webnovel

1. PERTEMUAN

Tringg...

Bel berbunyi, seluruh siswa dan siswi berbondong-bodong menuju kantin untuk mengisi perut. Namun berbeda dengan 3 lelaki yang sudah duduk sedari tadi di meja ujung kantin dan telah menghabiskan beberapa mangkuk bakso. Salah satu dari 3 lelaki itu tanpa sadar sedang memperhatikan pintu kantin. Namun tiba-tiba dahi cowok itu berkerut, seolah mengenali seseorang yang baru saja masuk ke dalam kantin.

"Itu Clara, bukan, sih?" tanya Juan menyenggol lengan Kenzo yang duduk di sebelahnya.

Kenzo mengerutkan keningnya mengikuti arah telunjuk tangan Juan. Kedua mata Kenzo menemukan gadis berambut pirang dengan wajah pucat tengah mengantri di salah satu stan minuman.

"Iya, kayaknya," sahut Kenzo.

"Ngapain dia disini, bukannya dia udah pindah?" Juan mulai binggung.

"Seharusnya kalau dia mau balik lagi kesini bukan sekarang waktunya," tambah Kenzo.

"Iya bener, seharusnya dari semester 1 kalau mau balik kesini lagi."

Juan sangat kenal dengan gadis itu. Mungkin bukan hanya Juan, seluruh penduduk SMA Budi Darma juga mengenalnya. Dia mantan ketua osis Budi Darma yang super duper disiplin dan cerdas. Saat dia menjabat menjadi ketua osis dulu, SMA budi Darma banyak mendapatkan prestasi yang luar biasa. Dia berhasil menaikkan nama SMA Budi Darma selama 1 tahun, namun sayang saat kenaikan kelas 11 SMA Budi Darma kehilangan putri kesangannya. Gadis itu pindah sekolah ke Amerika.

Aksara masih menatap kedua temannya dengan binggung, keningnya membentuk gelombang. Otaknya yang tidak seberapa di penuhi banyak pertanyaan dan rasa penasaran. "Clara siapa sih?" tanya Aksara menggaruk-garuk kepalanya.

Juan dan Kenzo menatap Aksara dengan malas.

"Lo lupa dia siapa?" sinis Juan.

Aksara menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo lagi kumat hilang ingatan ya?" ketus Juan menatap Aksara sinis.

"Wajahnya si engga asing, kayak pernah liat tapi gue engga tau dimana," jujur Aksara.

"Otak lo sepertinya kembali mengalami kejungkir balikan," sinis Juan tajam.

"Sumpah gue engga ingat dia siapa," kukuh Aksara sambil melirik gadis yang masih antri di stan somay.

Juan dan Kenzo saling berpandangan lalu menghela napas berat.

"Dia Ketua OSIS yang waktu itu ngehukum lo lari 50 keliling lapangan, pas lo terlambat 2 menit datang kesekolah," jelas Juan.

Aksara menyeruput jusnya lalu menelannya secara perlahan, dia terlihat berpikir keras siapa gadis yang telah menghukumnya lari 50 keliling. Saat mulai mengingatnya, mata Aksara membesar, mulutnya terbuka lebar. Dia langsung teringat dengan kejadian itu. "OOHH, CEWEK IBLIS YANG NGEHUKUM GUE LARI 50 KELILING GARA-GARA TELAMBAT 2 MENIT ITU KAN? YANG WAJAHNYA JUDES ITU, KAN?"

Kenzo yang sudah menyumpal telinganya dengan earphone tersebut merasa tidak terjadi apa-apa. Dia hanya fokus memainkan gamenya di ponsel sambil bersenandung. Sedangkan Juan menutupi wajahnya dengan piring kosong bekas gorengan, sambil menutup telinga kirinya yang menangkap jelas suara Aksara.

Juan sangat ingin mengganti kulit seketika, dia sangat malu dengan suara Aksara yang sangat kuat. Seluruh penghuni kantin dan pedagang makanan sekarang sedang menatap ke meja Juan dan Aksara.

"An, Juan," panggil Aksara mendekati Juan.

"Pergi, engga usah sentuh-sentuh gue, kita engga kenal!" seru Juan dengan kesal.

"Maaf An, gue kelepasan," lirih Aksara merasa bersalah.

"Enyah lo!"

"Juan... " rengek Aksara.

Juan menurunkan piring gorengan yang dia gunakan untuk menutupi wajahnya tadi, sambil menatap Aksara dengan tajam. Aksara yang di tatap malah menyengir kuda.

