webnovel

8. Kemarahan Harumi.

Melihat Harini yang tergeletak tidak sadarkan diri. membuat Harumi tersenyum sinis. baginya tidak peduli jika Harini akan mati seketika itu, bahkan itu yang diinginkan Harumi jika Harini mati di tangannya.

"Kenapa, kau tidak cepat mati hah!! bahkan aku ingin kau mati saat ini juga sehingga keluargaku terbebas dari anak sepertimu. anak membawa sial!!" Kata Harumi dan kembali memberikan tendangan dengan sepatunya yang tinggi tepat mengenai paha Harini. dan lebih kejam Harumi memutar sepatunya dengan sengaja. namun tidak ada pergerakan dari Harini.

Setelah puas menghukum Harini. Harumi meninggalkan kamar Harini dan menguncinya dari luar. dan kini menuju kamar putrinya Carissa.

"Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" Harumi mendekati putrinya yang tengah tertidur. ia tahu jika putrinya hanya berpura-pura tertidur.

"Sayang, kamu tidak ingin mendengarkan apa yang terjadi dengan anak itu?" Kata Harumi.

mendengar apa yang dikatakan ibunya Carissa membuka matanya dan menatap ibunya yang tersenyum padanya.

"Apakah anak itu mati?" Tanya Carissa.

"Semoga saja seperti itu!!" Carissa tersenyum puas mendengar perkataan dari ibunya. ia tahu bagaimana ibunya jika menghukum Harini.

"Maksud ibu apa? katakan dengan jelas ibu!?" Seru Carissa yang tidak sabar mendengar kabar tentang Harini.

"Ibu mendorongnya, sehingga dia jatuh dan pingsan. semoga dia mati, dan keluarga kita terbebas dari anak itu dan kamu mendapatkan perhatian dari kakek sepenuhnya tanpa ada halangan dari anak sial itu." Kata Harumi dengan sorot mata yang menyeramkan. bahkan matanya hampir keluar.

"Hahaha... aku tahu jika ibu akan melakukannya. kalau kakek pulang dan menanyakan keadaan anak itu?" Harumi berpikir sejenak lalu dengan senyum penuh kelicikan, menatap putrinya dan mereka kembali tersenyum seolah-olah mereka telah menemukan sesuatu yang sangat berharga.

"Bu, apa dia akan..." Harumi menghentikan ucapan Carissa dia menganggukkan kepala dengan pasti Jika ia mampu menyembunyikan harini dari ayah mertuanya.

"Kau, tahu apa yang Ibu pikirkan saat ini nak?" Tanya Harumi.

"Aku anakmu ibu, dan aku tahu seperti apa dirimu.. bahkan aku telah mewarisi sifat ibu." ibu dan anak saling tertawa lepas, mereka mengira jika semua masalah telah berakhir namun mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi kedepannya. bagi mereka menyingkirkan sesuatu yang menjadi penghalang adalah hal yang harus mereka lakukan.

"Sayang, ayo kita turun. sebentar lagi Ayah mu pulang. ingat apa yang harus kamu lakukan dan yang lainnya biarkan ibumu yang melakukan yang lainnya." Carissa mengangguk penuh arti.

Waktu telah menunjukkan pukul enam. Haris yang lebih dulu kembali ke rumah sebelum Malik membuat Harumi sangat senang. dirinya bisa melancarkan sandiwaranya dan melancarkan rencana untuk menyingkirkan Harini.

"Sayang, kamu sudah pulang?" Kata Harumi menyambut kedatangannya.

"Kamu, cantik sekali sayang.." Haris tidak menjawab sapaan sang istri, namun wajahnya mendekati wajah sang istri dan mengecup bibir Harumi sekilas dan kembali melangkah ke dalam tangan kirinya tidak lepas dari pinggang Harumi.

sampai di tangga Haris mencari keberadaan sang ayah namun tidak terlihat di ruang keluarga ataupun di meja makan. Haris membalikan tubuhnya dan bertanya pada Harumi yang masih bersedia berada di belakangnya.

"Sayang, apakah Ayah belum pulang?" Tanya Haris.

"Belum Sayang, apakah kau tidak mengunjungi kantor ayah?" Harumi berusaha memberikan perhatian pada ayah mertuanya. mencari perhatian dengan menanyakan keadaannya pada sang suami.

"Tidak, sayang. ini tidak seperti biasanya Ayah pergi tanpa memberitahu kita. dan aku tidak sempat datang ke kantor ayah. tapi hanya sebentar ayah datang kekantor, hanya untuk menandatangani berkas setelah itu, ayah pergi dan aku tidak sempat menemui Ayah di kantor karena hari ini banyak sekali pekerjaan yang telah menyita waktuku." Ucap Haris.

