Sampai di RS Xena sedikit berlari keluar dari mobil menuju ke UGD, Pras mengikuti di belakangnya. Di UGD khusus VIP sudah ada Nathan Utomo dengan Adelia yang sedang menenangkan Xavier yang mulai kelihatan panik.
"Kakak", teriak Xena yang langsung memeluk Xavier yang berdiri saat melihat kedatangan Xena.
"Xena apa yang harus aku lakukan? Aku tak tahu harus bagaimana kalau sampai kehilangan dia", ujar Xavier yang membenamkan wajahnya di ceruk leher Xena.
"Tidak kakak, kamu ngga akan kehilangan Luna, berdoa saja kak, hmmm", ujar Xena dalam Isak tertahannya berusaha menenangkan Xavier walaupun dia juga cemas. Pras memeluk mereka berdua.
"Istighfar ya. Pasrahkan semua pada Tuhan, DIA yang menentukan segalanya, kita hanya berusaha", ujar Pras berbisik kepada Xavier.
Xavier makin mengeratkan pelukannya. Kemudian seorang dokter keluar dari ruangan dengan wajah tertuduk. Nathan dan Adelia langsung mendekati dokter tersebut yang tampak memberikan pandangan kepada Xavier. Xavier melempaskan pelukannya lalu mendekati dokter itu juga.
"Mohon maaf sekali pak Presdir, ibu Adelia, terutama pak Xavier. Kami sudah berusaha semampu kami untuk menyelamatkan nyawa ibu Luna, segala pengetahuan kami sudah kami kerahkan tetapi Tuhan berkehendak lain. Ibu Luna menghembuskan nafas terakhirnya 30 menit lalu. Kami sempat memberikan bantuan pernafasan tapi tidak ada respon. Dia wafat jam 14.30 WIB. Kami turut berdukacita", ujar dokter itu yang bagaikan petir disiang bolong di telinga Xavier.
"Tidak dokter, kamu bohong kan? Lunaku masih ada kan? Jangan bercanda dokter", ujar Xavier sambil meraih kerah baju dokter itu dan mencengkeram dengan erat. Adelia menangis dalam pelukan Nathan.
"Saya tidak bercanda pak Xavier. Mohon maaf. Kami sudah berusaha semampu kami. Kami turut berdukacita pak", ujar dokter itu pelan.
Pras langsung meraih tangan Xavier dan langsung membawanya dalam pelukannya. Xavier langsung menangis kencang dalam pelukan Pras. Xena langsung menghambur dalam pelukan Nathan Utomo yang juga memeluk Adelia. Ruang tunggu itu heboh dengan tangisan Xavier yang menyayat hati yang mendengarnya.
Jason yang baru tiba seakan langsung tahu apa yang terjadi lalu menghampiri dokter itu dan menanyakan perihal untuk pengurusan kepulangan jenasah Luna. Dia langsung mengerahkan staffnya segera ke rumah Nathan Utomo untuk mempersiapkan kedatangan jenazah Luna.
"Itu bohong kan Pras. Ini aku lagi mimpi kan Pras. Ini ngga benar-benar kejadian kan?. Tadi pagi dia masih mempersiapkan pakaianku untuk bekerja. Dia masih pakaikan dasi ku dan aku masih memeluknya erat. Ini ngga benar-benar terjadi kan", ujar Xavier sambil melihat muka Pras.
"I Wish I could tell you that, but It's really happening right now. Luna sudah pergi untuk selamanya. Ikhlaskan dia ya bro, kasihan Kirana kalau kamu juga ikutan terpuruk", ujar Pras.
"Kamu masih ada Kirana yang menunggumu, cinta Luna kepadamu", ujar Pras membesarkan hati Xavier.
"Aku mau Luna, Pras. Aku mau istriku, aku ngga mau yang lain", teriak Xavier.
"Sadarlah Xavier. Luna pasti sedih kalau kamu bicara gitu. Kirana anakmu, buah cintamu kepada Luna, tanggung jawab kamu. Bangunlah. Jangan terlalu terpuruk. Bangunlah untuk Kirana", ujar Pras lagi.
Pras membimbing Xavier duduk ke bangku ruang tunggu. Xavier hanya diam, mukanya masih memerah karena tangis hebatnya tadi.
Tak lama pihak kepolisian datang menghampiri Nathan Utomo untuk menyelesaikan bela sungkawa lalu kemudian ke arah Xavier namun Pras menggunakan bahasa isyarat dengan sopan meminta polisi jangan menghampiri Xavier dulu.
"Kami akan mengirimkan pengacara kami untuk menyelesaikan ke kantor bapak ya", ujar Nathan yang juga kemudian mencegah polisi mendekati Xavier.
"Baik pak Nathan. Sekali lagi kami turut berdukacita atas kematian ibu Luna. Pihak yang terlibat dengan kecelakaan ibu Luna sudah kami tahan di kantor, silakan pengacara bapak datang ke kantor untuk membuat pernyataan tuntutan. Selamat siang", ujar polisi itu lalu meninggalkan mereka.
"Pak Presdir, jenasah ibu Luna akan di realese sekitar 2 jam lagi. Apakah langsung mau dimandikan biar langsung kita kuburkan hari ini pak?", tanya Jason pelan kepada Nathan.
"Sebentar ya, kita tanya Xavier saat dia tenang. Mamanya Luna juga masih dirawat kan? Lebih baik dia tidak dikasih tau dulu mengenai Luna. Kedua adiknya juga masih di asrama, tolong utus orang untuk menjemput mereka lalu bawa ke rumah saya", ujar Nathan tegas. Jason langsung melakukan perintah Nathan menyuruh anak buahnya menjemput adik Luna.
"Dad, kalo ngga biar sama keluarga saja dimandikannya, untuk yang terakhir kali. Kita bawa jenasah nya setelah boleh di realese sama pihak RS", usul Prasetya yang langsung disetujui Nathan.
"Iya begitu saja. Adel sama Xena pulang aja dulu. Pras kamu bawa sopir kan?. Kalian pulang, bantu persiapkan kebutuhan di rumah menyambut kedatangan jenazah sambil tunggu kedua adik Luna", ujar Nathan.
"Ayo Mom, kita pulang duluan. Kak Pras kamu tetap dampingi kak Xavier kan? Aku sama Mommy pulang duluan", ujar Xena yang setelah mendapatkan anggukan kepala Pras langsung menuju keluar ruang UGD menuju ke rumah Nathan Utomo.
Xavier masih terdiam, terlihat seperti nyawanya tidak berada dalam raganya. Matanya menatap kosong sekelilingnya. Pukulan ini terlalu hebat membuatnya terpuruk terlalu dalam. Pras mendampingi kakak iparnya dengan setia. Nathan duduk disamping Xavier memberikan tepukan ringan di bahu Xavier.
"Sabar ya kak", ujarnya lembut.