Sudah malam hari tapi masih belum ada tanda-tanda kedatangan Evans, Saka dari siang tadi hanya bisa terbaring di ranjang tanpa melakukan apapun sampai malam seperti ini.
"Aduh bosennya, ini si Evans mana sih?."
Sungguh saka ingin sekali menggeser kan badannya yang sudah pegal dari tadi, jika tubuhnya tidak sesakit ini mungkin dia bisa salto sekalian.
"Mana kagak ada Hp emang itu orang, gua harus cepet-cepet sembuh ini, kalok gak gua pasti terus terkurung disini."
"Tapi untung juga gua berakhir disini, bukan di penjara sih. "Lanjut Saka
Click!...
"Apa kamu menunggu lama, saya ada kesibukan sebentar tadi." Ucap Evans di tambah dengan senyuman.
"Sebentar?, Lu itu udah pergi berjam-jam tau pegel badan gua gak bisa geser ke kiri atau kanan asal lu tahu." Sentak Saka dengan ekspresi wajah marahnya.
"Ya saya benar-benar minta maaf, sekarang kamu ingin apa?."
"Gua pengen mandi, mandiin gua ya?." Ucap Saka, membuat Evans mengernyitkan dahinya.
Evans terdiam sesaat lalu meiyakan ucapan Saka.
"Ingin saya bantu?."
"Iyalah bodoh, terus gimana terbang gitu gak mungkin kan, kalok punya sayap iya, ini gua kan manusia biasa gak ngotak lu." Kesah Saka sambil memutar bola matanya.
"Benar juga, baiklah saya angkat kamu."
"Hmm."
Sesuai perintah saka, Evans mengangkat tubuh saka tapi Evans merasa tubuh saka lumayan ringan, padahal terlihat ukuran badannya sedang tidak kurus atau gemuk.
"Kamu ringan juga saka." Ucap Evans
"Seterah." Jawab Saka, dengan tampang malasnya.
Sampainya di kamar mandi Evans meletakkan tubuh saka perlahan di bak mandi.
"Tidak melepas bajunya?." Tanya Evans
"Ya lepasin lah, lu ini dari tadi bodohnya kelewatan bener."
"Bukankah harus izin dulu pada orangnya."
"Gua sekarang pakai baju lu, nah yang makein kan lu, pas gua gak sadar lu emang harus izin dulu."
"Tidak, karena kamu belum sadarkan diri, dan saya berniat melepas baju kamu, tentunya agar lebih mudah mengobati lukanya."
"Nah itu pinter."
Evans melepaskan baju yang di pakai saka, jika dipikir saka memang menjaga tubuhnya di lihat dari perutnya yang cukup berbentuk, apa lagi kulitnya putih bersih dan saat di sentuh malah halus.
"Apakah dia menggunakan skincare?" Batin Evans, sambil menghidupkan shower airnya.
Saka yang berada di dalam bak mandi mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, saat menggerakkannya memang sedikit nyeri tapi untuk saka jika tidak di paksa maka akan tetap tidak bisa.
Sedangkan Evans hanya bisa memandangi saka, memang sedikit tergoda entah kenapa? Tapi Evans mencoba menenangkan dirinya.
"Vans lu ada baju boleh pinjem gak, kan gua gak ada baju?." Tanya Saka, sambil meniup-niup gelembung yang di sebabkan oleh sabunnya.
"Saya sudah membelikan kamu baju tenang saja, dan mengganti Handphone kamu, ada lima pilihan handphonenya yang saya membelikan untuk kamu." Jelas Evans.
"Emang mereknya apa?." Penasar Saka
"Semuanya iPhone itu bermacam-macam, tinggal pilih saja."
"Hah? iPhone lu gak tahu gua sering mecahin Hp ada sekitar dua puluh lima Hp dah gua pecahin dan banting, gak di dinding atau bisa di lantai juga, dan Hp yang lu buang itu mereknya Oppo harganya sebelas juta." Ujar Saka begitu santainya
"Jadi kamu suka membanting Handphone?"
"Satu bulan bisa satu sampai tiga Hp yang gua pecahin gara-gara kesel aja."
"Bisa begitu, tapi kamu yakin tidak mau lima iPhone itu." Tanya Evans dengan menaiki alisnya sambil mencubit hidung saka karena gemas
"Karena lu berbaik hati, gua pengen ganti ke Samsung ajalah." Balas Saka, menatap Evans
"Baiklah."
"Yakin lu, pake duit lu lagi?."
"Jika dengan saya, harga tidak penting." Ucap Evans dengan senyumannya.
"Ntar gua ganti duit lu nanti, gua gak pengen ngerepotin lu juga gini."
"Tidak usah, terkadang saya juga bingung ingin apakan uang saya."
"Lain kali sumbangin ke orang susah yang ada di luar sana."
"Tentu kenapa tidak."