Harumi yang melihat Haris akan menghubungi ayahnya dengan segera mencegahnya. baginya pulang ataupun tidak ayah mertuanya. tidak ada masalah untuknya. bahkan itu yang sangat diinginkan Harumi. Ayah mertuanya pergi jika perlu Ayah mertuanya mati dalam kecelakaan. dan semua warisannya akan menjadi milik suaminya sehingga ia dan putrinya akan hidup dengan berkelimang harta.

"Sayang, sebaiknya kamu mandi terlebih dulu. setelah itu kau bisa menghubungi ayah." Haris menganggukkan kepalanya, bener apa yang dikatakan istrinya. Jika dia harus mandi terlebih dahulu agar tubuhnya yang lengket, kembali segar dan setelah itu baru dirinya akan menghubungi Ayahnya.

"Baiklah sayang. aku mandi dulu." Haris memasukkan benda pipih dalam kantongnya dan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Harumi tersenyum puas, suaminya mudah di kendalikan olehnya. karena ia tahu jika Haris laki-laki yang setia pada istrinya meskipun ia adalah anak tunggal dari keluarga terkaya di tempatnya tinggal, tapi seorang Haris bukanlah sosok yang suka bergonta-ganti pasangan. baginya satu wanita dalam hidupnya sudah cukup.

Harumi menyiapkan baju untuk Haris, dan kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. sudah menjadi rutinitas sehari-hari Harumi, yang memasak sendiri untuk keluarganya.

"Nyonya, apa nona Harini saya panggil untuk makan malam bersama?" Tanya salah satu pelayan di kediaman Herlambang.

"Lancang kamu!! beraninya mengatur ku!!" Suara dingin Harumi memenuhi ruang makan membuat berapa pelayanan diam seketika.

"Maafkan saya, nyonya. sa.. saya tidak bermaksud untuk..." Tubuh pelayan bergetar seketika, saat mendapatkan sorot Mata tajam dari Harumi.

"Diam!!!" Harumi melempar kotak tisu, yang berada tidak jauh darinya dan melemparkannya tepat mengenai dada pelayanan.

"Pergi dari hadapanku sekarang juga!!" Lanjut harumi, pelayan pergi dari hadapan Harumi yang mengangkat dua tangannya di pinggang.

"Pe... permisi Nyonya.." Harumi yang melihat tubuh pelayan senior di kediaman bergetar tersenyum sinis. pelayan senior adalah kepercayaan Malik yang sejak lama bekerja di keluarganya.

Harumi yang masih diliputi dengan kemarahannya terhadap pelayan senior, melempar gelas yang berada di meja ke arah pelayan senior yang baru beberapa langkah meninggalkan dirinya.

"Sayang, ada apa? kenapa kamu melempar gelas pada pelayan senior? kamu tahu bagaimana dia sangat di percaya oleh ayah?" Tanya Haris yang datang dengan tergesa-gesa saat mendengar suara benda yang pecah. niatnya untuk menemui putrinya kandas saat mendengar suara Harumi yang terdengar memarahi seseorang.

"Dia telah berani mengaturku!! apa kamu tahu. dia memintaku untuk memanggil Harini untuk mengajaknya makan malam bersama!!" Ucap Harumi dengan suara tinggi.

"Apa kau yakin, pelayan bicara seperti itu? kamu tahu bukan. jika dia pelayan senior yang sangat menjunjung tinggi kesopanan?" Haris tidak begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan oleh Harumi. pelayan senior yang terkenal dengan kesopanan yang selalu di junjung tinggi tidak mungkin berani bicara yang tidak- tidak pada Harumi.

"Kenapa kamu diam? apa kamu ragu dengan apa yang aku katakan? jika kamu tidak percaya aku akan memanggilnya dan kamu bisa menanyakan langsung padanya!!" Ucap Harumi masih dengan suara yang tinggi.

"Sayang, bukan seperti itu.. aku hanya tidak percaya jika pelayan senior berani memerintahkan seperti itu." Haris memilih diam meski dirinya tidak percaya apa yang dikatakan Harumi. meski hatinya tidak percaya. namun Haris tidak ingin memperpanjang masalah dengan istrinya. Haris memilih duduk namun tidak menemukan putrinya.

Tidak jauh berbeda dengan Haris, Harumi merasa bahagia melihat Haris diam. ia tahu jika Haris akan percaya dengan apa yang di katakan olehnya.

"Dimana Carissa sayang?" Tanya Haris.

"Ada di kamarnya, tadi pingsan di sekolah." Haris terkejut mendengar perkataan Harumi.

"Apa!! bagaiman bisa?" Haris yang terkejut, berlari ke kamar putrinya dan benar saja saat membuka pintu terlihat putrinya terbaring lemah di atas tempat tidur.

Next chapter