"Sekali lagi lo kayak gitu, gue bunuh hidup-hidup lo sumpah," seru Juan dengan sinis.

"Ya maaf tadi gue refleks."

"Mana Kenzo?" tanya Juan saat menoleh ke samping tempat dimana Kenzo duduk.

"Itu si buaya!" ucap Aksara menunjuk Kenzo yang sedang duduk bersama kekasihnya.

Juan berdecak pelan, menatap Kenzo sambil mengumpatinya di dalam hati. Bisa-bisanya sahabatnya itu pindah duduk bersama sang kekasih yang ntah keberapa.

"Rasa ingin menghilang dari bumi gue," ucap Juan menyeruput minumnya.

"Plis jangan menghilang dari bumi, ntar siapa yang bantuin gue ngehabisin uang jajan dari bokap kalau bukan lo."

"Ya maka itu gue bertahan demi lo!"

Percakapan Aksara dan Juan terhenti ketika seorang gadis tiba-tiba duduk di samping Aksara. Aksara melirik Juan, Juan juga melirik Aksara, keduanya terkejut dengan kehadiran gadis yang tadi mereka bicarakan yaitu Clara.

Juan dan Aksara memperhatikan setiap gerak gerik Clara yang sedang menyeruput minumannya sedikit demi sedikit.

"Lo mau engga jadi pacar gue?" ucap Clara tiba-tiba menoleh ke arah Aksara.

"HAH?!"

Aksara terkejut begitupun dengan Juan.

"Lo gila?" tanya Aksara.

"Engga, gue waras."

"Kenapa lo tiba-tiba nembak gue?"

"Gue engga nembak lo, gue hanya menawarkan diri, Kalau gue nembak lo, lo matilah bego!"

"Kenapa lo menawarkan diri ke gue?! Kecowok lain sana."

"Gue mau nya lo, gimana dong?"

"Gak gue engga mau, sama cewek engga waras kayak lo!"

"Bukannya kita sama-sama engga waras ya?"

"Engga gue waras kok, waras kan gue Juan?" menoleh ke arah Juan.

"Kadang..." sahut Juan.

"Kalau lo jadi pacar gue lo pasti beruntung, gue udah cantik, pinter, terkenal, siapa juga yang engga kenal gue di sekolah ini, semua orang kenal gue bahkan sudah menjuru satu dunia," seru Clara dengan percaya diri.

"Engga, bunda sama ayah gue kayak nya engga kenal lo siapa."

"Ya kalau itu mah aman, nanti kalau kita pacaran lo bisa ajak gue kerumah lo, dan kenalin gue ke ayah bunda lo, mudah bukan?"

Aksara dibuat melongo, tak bisa berkata apapun. Bagaimana bisa cewek yang berada di sampingnya begitu percaya diri di hadapan orang yang belum dia kenal? Gadis ini benar-benar sudah tidak waras!

Juan menatap Aksara yang mulai panik, ini baru pertama kalinya Juan meliat Aksara sepanik ini. Sebenarnya dia juga terkejut dengan Clara yang tiba-tiba mengajak Aksara pacaran, tanpa alasan yang tepat. Juan merasa Clara bukan cewek yang seperti itu, mungkin selama dia berada di sekolah barunya kemarin dia kerasukan reog di dalam tubuhnya.

"Gak gue engga mau jadi pacar lo!" tolak Aksara cepat.

"Yakin engga mau? Nanti lo nyesel loh udah sia-siain cewek sesempurna gue ini," ucap Clara sambil tersenyum manis.

"Enggak! Engga akan pernah nyesel, lo bukan cewek sempurna, hanya bunda gue yang sempurna!"

"Cih... Anak bunda ternyata..." Clara tersenyum menyeringgai.

"Kenapa, emang salah? Gue punya bunda, tentu saja gue anak bunda. Emang lo engga anak bunda lo, atau lo engga punya bunda?"

Clara menghela nepasnya berat, hatinya memanas. Dia kemudian berdiri, lalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Mata Juan mengikuti kepergian Clara yang berjalan keluar kantin dengan pandangan menunduk ke bawah. Juan masih sangat syok dengan kejadian barusan. Sedangkan Aksara mendadak bengong sambil menyerutput minumannya hingga habis.

"Gue kayaknya salah ngomong deh," Aksara menatap Juan dengan raut wajah merasa bersalah. "Iyakan Juan?"