webnovel

11. Dia Milikku.

"Jika, aku masih melihatmu berdua dengan Aksa maka belati ini akan menembus jantung mu!!" Kata mereka bersamaan.

Harini hanya diam, tidak ingin masalah lebih panjang terlebih dengan dua sahabatnya. setelah mereka pergi Harini meninggalkan lapangan tanpa ada yang tahu. langkah kakinya menuju atap sekolah tempat yang di sukai oleh Harini akhir-akhir ini.

Setelah mengobati luka di pinggangnya Harini kembali ke kelasnya, langkahnya terhenti saat Clara menghentikan langkahnya.

"Apakah, kamu ingat dengan ancaman dua temanku?" Tanya Clara.

"Maaf kak, aku tidak ada hubungan apapun dengan laki-laki yang dimaksudkan kakak." Kata Harini.

"Laki-laki itu ada namanya!!" Clara mendekati Harini yang terdiam mematung.

"Maaf, kak Aku tidak tahu siapa laki-laki itu. bahkan aku tidak melihat wajahnya, apalagi namanya Aku tidak tahu." Clara menarik pergelangan tangan Harini.

"Jangan, coba-coba mendekati apa yang menjadi milikku!!" kata Clara, menekan kata milikku.

"Dia Milikku apa kau mengerti!?" Lanjut Clara.

"Pergilah, jangan perlihatkan wajahmu di depanku!!" Kata Clara dingin. Harini melanjutkan langkahnya menuju kelas. ternyata dua sahabatnya tengah mencari dirinya.

"Harini Kamu dari mana saja kami mencarimu sejak tadi tapi kami tidak menemukanmu. dan Sekarang tiba-tiba kamu ada di hadapan kami!?" Kata Nella dan Selly persamaan

"Maaf, aku dari toilet. perutku tidak enak banget, Sejak tadi harus bolak-balik ke toilet, kenapa kalian pada disini bukannya kalian masih menonton pertandingan basket?" Tanya Harini.

"Tidak, Bagaimana kami bisa menonton sedangkan kamu tidak ada berada bersama kami!!" Ucap Nella.

"Kalian ini, ayo sekarang balik lagi kesana. bukankah kalian suka basket atau Kalian akan tetap di kelas? jika tetap milih di kelas maka sekarang kita berbincang ringan saja sebelum kita mulai pelajaran." Kata Selly. yang di angguki oleh dua sahabatnya.

Mereka berbincang ringan hingga waktu pelajaran sekolah di mulai.

Bel berbunyi pertanda waktu istirahat telah tiba. mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin.

setibanya mereka di kantin terlihat beberapa senior makan siang.

"Bagaimana jika kita pindah tempat bukankah kita tidak boleh berdekatan dengan kakak senior?" Tanya Harini.

"Tidak, biar aja mereka yang terpenting kita mencari posisi yang lebih jauh dari mereka." Mereka hanya masuk ke kantin dan memilih meja sedikit jauh dari kakak senior mereka dan di antaranya adalah Aksa sang ketua OSIS.

"Harini, Kamu makan apa?" Nella berarti insiatif memesan makanan untuk mereka bertiga.

"Aku, somay minumnya es teh manis." Ucap Harini.

"Aku, samakan saja dengan Harini." Kata Sally.

"Oke!!! kamu tunggu disini sementara." Nella memesan tiga somay dan tiga es teh manis.

mereka menikmati makan siang bersama mereka terganggu oleh suara seseorang.

"Sayang, Aksa. aku mencarimu sejak tadi. kenapa kamu tidak mengajakku ke sini?" Clara dan dua temannya duduk samping Aksa.

"Aksa, melepas tangan Clara yang berada di pinggangnya." Clara berusaha tetap tersenyum tidak ingin Mereka melihat jika dirinya telah ditolak oleh ketua OSIS.

"Tapi sayang, apakah kamu tidak ingat. apa yang dikatakan oleh kedua orang tua kita? kamu tidak boleh keluar seorang dirinya." Clara mencoba menyandarkan kepalanya pada Aksa namun. dengan cepat Aksa berdiri.

"Aku ada tugas, kamu kalau mau makan, makan saja." Aksa dan temannya meninggalkan kantin. tidak lama Clara dan dua dayangnya mengikuti langkah mereka. namun, mereka berhenti saat rombongan Carissa datang.

"Waahhhh ... kak, Clara apa kabar? senangnya bisa tatap muka sedekat ini." Carissa berdiri di samping Clara.

"Kamu, Carissa ya?" Tanya Clara.

"Ya, kak. aku Carissa cucu tunggal dari keluarga Herlambang. maksudku cucu perempuan satu-satunya di keluarga Herlambang. karena kakakku laki-laki." Kata Carissa dengan suara lantang. tatapan tajam pada sosok yang tengah menikmati somay dengan dua temannya.

"Kakak mau kemana?" Carissa menghalangi langkah Clara.

"Aku harus pergi, sampai ketemu lagi Carissa." Ucap Clara sebelum meninggalkan kantin.

