webnovel

Tak Ada Yang Bisa Membuat Pras Berpaling Dari Xena

Pernikahan Xavier begitu Khidmat dihadiri keluarga Utomo dan keluarga Krisna. Papi dan Mami Nathan Utomo datang menghadiri pernikahan kedua cucu kesayangan mereka. Anastasia bersama Michael dan Madeline khusus meluangkan waktu mereka untuk keponakan mereka. Krisna membawa beberapa kerabat nya menjadi saksi pernikahan putri pertama mereka.

"Selamat ya kak. Bahagia selalu ya", ujar Xena sambil memeluk Xavier setelah akad nikah selesai dengan sukses nya. Xavier kemudian mencium kening adiknya.

"Kamulah yang membuat aku bahagia adikku", ujar Xavier. Lalu Xena berpaling kepada Adriana.

"Selamat ya kakak ipar. Dari sahabatku, sekarang kamu menjadi kakak iparku. Bahagialah selalu ya dan aku titip kakakku", ujar Xena sambil mencium pipi kanan kiri Adriana.

"Terimakasih untuk semua ya. Benar kata kak Xavier, kamulah sumber kebahagiaan kami. Terimakasih", ujar Adriana.

Pras memeluk Xavier erat. "Bahagia selalu ya Bro", bisiknya.

"Always my brother. Terimakasih ya dan tolong jaga adik gw baik-baik dan jangan pernah sakiti adik gw karena kalau sampai loe menyakitinya, gw akan buat perhitungan dengan loe", ancam Xavier.

"You'll never get the chance my Brother. She's my life, without Xena, I will no longer be alive", ujar Pras mantab.

"Paapaaa", ujar Kirana di bawah mereka.

"Astaga papa sampai lupa anak papa", ujar Xavier lalu menggendong Kirana.

"Kirana sekarang anak aku kak, bukan cuma anakmu. Jangan monopoli dia", ujar Adriana judes sambil mencium pipi Kirana. Xavier merangkul Adriana lalu mencium sisi keningnya.

"Maaamaaa", ujar Kirana tersenyum.

"Iya nak, ini mamamu", ujar Adriana. Kirana mencium pipi Adriana lembut.

Adriana begitu cantik dengan kebaya putihnya berkain lurik yang sangat indah sedangkan Xavier memakai jas warna putih dengan bawah hitam yang makin membuatnya mempesona.

Semua undangan merupakan kerabat terdekat Nathan Utomo dan Krisna jadi tidak terlalu banyak orang yang datang. Mereka bersenang-senang sebagai sebuah keluarga besar.

Xena ternyata mengundang para petinggi WD Group Denpasar yaitu Made, Rena dan beberapa staff yang menyempatkan untuk menghadiri pesta pernikahan itu.

"Sayang, aku merokok sebentar ya di depan. Please ya sayang. Aku Uda lama ngga ngerokok", ujar Pras memelas.

"Ya sudah, jangan lama-lama ya sayang", ujar Xena tersenyum sambil duduk disebelah kedua anak kembarnya. Kirana berlari menghampiri Xena.

"Maaamaaa", ujar Kirana dengan suara bayinya.

"Anak mama uda mau makan belum? Duduk disini ya, mama ambilkan makanannya", ujar Xena lalu mendudukkan Kirana di atas kursi.

Pras menemukan bangku santai di ujung taman di depan resort tempat pesta pernikahan Xavier. Ia langsung mengeluarkan sebatang rokok dari jasnya lalu menyulutkan api ke rokok itu. Kemudian dengan santai, ia merokok sambil membaca berita di smartphone nya. Saat sedang asik membaca, seseorang berdiri di depan Pras yang membuat Pras mengangkat kepalanya dan ternyata itu Rena.

"Pak Pras sendiri aja? Mau saya temani ngga pak?", tanya Rena.

"Ngga usah, saya ingin sendiri. Kamu masuk aja ke dalam", ujar Pras tersenyum dan kembali melihat ke HP nya setelah mengisap rokoknya. Rena tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Ada apa lagi?", tanya Pras.

"Ngga apa-apa. Saya juga bosan di dalam pak makanya saya ingin cari udara di luar", ujar Rena.

