28 28. Aku Takut.

"Siapa, yang melakukan ini padamu?" Kata, Arion saat menemukan Harini yang dalam keadaan yang memprihatinkan. terlebih saat ini tubuhnya yang penuh luka dan gaunnya yang telah sobek.

"Harini, katakan siapa yang melakukan ini padamu? aku akan membalasnya jika kamu katakan padaku orangnya?'' Arion membawa tubuh Harini, melalui jalan rahasia yang tidak di ketahui oleh orang lain selain dua sahabatnya.

"Kalian ada dimana? periksa cctv yang mengarah taman belakang. pastikan jika kalian menemukan siapa pelaku penganiayaan Harini.'' Kata Arion dingin.

"Baik, bos. kami akan memeriksanya.'' Sambungan terputus. Arion membawa Harini kedalam kamarnya yang berada di salah satu gedung yang ada di sekolah, untuk pertama kalinya, Rion membawa seorang wanita ke dalam kamar pribadinya.

"Tuan, muda siapa yang anda bawa? apakah nyonya dan tuan mengetahuinya?'' Kata salah satu pelayan di keluarga Prasaja.

"Tugas, bibi sekarang. jaga dia dan ganti pakaiannya, sebentar lagi akan ada dokter yang akan datang. untuk memeriksa keadaannya. jadi aku minta pada bibi untuk tidak meninggalkannya sampai aku kembali. apa bibi mengerti?'' Tanpa menjawab perkataan pelayannya. Arion menjelaskan pada salah satu pelayan yang setia pada keluarganya. agar menjaga Harini.

"Baiklah, tuan muda.'' Arion memberikan paper bag, pada sang pelayan yang berisikan pakaian wanita, untuk mengantikan pakaian Harini. yang sudah tidak layak untuk di pakai.

"Baik tuan muda. saya akan melakukan apa yang anda katakan.'' Ucap sang pelayan.

"Berapa kali jangan panggil aku tuan muda huuff." Arion menggelengkan kepalanya, melihat pelayan senior yang berada di depannya dengan gelengan kepala.

Rion yang menunggu dokter pribadinya, entah kenapa dirinya sangat mencemaskan kondisi Harini.

"Selamat, malam tuan muda. siapa yang sakit sehingga anda meminta saya untuk datang dengan sembunyi-sembunyi seperti ini?'' Kata sang dokter dengan dahi berkerut saat melihat seorang gadis yang tertidur di atas kasur milik Arion.

"Periksa, dia. aku tidak ingin sesuatu terjadi dengannya dan pastikan tidak ada yang mengetahui jika disini ada gadis, apakah kamu mengerti?'' Kata Arion sebelum meninggalkan kamar miliknya. dirinya segera kembali ke pesta. tidak ingin jika para tamu dan siswa mencurigai keberadaannya.

"Saya mengerti tuan muda. bibi sepertinya gadis ini benar-benar spesial, lihatlah bagaimana tuan muda perhatian padanya.'' Kata, sang dokter.

"Anda benar dok, sepertinya akan ada menantu di keluarga Prasaja, saya harap tuan muda bisa melupakan sahabat kecilnya, kasian tuan muda hidup dengan bayang-bayang masa lalu.'' Ucapan pelayan kepercayaan keluarga Prasaja, yang tahu bagaimana Arion di masa lalu, membuat dirinya bahagia melihat gadis yang kini terbaring di atas tempat tidur Arion.

"Dok, bagaimana keadaan gadis ini? apakah lukanya cukup serius?" Kata pelayan yang berjaga di samping Harini.

"Hanya, lecet dan tertekan saja. sebentar lagi dia sadar, tapi tolong biarkan dia istirahat." Kata sang dokter.

"Baik, dok. saya akan menjaganya." Sahut sang pelayan.

"Apakah, bibi. yang akan menjaganya disini?" Kata Gaffi. dokter pribadi Arion.

"Ya, dok. saya yang menjaga nona ini. sampai tuan muda Arion datang setelah itu bibi pergi."

