webnovel

Munculnya Roh Pelindung (1)

'Selamatkanlah anakku, lindungilah ia dari hal jahat'

'Berilah keselamatan dan penjagaan untuk nya'

'Lindungilah ia dari mahluk jahat kasat mata'

'Berilah kebaikan dan kemudahan sampai ia bertemu di dunia'

Suasana di tempat persalianan begitu menegangkan. Seorang ibu dibantu dukun beranak sedang berada diantara hidup dan mati.

Setelah berjam-jam menahan kontraksi. Ketuban pecah lebih dulu. Saat bayi harus keluar, sang ibu berusaha sangat keras. Kondisi bayi sungsang, membuat kaki mungil bayi itu keluar lebih dulu.

"Sakit sekali," kata ibu itu sudah berkali-kali mengeluarkan air mata saat harus merasakan sakitnya

"Kamu kuat, ayo coba lagi. Jangan biarkan anak pertamamu kehilangan kesempatan untuk melihat dunia," kata Si dukun yang semakin bijak karena ia telah melihat keputusasaan dari ibu muda yang sedang berjuang itu

Diluar kamar. Seorang ibu yang sudah lebih dulu melahirkan anak-anaknya, terus berdoa dan mondar mandir. Ia tidak bisa ikut melihat ke kamar karena ia takut dan lebih khawatir saat melihat anaknya.

Seorang lagi. Calon nenek yang sedang menunggu cucu pertamanya. Mulutnya terus komat kamit mengucapkan doa tak henti-hentinya untuk sang cucu dan menantunya. Ia terlihat belum bisa menghilangkan ketegangannya.

"Bu, bagaimana dengan istriku?" tanya seorang laki-laki yang merupakan calon ayah dari bayi itu

"Lebih baik kau segera masuk dan temani istrimu, beri ia semangat," jawab ibunya

Laki-laki itu berhenti sejenak di pintu kamar sambil berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Ia segera masuk ke kamar setelahnya.

"Suamiku, aku sudah tidak tahan lagi, ini sangat sakit,"

"Bisa, kamu pasti bisa. Anak kita memintamu untuk menolongnya, ia ingin segera melihat dunia, sayang,"

"Minumlah dulu, setelah itu berusaha lagi, kali ini sekuat tenagamu," kata si dukun beranak

Sekuat tenaga wanita itu mengejan dengan teriak. Lalu terdengar kemudian tangis bayi itu. Semua orang langsung tersenyum dan merasa lega terbebas dari kekhawatiran. Setelah ber jam-jam menahan nafas saking tegangnya.

Sesosok mahluk tak dikenal berada diantara mereka tanpa disadari siapapun. Ia muncul karena Tuhan mengirimnya untuk melindungi seseorang. Baik orang itu menerimanya atau tidak ia tetap ada mendampinginya. Ia tak meminta imbalan dari apa yang dilakukannya. Melindungi dan memberi peringatan adalah caranya memberi perlindungan. Ia ada bahkan saat seorang belum lahir. Ia muncul sebab orang-orang meminta pada Tuhannya sebuah perlindungan. Maka ia hadir, dialah Roh Pelindung.

Roh pelindung hanya memberi peringatan pada seseorang. Ia tidak mampu mencegah sebuah takdir ketetapan Tuhan berupa kelahiran dan kematian. Ia bisa berubah wujud dalam beberapa bentuk bahkan menyerupai manusia yang dilindungi nya. Sifatnya tergantung hari saat manusia yang dijaganya di lahirkan.

Hari minggu yang cerah dan penuh kebahagiaan. Sebuah rumah kecil dipinggiran kota. Rumah yang tampak terasing dari rumah lainnya. Sekitar persimpangan Neverclose. Tak banyak rumah sekitar ladang rumput peternakan.

Seorang bayi perempuan lahir dengan selamat setelah perjuangan ibunya selama ber jam-jam. Kini semua orang berbahagia. Orang tua baru itu memberi nama bayi pertama mereka Zurna Fiza. Mereka akan memanggilnya Fiza.

Beberapa tahun berlalu...