"Oh silakan. Kamu duduk disana aja", ujar Pras sambil menunjuk sebuah bangku taman tak jauh dari mereka. Rena tidak bergeming.

"Pak Pras kenapa bapak menghindari saya?", tanya Rena pelan.

"Menghindari kamu? Maksud kamu apa ya?", ujar Pras mengerutkan keningnya dan terdengar nada tidak suka dalam suaranya.

"Pak apakah bapak lupa perjanjian dengan kakak saya dulu waktu kalian masih kuliah di Harvard?", tanya Rena.

"Perjanjian apa? Saya dan Ronald tidak pernah membuat perjanjian apapun", ujar Pras.

"Bukankah bapak pernah berjanji akan menikahi saya saat saya dewasa sehingga persahabatan kalian menjadi persaudaraan?", tanya Rena selembut mungkin.

"Kamu mendengar itu dari siapa? Saya dan alm Ronald tidak pernah membuat perjanjian itu. Seperti kamu salah paham. Saya memang pernah dengar Ronald membuat perjanjian akan menikahkan adiknya yang perempuan dengan salah satu kawan karib kami tapi bukan dengan saya. Saat itu memang harusnya kawan karib kami yang datang ke rumahmu tapi kebetulan dia berhalangan jadi saya yang menemani Ronald ke rumah kamu karena Ronald bilang dia lemah dan tak sanggup berjalan", ujar Pras tegas.

"Bapak berbohong ya?", tanya Rena mulai berkaca-kaca.

"Untuk apa saya berbohong. Kamu bisa tanya teman Ronald. Saya masih punya telpon nya. Sebentar saya tuliskan", ujar Pras setelah melihat HPnya ia menuliskan sejumlah angka di kertas sembarang yang ia temukan.

"Ini, kamu coba saja hubungi dia. Namanya Imron Sa'ad. Dia bukan orang Indonesia tapi dia bisa berbicara Indonesia", ujar Pras berdiri sambil memberikan kertas itu kepada Rena.

"Maaf Rena, saya memang bersahabat baik dengan Ronald tapi saya tidak pernah berjanji apapun pada Ronald. Saya tidak suka berspekulasi atas diri saya sehingga saya tidak akan ceroboh membuat janji yang belum tentu bisa saya tepati. Lagipula saya sudah menemukan belahan jiwa saya, tulang rusuk saya. Tanpa Xena, I will be no longer alive", ujar Pras tegas.

"Tapi saya sudah jatuh cinta sejak saya bertemu denganmu di rumah saya dulu. Cinta itu yang membuat saya tegar menghadapi semua", ujar Rena.

"Tapi saya tidak bisa melakukan apapun untuk membalas nya karena hati, jiwa dan raga saya hanya milik istri saya seorang. Tak ada yang dapat memisahkan kami. Maaf, tolong lebih sopan, saya atasan kamu di WD Group", ujar Pras tegas.

Rena mengulurkan tangannya ingin memeluk Pras namun Pras mundur menghindari Rena.

"Bisakah saya menjadi kekasih gelapmu saja? Saya tidak akan menuntut status apapun juga. Saya hanya ingin bersamamu", ujar Rena mulai terisak-isak.

"Tidak. Maaf. Saya tidak akan pernah mengkhianati Xena untuk apapun juga", ujar Pras terlihat makin kesal.

"Ada apa sayang?", tiba-tiba Xena menegur Pras dan Rena yang membuat Rena begitu kaget.

Pras mematikan rokoknya lalu berjalan menuju ke arah Xena dengan tersenyum dan kemudian dia berbalik.

"Rena, sebaiknya kamu hubungi nomor yang saya berikan agar kamu tau kebenaran nya. Maaf. Untuk hidup saya, saya hanya cuma memiliki Xena seorang dan tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun. Sebaiknya besok kamu langsung menyerahkan surat pengunduran diri kamu ke pak Made karena kamu sudah bertindak kurang ajar kepada saya. Ayo sayang. Tolong beritahu pak Made, kalau gadis ini masih ada di Denpasar saat saya meninjau lokasi hotel baru bulan depan, saya akan memutasi dia ketempat lain", ujar Pras tegas.

Xena tampak bingung namun Pras dengan cueknya mencium bibir Xena dengan lembut nya dan lama. Rena yang melihat merasa sakit hatinya dan ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu.