Xavier sedang berdiri bersidekap di depan jendela kantor sambil matanya terlihat kosong, bahkan ia tidak menyadari kedatangan Xena yang tiba-tiba ada disampingnya.
"Hayoooo lagi ngelamun ya?", goda Xena.
"Eh kamu uda datang? Mana Pras?", tanya Xavier berusaha menghindari tatapan mata Xena. Xavier mengeluarkan sapu tangannya dan melap matanya dan dahinya.
"Ada apa kak? Apa kamu menangis?", tanya Xena sambil memegang lengan kakaknya. Ia lalu membimbing Xavier duduk di sofa single di pojok ruangan.
"Kak ceritakan padaku ada apa?", tanya Xena cemas.
"Aku baru terima hasil tes kesehatan kami tadi. Ada gangguan hormon pada Luna. Jadi kemungkinan untuk hamil amat kecil", ujar Xavier terlihat sedih.
"Aku bingung memberitahukan apa kepada Luna. Aku ngga tau mesti gimana", ujar Xavier lagi.
"Jangan kasih tau dulu kak. Hal seperti itu begitu menyakitkan buat perempuan. Coba kakak konsultasi dengan dokter yang lain dulu. Sekarang kedokteran sudah canggih kak. Banyak jalan menuju ke Roma. Kalian bisa konsultasi dengan bayi tabung", ujar Xena.
"Tapi tetap kak, kamu harus cari waktu agar kak Luna bisa mengerti mengenai keadaannya. Kamu harus menjadi tegar, kamu harus jadi penopang dia disaat dia terpuruk. Aku tahu ini tak mudah, tapi jangan sampai ada kebohongan kak. Lebih sakit kalau kita mendapatkan kebohongan dari orang terdekat kita kak", ujar Xena lagi sambil menggenggam erat tangan Xavier. Xavier hanya menunduk sedih dan mempererat genggaman tangan Xena.
"Apakah kamu akan terus mencintai kak Luna dengan kekurangannya itu kak? Aku tanyakan itu karena aku yakin kak Luna akan melarikan diri bila kamu tidak menyakinkan dia kalau kamu mencintainya dengan tulus", ujar Xena lagi yang membuat raut muka Xavier langsung berubah.
"Aku mencintai dia apapun dirinya. Aku ngga perduli apakah dia bisa hamil atau tidak, yang aku perduli adalah aku ingin selalu bersamanya", ujar Xavier tegas.
"Katakan itu kepada kak Luna. Yakinkan dia kalau kamu akan tulus mencintainya", ujar Xena. Xavier mengangguk dan tersenyum.
"Pasti akan aku yakinkan dia untuk tetap selalu bersamaku", ujar Xavier tegas.
"Semangat ya kak", ujar Xena lalu melepaskan pegangannya dan menuju ke meja kerjanya. Masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.
"Pras kemana? Kok kamu ngga bareng dia?", tanya Xavier.
"Kak Pras harus ke Lexi Group, ada janji sama kliennya. Dia tadi ngedrop aku doang di bawah, pulang nanti dijemput dia lagi", ujar Xena.
"Ya Uda nanti kalau ngga ada yang jemput, pulang bareng aku aja", ujar Xavier.
"Ok", jawab Xena.
Akhirnya mereka berdua kembali tenggelam dalam pekerjaannya mereka.
Saat siang setelah makan siang, tiba-tiba Luna masuk ke ruangan Xavier dan Xena.
"Xavier Arkaan Utomo, kapan kamu akan kasih tau aku soal ini", jerit Luna.
Xavier yang sedang melihat komputer nya kaget demikian juga Xena. Ririn yang ada di depan pintu diberi kode oleh Xena untuk segera menutup pintu.
"Kenapa kamu tutupi ini dari aku", jerit Luna lagi sambil terisak.
Xavier langsung bangun dan memeluk Luna erat sementara Luna berontak saat dipeluk Xavier. Xavier sekuat tenaganya mempertahankan untuk memeluk Luna sambil berbisik.
"Maafkan aku sayang, maafkan aku", bisik Xavier.
Luna berhenti berontak namun tetap histeris dalam pelukan Xavier. Xena mendekati pasangan ini lalu mengusap lembut punggung Luna.
"Ceraikan aku Xavier. Aku tak berguna jadi istrimu", ujar Luna dalam isaknya.
