webnovel

Pertemuan

"Hai Mama ... Uda lama nunggu?", tanya Pras saat ia memasuki sebuah ruang private di salah satu resto.

"Ngga, baru aja nyampe. Mana Xena?", tanya Yani Shu yang mukanya langsung berubah saat melihat Agung Bismarck masuk ke dalam ruangan mengikuti Pras lalu duduk di sebelah Pras di hadapannya.

"Xena di rumah. Si Baby Alesha sudah pulang ma. Mama mainlah ke rumah ya sekalian ada yang mau didiskusikan soal perayaan Minggu depan di rumah Daddy", ujar Pras santai.

"Ada apa ini Pras? Kok ada Mas Agung segala?", tanya Yani Shu kaget.

"Papi yang omongin ke Mama atau Aku?", tanya Pras sambil melihat ke arah Agung.

"Kamu aja deh", ujar Agung lesu.

Pras mengangguk lalu melihat ke arah Mamanya yang memandangnya dengan penuh tanda tanya.

"Mama ada yang mau kami diskusikan dengan Mama. Mami Wendy sedang sakit, dia terkena Kanker Rahim stadium 2. Papi akan membawa Mami pulang untuk menjalani Treatment untuk Kanker namun beliau mempunyai satu permintaan yang ingin agar Mama dapat mengabulkan nya", ujar Pras tersenyum.

Yani Shu makin bingung dengan perkataan Pras. "Permintaan apa?", tanya Yani Shu.

"Mama nyadar ngga kalau ternyata Mama sama Papi belum pernah mengurus surat perceraian kalian? Secara hukum, kalian masih merupakan pasangan suami isteri", ujar Pras.

"Oh soal itu. Saya akan urus secepatnya. Tenang saja, saya ngga akan mengganggu rumah tangga Mas Agung kok", ujar Yani Shu tersenyum sambil melihat ke arah Agung yang sedari tadi memandang ke arahnya.

"Bukan itu Mama, maunya Mami Wendy. Mami Wendy mau Mama dan Papi menikah secara agama sekali lagi agar kalian menjadi pasangan suami istri lagi", ujar Pras lembut.

"Hah? Permintaan aneh macam apa itu. Engga, saya ngga mungkin menikah lagi dengan Mas Agung", ujar Yani Shu menolak.

"Kenapa?", tanya Agung tiba-tiba yang membuat kaget Pras dan Yani Shu.

"Yaa ngga kenapa-kenapa Mas. Lagian saya ngga mau menyakiti istrimu. Mana ada si perempuan yang mau di madu. Ngga saya ngga mau disebut perusak rumah tangga orang. Dosa saya sudah terlalu besar padamu Mas", ujar Yani Shu.

"Justru ini permintaan Mami", ujar Pras.

"Mami kamu mungkin lagi Halu memikirkan penyakitnya. Sudah, saya benar-benar menolak untuk menikah lagi", ujar Yani Shu agak kesal.

"Apa saya terlalu hina untuk menikahi kamu lagi?", tanya Agung pelan.

"Bukan gitu Mas. Mas, saya sudah banyak bersalah padamu, pada Prasetya. Saya ngga mau menambah kesalahan saya lagi. Saya hanya ingin hidup damai di sisa hidup saya Mas", ujar Yani Shu lembut.

"Buat saya, saya sudah memaafkan semua kesalahan kamu begitu juga Pras. Tak ada yang perlu diingat lagi dari masa lalu", ujar Agung.

"Mas, saya benar-benar ngga sanggup kalau harus menyakiti istri kamu dengan menikah lagi dengan kamu. Tenang aja Mas, saya langsung mengurus surat perceraian kita biar istri kamu merasa tenang menjadi istri satu-satunya buatmu", ujar Yani Shu.

Pintu ruangan terbuka dan seseorang menyeruak masuk ke dalam ruangan itu.

"Mba tolong saya mba, nikahi Mas Agung lagi mba. Saya beneran berharap mba mau menikahi Mas Agung lagi. Saya sangat mencintai Mas Agung. Selain Mba, saya ngga ikhlas kalau Mas Agung menikahi perempuan lain lagi. Mba tolong saya", ujar Wendy yang ternyata masuk ke ruangan itu dan kemudian bersimpuh di samping Yani Shu.

Yani Shu, Agung dan Pras kaget melihat kedatangan Wendy yang tiba-tiba dan kemudian Yani Shu langsung mengangkat tubuh Wendy agar bangun tidak bersimpuh lagi. Wendy langsung memeluk tubuh Yani Shu dan kemudian menangis dalam pelukan nya. Setelah reda, Yani Shu dan Pras membimbing Wendy duduk disebelah Yani Shu.

