanya
Saka langsung memukuli kepala lintang, berani bener emang ini anak!.
"Aduh Sak!." Ringis Lintang
"Salah lu sendiri Lin."
"Jadi orang mikir dulu sebelum ngomong!." Tegur saka
"Iya ya, lu berdua tau kan gua sering ceplas-ceplos."
"Dah lu berdua balik ke kelas, bentar lagi bel bunyi." Ujar saka memperingati
"Ok lah gua ama lintang ke kelas dulu."
"Hm"
"Bye saka sayang ku.!" Ucap lintang, langsung berlari keluar dari kelas saka
"Cih!." Saka hanya mendengus mendengar ucapan lintang tadi.
Benar saja bel masuk sudah berbunyi, jam pelajaran berikutnya akan di mulai.
Sedangkan saka langsung berekspresi datar, teman-teman sekelasnya sudah berhamburan masuk untuk kembali duduk di bangku masing-masing, termasuk gara dan ronal.