Carissa duduk tidak jauh dari meja Harini dan teman-temannya.

"Waaahhh ... lihatlah, teman-teman. ada yang ingin tahu siapa Harini!?" Kata Carissa lantang. membuat seisi kantin. menoleh pada Carissa.

"Apa yang kamu ketahui tentang gadis itu?" Tanya salah satu gadis berdiri dari duduknya.

"Dia itu anak sial, karena sialnya orang tua kandungnya sampai membuangnya. dan karena keluargaku baik hati, kakekku sampai memungut dia. tapi namanya dia terlahir membawa sial. maka rumahku menjadi sial!!" Harini terdiam, tidak ingin menanggapi perkataan Carissa baginya asalkan kakek Malik menyanyinya sudah cukup.

suara bel berbunyi mereka bergegas ke kelas masing-masing. pelajaran di jam kedua tidak sesulit di jam pertama. Harini yang lebih dulu menyelesaikannya.

"Harini kamu sudah selesai?" Tanya Nella.

"Sudah, aku tunggu di depan." setelah memberikan kode pada dua sahabatnya Harini keluar kelas. berjalan menyelusuri lorong sekolah. 'Mama, apakah kalian membuang ku? apakah aku benar-benar terlahir menjadi seorang anak yang membawa sial? apakah kalian masih hidup? aku merindukan kalian.' Langkah gontai Harini menuju parkiran menunggu Nella dan Selly. air matanya mengalir tanpa henti.

"Mama, ayah. aku merindukan kalian. jika kalian berada di surga, jemput aku Mama, ayah." Gumam Harini.

PRANG !!!

"Sayang, kamu kenapa? menjauhlah sayang, awas kakimu." Jovanka menyentuh dadanya, yang tiba-tiba berdeyut nyeri. hingga dirinya tidak mampu menahanya.

"Sayang, kamu belum menjawab pertanyaan ku?" Elang membersihkan pecahan gelas yang terjatuh berserakan di lantai.

"Mas ... dadaku sakit," Kata Jovanika air matanya kembali mengalir.

"Apakah kamu merasakannya sayang?" Jovanka mengangguk lemah.

"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu sayang." ELang, mengangkat tubuh Jovanika kekamarnya.

"Apakah, putriku masih hidup mas? rasanya sakit sekali mas." Jovanka merebahkan kepalanya di dada bidang Elang.

"Kamu tahu sayang, kita sudah membahasnya. jika putri kita masih hidup, kita pasti menemukannya."

Di ruang kelas yang berbeda, Aksa yang telah menyelesaikan tugasnya, segera keluar dari kelas. menuju parkiran, langkah kakinya terhenti saat melihat seorang wanita tengah berjalan gontai menuju parkiran. matanya yang sembab adalah jawaban dari pertanyaan yang tiba-tiba hadir di dalam benaknya.

"Hapus air matamu!!" Aksa memberikan sapu tangan miliknya, tanpa menunggu kata terima kasih dari Harini. Aksa memakai helmnya melajukan motor sport miliknya.

"Terima kasih," Lirih Harini.

Motor sport melaju di jalan yang ramai dengan kecepatan penuh. kerinduannya pada sang Mama setelah lima bulan tidak bertemu dengannya. motor sport memasuki sebuah rumah mewah. seorang satpam membukakan pintu untuknya.

"Sayang, apa kabar. Mama kangen sama kamu." Riana memeluk Aksa putra tunggalnya.

"Mama, dimana ayah?" Tanpa menjawab perkataan Riana, Aksa menanyakan Arsa sang ayah.

"Ayah disini boy ..." Aksa memeluk sang ayah yang semakin terlihat tampan meski usia mereka tidak lagi muda.

"Ayo, kita makan siang. Mama masak makanan kesukaan kalian berdua." Riana menyiapkan menu makanan kesukaan dua laki-laki yang sangat berharga dalam hidupnya.

"Waahhhh ... Mama, terima kasih ..." Seru Aksa.

"Terima kasih sayang ... masakan kamu yang selalu kamu rindukan." Arsa mengecup kening Riana.

"Ehmm ... apa kalian, tidak bisa menahannya? masih ada pria jomblo disini!!" Seru Aksa, membuat Riana dan Arsa saling pandang tidak lama terdengar suara tawa mereka membuta Aksa mendengus kesal.

"Jadi anak ayah yang tampan ini masih jomblo? bukankah ayah memintamu untuk mendekati Clara? kenapa tidak kamu coba. apakah di sekolah tidak ada wanita yang menarik perhatian mu?" Aksa terdiam. tidak ingin berpaling dari masa lalunya.

"Sayang, carilah wanita yang membuatmu nyaman Nak. berhenti memikirkan seseorang di masa lalu." Kata Riana lembut.

"Bagaimana jika kamu di jodohkan dengan anak Tante Jovanika? dia gadis yang cantik ayah dan Mama setuju jika kalian berjodoh sayang." Kata Arsa.

"Aksa tidak mau!!"

Next chapter