"Lu gak usah pake bahasa formal lah, gua bingung harus jawab gimana, lu ngerti kan bahasa nonbaku?."
"Iya memang kenapa?."
"Ngomong ke gua itu gak usah pake bahasa formal, jadi kayak orang asing aja.''
"Agar lebih sopan."
"Seterah lu aja, di kasih yang mudah cari yang susah."
"Saya memang seperti ini."
"Oh ya gua mau ganti baju, lu keluar ya paham!."
"Memang kenapa?." Bingung Evans
"Emang lu mau ngintip gua telanjang bulat hah, mendingan telanjang dada ya gak apa-apa walaupun itu cowo, bener bener!."
"Saya paham, sebentar saya ambilkan bajunya." Lalu Evans keluar dari kamar mandi
"Rada-rada ngeselin emang itu orang." Guma saka
Selang beberapa detik, Evans kembali membawa bajunya.
"Ini saya taruh di sini bajunya, saya keluar dulu jika sudah panggil saya."
"Ok nanti gua panggil."
Evans keluar dari kamar mandi, sambil kembali menutup pintunya.
Saka keluar dari bak mandi, mencoba melangkah perlahan cukup sakit rasa nyeri itu muncul, dengan hati-hati saka memakai bajunya.
Selesai memakai bajunya, saka berjalan keluar. Baju yang di kenakan saka adalah baju tidur.
Cukup lucu bagi Saka, warna bajunya putih di tambah biru dengan ada gambar kucing, seperti anak-anak saja pikir saka.
Saat sudah keluar dari kamar mandi, saka melihat-lihat di sekitar tidak ada Evans?.
"Vans lu dimana?." Teriak saka
"Ini saya, mari saya bantu." Evans memapah Saka menuju ke ranjang dan mendudukkan saka.
"Dari mana?." Tanya saka
"Ini mengambil pesanan kamu, yang tadi kamu minta. Ini handphone kamu, dan saya juga memesankan makanan untuk kamu makan malam ini." Jelas Evans, lalu mengacak rambut Saka yang masih basah.
"Wih cepet banget, mantep Hpnya." Ujar saka melihat-lihat keadaan kedua Handphonenya.
"Bagaimana apa sesuai ekspektasi?."
"Sesuai, bagus makasih Vans lu mau ganti Hp gua."
"Ya, saya juga meminta maaf karena membuang Handphone kamu."
"Yang penting dah di ganti, terus ini makanannya?." Tanya saka sambil membuka bungkusan makanannya.
"Makanlah."
"Apa lu dah makan?."
"Belum, memang kenapa?."
"Kita makan bareng aja, mumpung gua berbaik hati."
Saka mulai makan, Saka makan menggunakan tangan walaupun ada sendok plastik tapi bagi saka menggunakan tangan lebih enak.
Saka terus makan, tapi dia mulai sadar Evans tidak ikut makan.
"Lu gak makan?."
"Boleh suapkan saya?."
"Kayak anak kecil aja lu, nah buka mulut lu!." Perintah saka sambil memberi makan pada Evans dengan tangannya.
"Enak!." Ujar Evans sambil mengunyah makanannya
"Telen dulu itu makanannya, ntar keselek baru tahu rasa." Tegur saka
"Hehehe makanannya tambah enak."
"Makanannya emang enak."
"Apa lagi kamu yang suapkan saya." Goda Evans, entahlah Evans merasakan gejolak yang aneh.
"Lu berlebihan nah suapan terakhir." Saka menyodorkan tangannya yang berisi makanan ke mulut Evans lagi.
"Aaaa!"
"Dah habis, sekarang minum dulu." Saka membuka tutup air mineralnya dan meneguknya perlahan.
Evans terus memandangi saka memang jika di lihat saka memang tampan-tampan manis, apa lagi giginya bertaring.
"Ehh minumannya cuma satu ternyata, lu emang mau bekas gua?." Tanya Saka, langsung menyadarkan Evans dari lamunannya.
"Tidak apa, sekarang kamu pergi tidur dulu agar cepat pulih." Balas Evans lalu lagi mengacak rambut Saka.
"Lu suka banget ngacak rambut gua dari tadi heran gua, terus lu yang beresin ini ya?."
"Tidak masalah, kamu tidurlah, selamat malam saka." Ucap Evans, sambil bangkit dari duduknya untuk membereskan sampah makanannya.
"Buat lu juga." Jawab Saka, lalu merebahkan diri untuk kembali tidur.
"Kamu manis saka saat tidur." Batin Evans, lalu berjalan kearah tempat sampah yang ada di kamarnya.
"Tidurlah semoga mimpi indah." Setelah itu Evans menyusul tidur.
Evans tidur di sofa, jika tidur bersama saka mungkin itu akan membuat sang empu tidak nyaman, Evans perlahan menutup matanya untuk tidur.
Selamat malam.