"Ok, kalau begitu saya permisi karena saya sudah ada disini maka saya akan turun ke bawah dan menemui Nyonya Riana akan curiga jika saya tidak datang." Kata Gaffi. sebelum meninggalkan kamar Arion.

setelah kepergian dokter Gaffi, pelayan senior di keluarga prasaja kini duduk di samping tempat tidur Harini. yang tertidur pulas.

Di pesta, Arion yang tengah mencari keberadaan orang-orang yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Harini. tidak henti-hentinya, menekan dua anak buahnya untuk mencari keberadaan preman yang telah di sewa oleh Clara dan Carissa.

"Bagaimana, apakah kalian masih tidak menemukan preman itu? kenapa kalian sangat bodoh! untuk mencari keberadaan preman itu saja kalian tidak becus!!" Kata Arion.

"Maafkan, kami bos. kami tidak bisa bergerak dengan leluasa karena nyonya Riana selalu menatap kearah kami, sehingga kami tidak bisa pergi dengan mudah." Kata Gavin dan Kenzi dua sahabat sekaligus orang kepercayaan Arion.

"Sayang, ada apa? sejak tadi Mama perhatian kamu terlihat gelisah?" Riana menepuk punggung Arion yang terlihat mengkhawatirkan sesuatu.

"Tidak, apa-apa. Mama Tante Jo terlihat mencari siapa?" Arion yang sejak tadi menghindar dari Arista putri kedua dari Jovanka, dan berapa gadis yang ingin mendekatinya. dan berusaha memperkenalkan Harini sebagai kekasihnya, namun kini harapan telah hilang. seseorang telah dengan beraninya menggagalkan rencananya.

"Tante, sedang mencari gadis yang mirip dengan putrinya. mendiang Freya sayang, dan tante mu sejak tadi berusaha untuk menemukannya dan akan memperkenalkan pada Mama. tapi sampai sekarang tidak kunjung datang." Kata Riana.

"Sayang, Mama harap kamu sudah melupakan mendiang Freya, kamu tahu bukan jika dia ..." Riana terdiam, melihat putranya yang ingin mengetakan yabg seperti biasanya.

"Mama, kita sudah membahasnya bukan? jika selama aku belum melihat mayat Freya, maka bagiku Freya masih hidup. sama seperti Tante Jo yang tidak percaya jika Freya meninggal selama, belum menemukan mayatnya. dan aku tidak ingin Mama bicara seperti itu lagi." Ucap Arion.

"Baiklah, Mama tahu itu sayang. nikmati pestanya. Mama akan menemui para tamu undangan." Riana menepuk wajah Arion putra tunggal keluarga prasaja.

"Rion, tunggu." Clara, berusaha untuk mendekati Arion namun dengan langkah lebar Arion menjauh dari pesta dan mendekati meja Mila dan Devan.

"Oma, ayo kita berdansa?" Arion mengulurkan tangannya pada Mila.

"Anak nakal, apakah kamu ingin pinggang Oma sakit hum?" Mila terkekeh melihat tingkah Arion yang selalu membuatnya tersenyum. namun senyum Mila hilang saat kehadiran salah satu gadis yang menginginkan cucunya.

"Arion, kenapa sih kamu pergi. aku sejak tadi memanggilmu tapi kamu ..." Ucapan, Clara terdiam saat melihat Mila yang mengerutkan keningnya. melhat sikap Clara, yang terlhat arogan dan manja.

"Selamat, malam Oma. perkenalkan saya Clara, sahabat dekat Arion. ayah saya adalah rekan bisnis ayah Arion." Kata, Clara.

"Oh, ya. silahkan nak, nikmati pestanya." Mila, yang entah kenapa tidak begitu menyukai Clara. terlebih saat dirinya melihat Clara yang memberikan amplop coklat pada berapa preman.

"Nak, kenapa lengan kamu?" Lanjut Mila saat melihat ada luka di lengan Clara.

