26 Aksel murka

Selain kata maaf dari Anna tidak ada lagi kata lain yang bisa ia ucapkan. "Maaf, Pak. Tadi ada problem sedikit."

Aksel yang dipenuhi kekesalan malas menanggapi Anna, ia bertanya mengenai berkas yang dikerjakan oleh Anna. Setelah itupun panggilan langsung terputus padahal Anna masih berbicara.

"Dan, Pak Aksel marah beneran deh, gimana dong?"

"Ya kamu ngapain sih taruh di dalam laci, kan Pak Aksel sudah bilang."

"Argh malas aja tadi."

"Nanti kalau datang minta maaf lagi saja."

Seperti yang Danita katakan, Anna mengikuti perintahnya. Menunggu Aksel pulang dan meminta maaf. Namun, sampai sore pun Aksel belum kunjung pulang ke kantor.

 "Apa pulang aja ya, besok lagi deh minta maafnya. Ah tapi kepikiran," Anna berbicara seorang diri. Ia masih terpaku pada meja kerjanya.

Kini ia memutuskan untuk membereskan mejanya saja. Seraya menunggu Aksel ia duduk di depan ruangan Aksel. 

Glek! Terdengar suara pintu terbuka. Rupanya Aksel sudah kembali, namun saat itu sudah larut hingga pukul 11 malam. Anna tertidur di sana selama itu.

"Selamat malam, Pak," buru-buru Anna menyapa Aksel. Namun Aksel tetap cuek. 

"Pak, saya minta maaf kejadian siang tadi. Ponselnya saya taruh dalam laci jadi saya tidak tahu jika ada banyak panggilan dari Pak Aksel," ucap Anna memelas di depan pintu ruangan Aksel. 

"Pergi!" Aksel mengusir Anna, ia memutar kursinya seraya memijit-mijit dahinya sendiri.

"Baiklah, sekali lagi maaf Pak, saya permisi. Selamat malam," lantas Anna pergi meninggalkan ruangan tersebut. 

Masih beruntungnya saat itu ada Bus terakhir dan ia bisa pulang segera dan tak perlu menunggu lama. 

Beberapa menit kemudian Aksel membanting pintu ruangannya dan segera keluar kantor. Ia sedikit berlari melihat ke kanan dan ke kirinya. "Ada apa Pak?" tanya Security yang berjaga malam.

"Lihat Anna?"

"Oh baru saja Bu Anna naik Bus terakhir, Pak."

Aksel terlihat menghela napasnya. Kini mulai menganggukkan kepalanya "Okay," hingga ia pergi meninggalkan kantor tersebut.

Di perjalanan pulang Anna hanya menatap jalanan lewat jendelanya saja. Ia sadar hari ini telah berbuat kesalahan. Padahal sebelumnya ia merasa biasa saja jika berbuat salah, namun kali ini rasanya berbeda. Apalagi melihat sikap Aksel yang begitu cuek padanya. Tak seperti biasanya.

Tak lama kemudian Anna sampai di rumahnya dan segera beristirahat. Tampaknya juga seisi rumah sudah beistirahat saat itu.

***

"Kemarin pulang jam berapa kamu?"

"Malam, jam 11 lewat kayaknya. Ketiduran juga."

"Ketemu Pak Akselnya?"

"Ketemu," Anna menjawab pertanyaan Danita begitu singkat.

"Lah kenapa?"

"Diusir, kayaknya marah beneran. Beda banget soalnya."

"Hmm, tunggu hari ini. Aman deh Pak Aksel enggak mungkin juga pecat kamu, Anna."

Anna menganggukkan kepalanya perlahan dan mengerjakan tugasnya. Tak lama dari itu ada Edric yang menghampiri meja kerjanya. "Anna siap-siap ya, sebentar lagi ada dinas sama Aksel."

"Hah? Berdua Pak?" tampak Anna begugu kaget. Karena keadaannya pasti amat canggung.

"Iya, kamu kayak baru pertama saja. Bersiaplah. Aksel tunggu di bawah."

Segera Anna membereskan mejanya dan meraih tasnya. Ia berjalan cepat hingga akhirnya mendapati Aksel yang sudah menunggunya di depan.

"Maaf Pak, saya la…" kalimat Anna sudah terpotong. 

"Cepat masuk!"

Mereka berdua diam tak bersuara. Tidak ada pembicaraan apapun. Suasananya kali ini begitu canggung sesuai dugaan Anna.

"Pak Aksel, saya minta maaf," Anna memberanikan diri berbicara dahulu. Karena tak mungkin melakukan perjalanan dinas akan tetapi dalam keadaan canggung seperti itu.

