"Aku ngga ikut deh Xena", ujar Xavier lemah. Sudah lebih dari sebulan semenjak kepergian Luna, Xavier menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.
Kirana diasuh oleh Xena dan Pras, sehingga Xavier benar-benar menenggelamkan dirinya dalam kesibukan pekerjaan di WD Group.
Nathan dan Adelia sangat prihatin dengan putra sulung mereka, sehingga mereka meminta Xena agar membawa Xavier untuk refreshing bersama.
"Ngga mau tau kak. Kamu harus ikut. Awas aja berani ngga ikut. Pakaian kamu sudah aku siapkan semua di mobil. Hari ini aku akan tungguin kamu sampai pulang kak. Kita langsung jalan ke Villa milik kak Takeshi", ujar Xena.
"Ya kamu jalan aja sama Pras ya", tolak Xavier lagi.
"Kak Pras sama anak-anak uda duluan kak, dia bareng Wilma, Michael dan Adriana. Lily dan Anthony juga menyusul atau mungkin barengan mereka", ujar Xena.
"Ayolah kak, temani aku, aku malas bawa mobil sendiri. Please kak. Kirana juga uda jalan duluan sama kak Pras", ujar Xena.
"Loh Kirana diajak juga? Pras gimana nyetirnya? Kan ada anak kembarmu juga", tanya Xavier heran.
"Kan mereka punya bangku khusus bayi, tenang aja. Lagian ada Adriana kok, Kirana pasti peluk erat Adriana", ujar Xena tersenyum.
"Kamu ada maksudnya ya ajak aku?", tanya Xavier curiga.
"Iyalah. Mommy dan Daddy khawatir sama kakak. Ayolah kak, ikut aja ya. Masa kakak tega si bikin Mommy sama Daddy khawatir terus sama kakak", ujar Xena memelas. Xavier melirik jam yang ada diatas mejanya.
"Ya sudah, beri aku 5 menit lagi. Aku selesaikan ini dulu, baru kita jalan. Beneran kamu sudah membereskan pakaianku?", tanya Xavier lagi.
"Sudah kakak gantengku. Aku tau selera kakak kok tenang aja", ujar Xena lalu duduk di kursi depan meja Xavier.
"Mau aku bantuin engga?", tanya Xena.
"Ngga usah. Ini juga sudah banyak dibantu sama Pras. Bagusnya aku punya ipar yang bisa diandalkan. Jaga Pras baik-baik jangan sampai ada wanita lain diantara kalian kalau ngga kamu akan menyesal kalau kehilangan dia", ujar Xavier.
"Insya Allah ngga akan kak. Aku mencintainya sama seperti dia mencintai aku. Aku percaya sepenuhnya pada kak Pras", ujar Xena.
Xavier hanya diam lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Sekitar 5 menit kemudian Xavier tampak membereskan mejanya dan mematikan Laptop nya.
"Aku bawa Laptop aja deh kali aja ada yang bisa aku kerjakan lagi", ujar Xavier.
"Ngga usahlah kak. Kan sekarang waktunya buat bersenang-senang kak", ujar Xena merajuk.
"Ya Uda buat aku main game kalau iseng", ujar Xavier.
Setelah berdiri Xavier termenung sebentar lalu teringat sesuatu, ia membuka laci mejanya. Dari laci mejanya, dikeluarkannya tasbih pemberian Pras.
"Suamimu mengajar aku cara untuk tenang dan it's work. Aku tak berusaha melupakan Luna namun aku berusaha mengikhlaskan kepergian nya. Ini membuatku lebih tenang sekarang", ujar Xavier.
"Baguslah kak. Ayo kita let's go", ujar Xena sambil menggandeng lengan Xavier.
Xavier tersenyum melihat kelakuan adiknya dan Xena sempat terperanjat karena ini pertama kali dia melihat senyum diwajah kakaknya.
"Banyaklah tersenyum seperti itu kak. Kamu makin ganteng kalau tersenyum", ujar Xena.
Akhirnya mereka keluar dari kantor WD Group dengan mengendarai mobil Xavier menuju ke arah Villa di puncak. Sampai pertengahan jalan, Pras menghubungi Xena via HP.
"Iya sayang. Aku uda OTW ne, Uda sampai Tol. Iya aku diantar kak Xavier. Oh yang lain uda sampai semua. Ya Uda sebentar ya. Anak-anak gimana? Mereka rusuh ya? Kirana? Oh ikutan berenang? Sama siapa? Sama Adriana? Oke. Iya pasti lucu. Kirim fotonya sayang. Iya sabar ya. Bye", ujar Xena lalu menutup teleponnya.
"Kirana kenapa?", tanya Xavier.
"Kirana ikutan berenang dikolam dangkal, ditemani Adriana. Ih lucu banget fotonya. Aku kirimkan ke HP mu ya kak", ujar Xena sambil melihat foto yang dikirimkan Pras.
"Kita mampir ke toko cemilan ya, beli cemilan buat iseng-iseng", ujar Xavier.
"Oke. Ingatkan beli cokelat putih ya. Adriana paling suka coklat putih", ujar Xena.
"Adriana suka apa lagi?", tanya Xavier pelan.
"Hmmmm kenapa ni tanya-tanya kesukaan Adriana?", tanya Xena menggoda Xavier.
"Ngga. Aku cuma mau berterimakasih aja karena dia telah menjaga Kirana", ujar Xavier.
"Kalo ada apa-apa juga ngga apa kak. Adriana jomblo kok sekarang. Si brengsek William selingkuh. Kasihan Adriana, dia itu orangnya baik hati, cerdas dan cantik. Setia lagi. Rasanya ingin aku Jambak itu anak MaBa yang merebut Wiliam dari Adriana", ujar Xena kesal.
"Oh Adriana uda Jomblo? Aku kira dia masih sama William", ujar Xavier tersenyum.
"Makanya kak, nikahi Adriana aja kak. Aku tau kak Luna tidak akan tergantikan. Tapi kak dimana lagi kamu bisa menemukan perempuan yang bisa diterima oleh anakmu kak. Kamu sekarang ngga sendiri, ada Kirana yang harus kamu perhatikan juga. Jangan karena kamu salah pilih, mengakibatkan Kirana kehilangan kasih sayang seorang ibu. Aku tahu benar sifat Adriana kak. Dia orangnya setia, aku rasa kamu akan cocok dengannya kak", ujar Xena.
"Hei bermaksud menjodohkan aku dengan Adriana? Kenapa dulu kamu tidak membiarkan sahabat-sahabatmu mendekati aku?", tanya Xavier heran.
"Dulu lain ceritanya. Kakak dulu banyak banget saingannya, aku ngga mau sahabat ku menangis kalau ditolak kakak dan malah jauhin aku. Kalau sekarang kan cuma Kirana yang jadi saingan karena kalau soal perempuan lain pasti kakak sudah ngga berminat kan?", ujar Xena.
"Kamu tau benar diriku Xena", ujar Xavier.
"Kita berhenti di depan situ ya kak. Disitu banyak cemilan-cemilan. Jangan lupa coklat putih buat Adriana", ujar Xena.
"Siap bos", ujar Xavier mengerti.