"Tidak akan pernah", jerit Xavier tetap mempertahankan pelukannya.
"Kak Luna apa-apaan si kamu. Masalah untuk diselesaikan bukan dihindari", ujar Xena marah. Xavier melonggarkan pelukannya, Luna menengok kepada Xena.
"Tapi aku tak berguna Xena, aku tak bisa hamil seperti kamu, aku tidak bisa menjadi bagian keluarga Utomo", ujar Luna kembali terisak.
"Apakah serendah itu kamu memandang cinta kami padamu kak?", ujar Xena marah. Xavier melepaskan pelukannya dan membiarkan Luna berdiri sendiri di depannya.
"Sayang, kamu sudah menjadi bagian keluarga Utomo, aku mencintaimu apapun dirimu, aku menerima kekuranganmu sama seperti aku menerima kelebihanmu", ujar Xavier lembut.
"Kak Luna, jangan jadi orang picik kak. Dunia kedokteran kita sudah maju. Kakak dan kakak Xavier bisa berjuang bersama, gunakan banyak cara. Yang paling utama kalian selalu berdoa pada Tuhan karena Ia penentu segala. Kalau hanya karena itu kamu sudah putus asa, kamu ngga percaya sama Tuhan, yang akan merugi diri kamu sendiri kak. Kami akan selalu mendukung kamu. Daddy sama Mommy juga pasti akan selalu mendukung kamu kak, mendukung kalian berdua. Saling berpegang tangan kak, kamu dan kak Xavier, semua masalah akan terselesaikan. Pasrahkan diri kamu pada Tuhan kak", ujar Xena lembut.
Luna yang selalu menunduk melihat ke arah Xena lalu memeluk erat Xena, namun segera ia lepaskan saat merasakan tendangan dari perut Xena.
"Maaf.. maafkan aunty yang little bean", ujar Luna sambil mengusap perut Xena.
"Tuh kak, little bean pun mendukung kamu kak. Jangan putus asa. Kamu konsultasi sama kak Xavier ke dokter, bahkan kalau perlu ke luar negeri, anggap aja liburan kalian. Banyak cara kak untuk kamu bisa hamil, jangan putus asa. Kamu sugesti kan dirimu kalau kamu bisa hamil, selalu bersama kak Xavier. Anggap aja kalian memang belum dikasih rejeki anak, kalian bisa mengumpulkan banyak hal agar saat anak kalian lahir, dia tidak akan kekurangan apapun. Jangan menghindar, hadapi dan selalu bersama. Cinta kalian adalah penyemangat kalian, ya kak Luna", ujar Xena sambil menggenggam tangan Luna.
Luna juga mengenggam tangan Xena erat dan ia mulai tersenyum. Xavier merangkul istrinya yang mulai bisa tersenyum lalu melihat ke arah Xena sambil berbisik.
"Terimakasih", bisik Xavier.
"Sama-sama kak", balas Xena sambil berbisik juga.
Pintu terbuka dan muncul lah orang yang dinanti Xena. Pras tampak kebingungan melihat Xavier yang memeluk erat Luna dan ia tersenyum saat Xena menghampirinya dan membuka kedua tangannya lebar.
"Aku juga mau dipeluk suamiku", ujar Xena manja. Pras lalu memeluk Xena namun kemudian melepaskan dan merangkulnya.
"Maaf little bean, Papa kekerasan ya peluk mama. Jangan keras-keras juga ya tendang mama, kasian tuh mama kesakitan", ujar Pras lembut sambil mengusap perut Xena.
Pras melihat ke arah Xavier yang sedang merangkul Luna erat, ia heran karena biasanya. kakak iparnya itu pasti sudah nyeletuk asal.
"Tumben lagi berdua mesra banget", ejek Pras.
Xena mencubit pinggang Pras agar dia menutup mulutnya dan Pras memandang Xena heran namun ia menutup mulutnya tidak berkata sepatahpun. Pras lalu merangkul Xena duduk ke kursi kerjanya lalu iapun juga duduk di meja kerjanya dan membuka laptopnya mengerjakan pekerjaannya.
Xavier dan Luna berpamitan karena Xavier ingin lebih menenangkan Luna dengan membawanya keluar kantor. Setelah kepergian Xavier dan Luna, Xena baru menceritakan kepada Pras apa yang baru terjadi yang membuat Pras mengerti kenapa dia tadi menerima hadiah cubitan Xena.