"Saya bosan dengar kata maaf kamu."

"Ya saya bingung mau bilang apa lagi, Pak. Karena Pak Aksel kelihatannya marah sekali."

"Memang."

"Makanya saya minta maaf, Pak."

"Anna stop! Jangan minta maaf terus."

"Iya, Pak."

"Kita akan ke dinas ke hotel Marabella waktu itu, kamu ingat?"

"Iya, Pak. Saya ingat."

"Siapkan dirimu, nanti banyak data yang akan kamu cek."

"Baik, Pak."

Mereka sampai di hotel tersebut setelah 2 jam perjalanan. Kini Anna bekerja sesuai apa yang Aksel perintahkan. Ia memeriksa semua data dan tak lupa meminta salinannya. Di saat Anna memeriksa ada sebuat pertantaan yang membuatnya tak enak. "Bu, Anna gimana punya pacar seorang Pak Aksel?"

"Maaf, ini masih jam kerja."

"Ya ampun Bu, bagi cerita dong. Kami penasaran loh," ucap salah seorang perempuan yang bekerja di sana.

"Rasanya? Biasa saja."

Terlihat beberapa orang di sana aneh mendengar jawaban Anna. "Yakin Bu?"

"Kalian mau jawaban seperti apa?"

"Iya masa biasa saja rasanya punya pacar yang terkenal."

"Hmm, yang jelas bahagia dan sedih seimbang, dan saya beruntung," Anna berbohong.

Dengan jawaban tersebut mereka diam dan hanya tersenyum-senyum saja. Setelah selesai melakukan pekerjaan di sana, Anna dan Aksel kembali dalam perjalanan pulang.

Tring! Tring! 

Ponsel Anna terus berbunyi menandakan srbuah pesan masuk pada ponselnya. Karena terus berbunyi akhirnya Anna melihat siapa yang mengirim pesan tersebut. 

[Saya butuh bertemu sama kamu, alamatnya saya kirim!]

[Saya sedang bekerja.] Anna menjawabnya singkat.

[Kerjamu itu bukannya malam? Kenapa siang juga?]

Terlihat raut wajah Anna kesal setelah membaca pesan tersebut. Ia mencoba membiarkannya, namun sebuah pesan masuk kembali.

[Tidak datang berarti kamu benar jalang yang sedang melayani pacar saya!]

Sekali lagi Anna menghela napasnya, kali ini ia mendengus kesal sampai Aksel pun meliriknya. 

"Sini ponselmu."

"Ha? Jangan Pak."

"Ada apa dengan ponsel itu?"

"Oh enggak ada apa-apa, Pak."

Bukan Aksel namanya jika tak mendapatkan apa yang ia mau. Ia mengambil paksa ponsel Anna. Karena posisinya sedang menyetir maka Aksel menghentikan mobilnya.

Aksel melihat seluruh pesan itu dengan tatapan kesal. "Ini Cathlin?"

Anna menganggukkan kepalanya. 

"Kenapa enggak bilang sama saya kalau dia hubungi kamu?"

"Saya kira hanya sebatas itu saja, makanya kemarin saya malas melihat ponsel saya, Pak."

Aksel memberikan ponsel Anna kembali "Beritahu dia mau di mana bertemu."

"Hah? Mau ketemu Pak?"

"Wanita itu tidak akan menyerah Anna."

"Rasanya hanya perlu didiamkan saja deh Pak."

"Kamu mau dia berulah lagi seperti tempo hari yang buat kekacauan dan melukai kamu?"

Mau tak mau Anna menuliskan pesan untuk bertemu dengan Cathlin, dan lokasi tersebut cukup dekat dari jangkauan mereka.

Jantung Anna seketika lebih berdebar ketika akan menemui Cathlin. 

"Masuklah, temui dia."

"Saya?"

"Wanita itu ingin bertemu denganmu."

"Tapi kan ini karena Pak Aksel."

"Masuk! Jawab saja apa yang mau wanita itu tanyakan, 5 menit setelah kamu masuk saya susul."

"Aaa begitu, baiklah."

Anna mulai merapikan pakaiannya, ia mulai keluar namun tangannya ditahan oleh Aksel. "Ada apa Pak?"

"Rapikan penampilanmu lagi, jangan sampai terlihat lusuh, wanita itu makin meninggi."

Sedikit gugup namun Anna harus tetap berjalan angkuh. Entah apa yang merasuki pikiran Anan sampai ia mau juga menemui mantan pacar atasannya.

"Wow! Kamu datang juga," sambutan yang tak berarti sambutan karena wajahnya seolah merendahkan Anna.

avataravatar
Next chapter