"Dik, saya tidak bisa memenuhi permintaan konyol mu. Saya ngga mau menyakiti kalian lagi", ujar Yani Shu tegas.

"Mba, aku ikhlas kalau dipoligami sama Mba. Aku yakin Mas Agung akan adil pada kita mba, percaya Mba. Mba, aku sakit kanker, aku ngga tau apakah aku bisa sembuh atau tidak jadi aku mau saat aku sedang berjuang melawan penyakit ini, ada orang yang bisa membantu aku mengurus suamiku Mba, suami kita. Dia masih suamimu mba, suami resmimu", ujar Wendy lemah dengan berurai air mata.

"Tapi Dik, kamu bisa sembuh kok. Sakitmu hanya baru stadium awal. Sabar aja ya Dik", ujar Yani Shu lagi.

"Mba, tolong aku. Aku akan Treatment di luar sementara Mas Agung sedang sibuk mengurus pekerjaannya disini. Aku lebih tenang kalau Mba yang mengurus Mas Agung disini sementara aku Treatment di luar. Mba, aku ngga ikhlas kalau sampai ada perempuan lain yang mengganggu rumah tangga kita saat aku sedang menjalani Treatment. Lagipula Mba ngga perlu serumah denganku kok kalau Mba ngga mau. Aku bisa tinggal di luar dan Mba di sini. Jadi saat Mas Agung ke sini, dia bisa bersama Mba, dan kalau dia di luar, dia akan bersamaku. Kita bisa berbagi Mba. Please Mba", ujar Wendy memelas.

"Kamu ngomong apa si Dik, aku makin bingung. Uda deh jangan konyol Dik. Kamu harus Treatment biar penyakit mu sembuh dan jangan pikir macam-macam", ujar Yani Shu.

"Aku ngga mau melakukan Treatment apapun kalau Mba dan Mas Agung ngga menikah lagi secara agama. Terserah. Biar aja, aku ngga akan melawan penyakit ini", ujar Wendy tegas.

"Mami apa-apa an si. Jangan konyol deh kamu", herdik Agung.

"Iya, Mami, jangan main-main deh sama Nyawa Mami", ujar Pras marah.

"Dik, kamu masih punya anak yang harus diperhatikan", ujar Yani Shu mengingatkan.

"Terserah. Aku ngga akan menjalani kemoterapi ataupun Treatment apapun kalau kalian berdua tidak mau menikah", ujar Wendy sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.

Agung langsung mendekati dan memeluk Wendy erat dan Wendy berusaha melepaskan diri namun akhirnya dia menangis dalam pelukan Agung.

"Mas kalau kamu sayang aku, nikahi lagi Mba Yani Shu", ujar Wendy ditengah-tengah tangisnya.

"Iya ... Iya, aku akan menikahi Yani Shu lagi. Tapi kamu harus melakukan Treatment ya. Aku ngga mau kamu kenapa-kenapa. Aku takut kehilanganmu", ujar Agung lagi.

"Mas jangan ikutan deh ngawurnya", tegur Yani Shu dibelakang Agung.

"Mas janji ya. Aku harus melihat kalian menikah dulu baru aku mau pulang", ujar Wendy tersenyum.

"Iya, kamu mau kapan kami menikah, Aku akan menikahi Yani Shu saat itu juga", ujar Agung tegas.

"Lusa, Kalian harus menikah lusa biar aku bisa segera pulang dan menjalani Treatment aku", ujar Wendy tersenyum.

Pras hanya memijit tempat di antara kedua alisnya sambil geleng-geleng kepala mendengarkan perkataan Mami dan Papinya. Wendy melepaskan pelukannya dan memandang ke arah Yani Shu.

"Mba, Lusa ya Mba harus menikah lagi dengan Mas Agung secara agama", ujar Wendy tersenyum.

Agung melihat ke arah Yani Shu dengan tatapan memohon agar ia setuju dengan permintaan konyol itu. Dengan terpaksa Yani Shu mengangguk.

"Baiklah. Saya akan menikah lagi dengan Mas Agung asal kamu mau menjalani Treatment kamu. Saya akan ikut dengan kamu ke luar buat memastikan kalau kamu benar-benar menjalani Treatment itu. Kalau sampai kamu skip tidak menjalani Treatment untuk kesembuhan penyakit kamu, saya akan segera menceraikan Mas Agung", ujar Yani Shu mengancam.

"Iya Mba, saya akan langsung pulang dan menjalani Treatment saya. Makasih ya Mba", ujar Wendy lalu memeluk Yani Shu dan Agung memeluk mereka berdua.

"Jiaaaah Papi menang banyak ni", celetuk Pras dengan cueknya yang membuat Agung melotot melihat ke arahnya.

Pras tersenyum konyol lalu ia keluar memanggil pelayan untuk mulai memesan makanan untuk mereka berempat.