Prasetya dengan langkah pasti memasuki ruang meeting CAT menuju ke meja yang tertulis namanya. Dia lalu duduk dengan santai sambil membuka HP nya. Belum banyak orang yang hadir di ruang meeting itu.
"Hai Pras. Loe pemegang saham CAT juga?", sapa sebuah suara yang dikenal Pras.
"Eh Delvin, apa kabar? Uda lama gw ngga ketemu loe eh malah ketemu disini", ujar Pras sambil menyodorkan tangannya menyalami temannya.
"Gw ngga nyangka kalo loe pemegang saham terbesar CAT", puji Delvin.
"Loe tau darimana?", tanya Pras kebingungan.
"Setiap tahun CAT selalu menyusun tempat duduk dari pemegang saham terbesar ya tempat loe itu sampai ke pemegang saham terkecil di belakang. Gw Uda punya saham CAT beberapa tahun jadi gw hapal suasana rapat pemegang saham CAT", ujar Delvin sambil menunjuk ke arah belakang.
"Oh gitu. Gw baru tahu", ujar Pras.
"Loe duduk dimana? Kita acak-acak yuk tempat duduknya", iseng Pras.
"He loe ya, iseng loe masih aja. Anak loe Uda berapa? Uda lama kita ngga reuni ya", ujar Delvin.
"Gw punya anak dua, cowo kembar baru setahun setengah. Iya ni, kapan kita reuni SMA ya, kangen gw sama konco-konco gw dulu. Rina gimana kabarnya? Gw denger waktu kita lulus, loe putus sama Rina", ujar Pras.
"Iya, Rina selingkuh dan langsung dikawinin sama pemilik toko saat kita lulus. Sekarang dia nyesel karena suaminya itu penghasilan nya kecil dan dia merengek mau minta balik sama gw saat tau gw punya perusahaan. Gw ogah lah", ujar Delvin sambil tersenyum riang.
"Dasar perempuan matre. Loe masih jomblo?", ujar Pras.
"Iya, masih belum ketemu yang pas di hati. Enak seperti ini kemana-mana ngga ada yang cemberut. Eh mau dimulai nih, gw duduk di sana ya, ntar pulang kita ngobrol-ngobrol dulu ya. Ni kartu nama gw, mana kartu nama loe", ujar Delvin dan setelah Pras memberikan kartu namanya dia langsung duduk ke tempatnya dan Pras dengan tenang duduk ditempatnya.
Tak lama masuklah Takeshi dan beberapa jajaran petinggi CAT yang membungkuk hormat kepada semua pemegang saham sebelum mereka duduk dibarisan terdepan yang menghadap ke seluruh pemegang saham. Leo yang datang belakangan langsung duduk disamping Pras dan merangkul Pras.
"Hai om", sapa Pras.
"Kamu sendiri ngga sama Xena?", bisik Leo.
"Engga om, Xena lagi kuliah hari ini", ujar Pras.
"Loh dia masih teruskan kuliahnya? Baguslah jangan sampai putus ditengah jalan", bisik Leo.
"Iya om, dia mau sampai sarjana dulu baru kemudian memikirkan akan lanjut kuliah apa cukup sarjana S1", ujar Pras.
Kemudian mereka larut dalam rapat pemegang saham CAT dimulai dari laporan neraca rugi laba hingga laporan project yang dalam pengerjaan.
Beberapa pemegang saham tampak memprotes saat Takeshi dan teamnya memberitahukan ada beberapa project yang lepas dari CAT.
"Begini, kami sudah berusaha namun memang beberapa project itu tidak diberikan kepada kita lagi dikarenakan ada yang mensabotase project itu", ujar Takeshi yang langsung membuat heboh seluruh ruangan.
Pras tau kalau Takeshi menyindirnya, karena setelah ia perhatikan penjelasan Takeshi, project yang dimaksud adalah project yang jatuh ke tangan Lexi Group.
"Maaf ya, saya angkat bicara. Kalian yakin kalau kalian disabotase orang? Bukankah itu salah kalian sendiri yang tidak menanganinya dengan lebih teliti", ujar Pras tenang.
"Iya kami yakin kok ada yang membocorkan informasi tentang tender kami kepada pihak lain", ujar Takeshi memandang sinis kepada Pras.
"Project yang lepas dari tangan kalian itu adalah project yang sekarang dipegang oleh Lexi Group dibawah pimpinan saya. Saya tau pasti kenapa kalian tersingkir dari tender project tersebut, karena kalian tidak teliti dalam memasukkan angka-angka dalam perencanaan project tersebut. Silakan saja kalian tanyakan kepada para pengguna jasa Lexi Group perbedaan proposal tender kalian dengan proposal tender Lexi Group. Saya rasa disini juga banyak yang pernah ikut tender bersaing dengan Lexi Group kan", ujar Pras tenang.
Banyak pemegang saham yang manggut-manggut mendengar penjelasan Pras.
"Tapikan seharusnya Anda sebagai pemegang saham juga membantu untuk pencapaian project Itu agar masuk ke CAT" ujar Takeshi mulai sengit.
"Ngga bisa kaya gitu juga dong. Kalian seharusnya lebih teliti dalam bekerja, meningkatkan kualitas kerja kalian. Saya juga mempunyai tanggung jawab terhadap pemegang saham Lexi Group dan karyawan saya yang sudah bekerja dengan sepenuh hati mereka", ujar Pras tegas yang langsung mendapatkan acungan jempol dari para pemegang saham yang lain.
"Sudah, begini saja. Kita akan perbaiki SDM di CAT untuk kedepannya agar tidak ada lagi tender yang lepas dan dapat merugikan para pemenang saham, karena kalau melihat ke belakang ngga akan ada habisnya", ujar Leo menengahi.
Leo tau kalau Takeshi tidak akan bisa mengalahkan kecerdasan berbisnis Pras yang banyak belajar dari Nathan Utomo dan Agung Bismarck.
Semua pemegang saham setuju dengan usul Leo. Akhirnya rapat ditutup dengan pemberitahuan mengenai pembagian Deviden yang akan ditransfer ke rekening masing-masing pemegang saham.
Takeshi yang masih agak kesal dengan Pras hanya memandang sinis ke arah Pras yang berbicara akrab dengan Leo. Delvin menghampiri Pras lalu mengajak pergi Pras bersamanya. Leo mendekati Takeshi.
"Kamu ngga akan menang melawan Pras karena dia itu cerdas dalam berbisnis. Kamu juga harus banyak belajar dari dia", ujar Leo yang makin membuat Takeshi kesal.
"Ayo sudahlah, istirahat ya. Kita besok pulang ke Jepang dulu sambil kamu refreshing", ujar Leo menghibur anaknya.
"Iya Dad, aku mau pulang ke Jepang, mau mendinginkan kepalaku di salju", ujar Takeshi lalu ikut keluar dari ruang meeting dengan Leo.