webnovel

Dilema

Seratus mawar putih dalam satu buket besar menyambut kedatangan Xena waktu ia membuka kamarnya. Xena mendekati buket bunga itu dan melihat kartu kecil yang ada di dalamnya.

"Sayang, maafkan aku. Aku mencintaimu dan baby bean, Prasetya", bunyi tulisan di kartu.

"Nak, papamu panggil kamu baby bean. Kak Pras, ternyata kamu bisa romantis juga ya", lirih Xena sambil mengelus perutnya.

"Aku memang pria romantis", bisik Pras tiba-tiba dari belakang Xena.

Ternyata Pras sudah tiba lebih dulu dan ia berada di kamar mandi saat Xena masuk ke kamarnya. Xena berbalik badan dan melingkarkan tangannya ke leher suaminya.

"Maafkan aku juga ya karena tadi pagi aku marah-marah engga jelas sama kamu. Bener kata Delon, kita ngga usah dengarkan kata orang lain, orang lain bicara ngga akan ada habis-habisnya", ujar Xena memuji Delon.

"Eh pinter juga tuh bocah ingusan menasehati", ujar Pras tersenyum.

"Bocah ingusan dari mana? Umur dia cuma lebih muda satu tahun darimu kak", ujar Xena mencibir melepaskan rangkulannya. Pras menarik istrinya kembali dalam pelukannya.

"Sayang, aku cinta kamu, aku akan lakukan apapun untuk kamu. Maafkan aku ya", ujar Pras lembut ditelinga Xena.

Xena mengangguk. Pras kemudian memandang wajah istrinya dalam lalu mencium bibir Xena lembut. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan kemudian mengeluarkan sekotak kecil dari saku jasnya.

"Bukalah sayang", ujar Pras sambil memberikannya ke Xena.

Xena membuka kotak itu dan menemukan satu untai kalung berlian dengan liontin huruf X.

"Akh kalung berlian dengan GPS ya sayang. Makasih ya, aku suka", ujar Xena riang.

"Kok kamu tau kalau kalung ini ada GPS nya?", tanya Pras heran.

"Sayang, apa kamu ngga pernah perhatikan leher Mommy? Kalung Mommy sama kan dengan ini", ujar Xena.

"Jadi aku tau kalau kalung ini ada GPS nya. Tak heran ya orang-orang bilang kamu sama Daddy mirip dan memang benar. Akh sayang", ujar Xena sambil memeluk suaminya erat.

"Oh iya ya, aku mungkin terinspirasi dari kalung Mommy kamu ya", ujar Pras sambil tetap memeluk Xena.

"Kamu Uda Mandi? Mandi bareng yuk", ajak Xena.

"Ayo", Pras tersenyum jahil.

Xavier masuk ke rumah dengan muka kusut. Ia langsung berjalan menuju ke kamarnya tanpa berkata-kata. Saat akan masuk kamar, Xena keluar dari kamarnya dengan Pras.

"Kenapa loe muka dilipet sepuluh gitu?", tanya Pras cuek.

"Brisik loe", herdik Xavier.

"Kakak lagi kena sindrom calon pengantin tuh kak", goda Xena.

"Ni lagi, laki bini samanya", ujar Xavier sambil melotot kepada Xena.

Xavier membuka pintu kamarnya, dan dengan cueknya Xena dan Pras berangkulan masuk mengikuti dan duduk di sofa yang ada di kamar Xavier.

"Ngapain pada masuk?", tanya Xavier.

"Tenang Bro, kita bantuin deh kalo emang bisa dibantu. Kenapa?", tanya Pras. Xavier melihat ke muka adik dan adik iparnya yang serius.

"Itu si Luna ngambek. Gw mau ngundang Cherry sama Herlina. Xena, loe kan tau siapa mereka. Dia malah mau ngundang Wahyu sebagai ancamannya", ujar Xavier lemah.

"So What? Undang aja mereka. Apa susahnya si", ujar Pras.

"Kak Xavier harap maklum ya, orang ini belum pernah pacaran jadi ngga tau dilemanya pacar sekarang diketemuin sama mantan pacar", ujar Xena.

"Nah itu dia", ujar Xavier sementara Pras cemberut karena dianggap belum pernah pacaran.

"Kalau aku si cari aman aja kak. Mending ngga usah undang semua. Baik mantan kakak maupun mantan kak Luna", ujar Xena.

"Tapi kan aku mau kasih lihat mereka kalau aku bahagia", ujar Xavier.

"Daripada mereka cari rusuh gimana? Kakak kan tau Cherry gimana. Dulu aja dia bisa jambak-jambakan sama Herlina di depan rumah. Ogah akh aku kalo disuruh pisahin mereka", ujar Xena.

"Iya juga si. Trus Wahyu gimana? Kan dia termasuk karyawan WD", ujar Xavier.

"Nah kalo itu boleh juga tuh, biar si Deffy makin sewot abis sama kak Luna. Sumpah aku mau lihat ekspresi nya saat datang di acara pernikahan kak Xavier", ujar Xena berseri-seri.