"Eh, ini ... anu, Oma ... sepertinya, tadi saat di toilet. ya di toilet." Clara membersikan luka di lengannya dengan tisu yang di sodorkan oleh Mila.

"Sayang, Oma. ingin kamu bertemu dengan Om Elang, duduklah disini. sebentar lagi dia akan datang." Arion, mengikuti apa yang di inginkan oleh Mila, dan benar tidak lama Elang dan Devan menghampiri mereka.

"Halo, Mila. apa kabar?" Elang mengulurkan tangannya pada Mila.

"Kabarku, baik. bagiamana kabarmu? dimana Jovanka dan Arista? sejak tadi aku tidak melihatnya." Kata Mila setelah mereka duduk di kursi yang telah di siapkan.

"Jo, pergi ke toilet dan Arista. sepertinya bertemu temannya. sebentar lagi pasti kesini." Ucap Elang. menenggak minuman yang ada di mejanya.

"Oma, Arion. aku permisi dulu. selamat malam." Clara meninggalkan meja dimana Arion dan keluarganya. Clara yang merasakan jika Mila tidak menyukainya membuatnya merasa kesal. dan memilih meninggalkan keluarga Arion laki-laki yang sangat di cintainya.

Seseorang membisikan sesuatu pada Mila. dan senyum terukir indah, dengan cepat Mila kembali bersiap biasa tidak ingin menimbulkan kecurigaan Arion yang terlihat tenang namun Mila tahu di balik sikapnya dirinya mengkhawatirkan seseorang yang di bisikan oleh orang kepercayaannya.

"Malam, Mama." Jo dan Arista memeluk Mila bergantian.

"Jo, apa kabar sayang. bagiamana kondisi ibumu?" Kata Mila.

"Kabarku baik Mama. kalau keadaan Mama, saat ini jauh lebih baik dan mereka masih berada di luar negeri. akan pulang jika kondisi Mama benar-benar sehat." Jovanka, yang memikirkan keadaan Lusi yang tengah di rawat di luar negeri, dan memikirkan gadis cantik yang ia temui, kecantikan alami yang di milikinya adalah perpaduan antara dirinya dan ketampanan Elang namun tidak ada yang percaya, membuat dirinya memilih

"Lusa, aku akan kesana. untuk menengoknya. apakah kamu ingin kesana Jo?" Kata Mila.

"Ya, Mama. lusa aku dan Elang akan kesana." Kata Jovanka, yang di angguki oleh elang dan Arista.

"Elang, apa ada sesuatu yang terjadi dengan Jovanka?" Devan yang sejak kedatangan Jovanka terlihat gelisah. membuat dirinya membisikan sesuatu pada Elang.

"Ya, istriku melihat gadis yang mirip Freya disini, dan sampai saat ini dirinya mencari keberadaannya namun tidak menemukan." Kata Elang.

"Jo, ada apa? kenapa sejak tadi Mama lihat kamu begitu gelisah?" Tanya Mila.

"Mama, aku tidak apa-apa. hanya saja perasaanku tiba-tiba khawatir dan gelisah yang aku sendiri tidak tahu kenapa." Kata Jovanka, tiba-tiba air matanya mengalir dan dadanya terasa sesak. dan bersamaan Arion yang menerima pesan dari ponselnya.

"Oma, Tante. semua. Arion tinggal dulu nanti Arion datang kesini lagi." Arion bergegas meninggalkan meja. dengan langkah tergesa-gesa Arion menuju kamar pribadinya yang tidak di ketahui oleh siapapun.

"Ada apa dengannya?" Arion bergegas mendekati tempat tidur, dimana wajah Harini yang pucat dan ketakutan.

"Bibi, tidak tahu tuan muda. tiba-tiba tubuhnya menggigil dan wajahnya pucat." Kata pelayan yang menjaga Harini.

"Harini, ada apa? apa yang kamu rasakan?" Kata Arion memeluk tubuh Harini.

"A ... aku takut,"

avataravatar
Next chapter