"Jadi aku mesti undang ne? Akh males banget deh", keluh Xavier.

"Ya Uda aku yang undang, kan aku atasan dia. Aku yang undang jangan kamu atau kak Luna kalo ngga mau", ujar Xena.

"Oke deh. Jadi kamu ya yang undang Wahyu. Nanti aku kirimkan undangan via WA ke kamu ya, biar kamu yang kirim ke Wahyu", ujar Xavier ceria.

"Oke selesai kan?", ujar Xena.

"Iya, makasih ya adikku", ujar Xavier sambil mengacak-acak rambut Xena.

"Ih Ni orang kebiasaan amat si", keluh Xena. Pras hanya nyengir saat Xena melihat tajam ke arahnya.

"Kok ngga bantuin aku si", kesal Xena.

"Sayang, kalo di rumah dia kakak kamu, kalo di kantor dia baru aku lawan soalnya dia saingan aku", ujar Pras. Xavier tersenyum penuh kemenangan.

"Uda loe berdua keluar, gw mau mandi. Nyempit-nyempitin kamar gw aja", ujar Xavier sambil membuka pintu kamarnya.

Xena dan Pras bangun dari sofa tetap berangkulan lalu keluar kamar untuk turun ke ruang keluarga. Sampai di bawah, Xena duduk di sofa depan TV dan lalu menyalakan TV menyetel acara kesukaan nya, kartun. Pras dengan cueknya membuka buku yang dari tadi ia bawa. Xena menyenderkan badannya ke badan Pras. Nathan yang baru masuk ke rumah lalu duduk di sofa single dekat mereka.

"Uda akur Ni ceritanya?", goda Nathan.

"Dad, aku juga punya kalung kaya Mommy", ujar Xena sambil memperlihatkan kalung yang melingkar di lehernya.

"Akh ngga kreatif kamu Pras. Niru-niru", ledek Nathan.

"Eh Tapi Daddy belum pernah kirimkan Mommy mawar putih sebanyak itu yang ada dikamar Xena", ujar Adelia membela menantunya.

"Tuh Dad, berarti saya lebih kreatif dari Daddy", ujar Pras nyengir.

"Ok Mommy mau berapa mawarnya? Aku pesenin sekarang", kata Nathan sambil menarik Adelia duduk di pangkuannya dan mengunci tubuh Adelia erat.

"Ngga usah akh. Buang-buang uang. Mending buat beli yang lain", kata Adelia.

"Ih Mommy, biarin aja Daddy beli mawar buat Mommy, selain nyenengin Mommy, hitung-hitung nolong orang jualan kembang biar cepet abis dagangannya. Hahahaha", ujar Xena tertawa lepas.

"Dasar kamu tuh. Mau makan malam pakai apa? Biar Mommy suruh si bibi masakin", ujar Adelia.

"Makan di luar aja Mom. Kak Xavier abis berantem tuh Ama kak Luna, kita ajak dia makan di Resto nya Tante Lia aja Dad. Biar kak Xavier lebih refresh", usul Xena.

"Boleh juga tuh, kali aja Daddy kangen sama mantan", sindir Adelia.

"Mommy masih jeles sama Lia", goda Nathan sambil mencubit hidung Adelia.

"Engga siapa bilang. Kalau mau makan di situ, ayo makan aja disana", ujar Adelia ketus.

"Ya Uda ayo, bilang sana sama Xavier", ujar Nathan.

Xena mengeluarkan HP dari kantung baju Pras dan melakukan panggilan telepon ke HP Xavier.

"Kak kita mau makan di luar, cepatan turun. Uda lapar ni, kasihan ni calon ponakan mu belum makan", ujar Xena. Tak lama kemudian tampak Xavier menuruni tangga.

"Ayo, sopir tetap dong si Bawel Pras", ujar Xavier penuh kemenangan.

"Iyalah, mentang-mentang mantu, gw dibully mulu ya", keluh Pras.

"Kenapa kak? Ngga suka nyupirin kita?", tanya Xena menatap tajam ke suaminya yang sedang merangkul nya.

"Ngga sayang, suka kok. Ayo", ujar Pras tersenyum.

"Hahahaha takut dia sama Xena", ujar Nathan menggoda.

"Daddy apa aku bilang semalam, Menantumu jangan di bully terus", ujar Adelia kesal.

"Iya ngga mom", ujar Nathan lembut.

"Hahahaha .... Daddy juga sama takut sama Mommy .... Aduh kok aku dicubit si", keluh Pras menggoda Nathan namun mendapatkan cubitan dari Xena.

Nathan sudah mulai melotot, Xena lalu berujar, " Maaf Dad, kak Pras ngga sengaja. Kita keluarin mobil dulu ya", ujar Xena sambil menarik tangan suaminya cepat-cepat keluar dari rumah.

"Rasain loe Pras. Berani-beraninya ngetawain Daddy", lirih Xavier pelan takut terdengar Daddynya.

Akhirnya mereka semua masuk ke dalam mobil Alphard yang dikendarai oleh Pras menuju ke Resto untuk makan malam.