Fiza tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria. Usianya kini tujuh tahun. Ia selalu membantu ibunya untuk berjualan makanan keliling. Ia tak pernah mengeluh lelah atau kepanasan. Semua waktu bersama ibunya terasa menyenangkan untuknya. Perjalanan selama berjualan adalah tempat bermain dan berpetualang untuknya.

Ia mengumpulkan barang-barang kecil yang ia temukan di sepanjang perjalanan. Barang yang menurutnya unik. Lalu saat Fiza dan ibunya berhenti untuk beristirahat di sebuah jembatan kecil. Fiza melihat ada botol yang mengapung dan tersandar di sebuah batu di sungai itu.

"Ibu, aku akan mengambil sesuatu disana. Ibu tunggu dulu disini," kata Fiza diikuti anggukan ibunya yang sedang kelelahan

Dengan langkah kaki kecilnya ia berlari dan menuruni jalanan menuju sungai. Fiza yakin itu sesuatu yang baru pertama kali ia lihat dan sangat menarik perhatiannya. Ia mengambilnya. Ada sesuatu di dalam botol itu. Ia bergegas berlari kembali dimana ibunya berada.

"Ibu ini apa?" tanya Fiza sambil menunjukan botol itu

"Sepertinya ada sesuatu di dalamnya, coba kita ambil," kata Ibu Fiza

Setelah kertas itu dikeluarkan. Fiza menunjukan pada ibunya.

"Ini tulisan apa, Bu?" kata Fiza yang saat itu belum bisa membaca

"Coba ibu lihat, 'Siapa aku? '. Begitu tulisannya," kata Ibu Fiza setelah membaca tulisan diatas kertas itu

"Aku? Zurna Fiza, hahaha," kata Fiza lalu ceria

Ibunya tersenyum melihat Fiza yang begitu bahagia hanya karena sebuah surat tanpa nama pengirim. Hal sederhana selalu bisa membuat Fiza tertawa dan melompat-lompat. Energinya seperti tak ada habisnya.

Ibunya berhenti di pintu gerbang sebuah sekolah dasar, berniat menjual makanannya pada siswa yang sebentar lagi akan pulang. Fiza membayangkan jika ia sekolah, ia pasti akan senang karena memiliki banyak teman.

Mereka kemudian melanjutkan untuk berkeliling dan berjualan. Tiba-tiba langkah Fiza terhenti.

'Beberapa tahun lagi kamu akan bisa pergi ke sekolah, Fiza. Saat ini belajarlah sebanyak-banyaknya dirumah'

Suara ntah datang dari mana. Begitu jelas terdengar namun ia tak melihat orang lain disekitarnya. Ia melihat ke arah ibunya, jelas itu bukan suara ibunya.

Ia kemudian mengabaikan dan berjalan dengan setengah melompat. Namun pikiran dan imajinasinya tentang sekolah membuatnya senang. Bahkan hanya untuk sekedar membayangkannya saja.

Sembari menunggu. Fiza melihat-lihat jualan dari penjual lain yang ada di depan sekolah itu. Ia jelas tak mampu membelinya.

Ia tertarik melihat penjual ikan. Ia mengamatinya begitu lama.

'Hai gadis itu melihatku, dia pasti akan membeliku'

'Tidak, dia pasti akan membeliku, karena warna ku lebih cantik darimu'

'Kalian tidak kuat, akulah yang akan dipilihnya'

'Dia gadis cantik dengan mata bulat indah, dia pasti baik jika jadi pemilikku'

Fiza terdiam begitu lama. Ia meyakinkan diri bahwa apa yang di dengarnya itu salah. Ia pasti hanya berkhayal dan itu hanya bagian dari imajinasinya. Ia sepertinya telah mendengar ikan-ikan itu berbicara.

"Apakah kau akan membeli ikan ini?" tanya penjual ikan

"Maaf, aku tidak memiliki uang untuk membelinya, apakah aku boleh jika hanya melihatnya?" tanya Fiza

"Siapa namamu?" tanya penjual itu lagi

"Zurna Fiza, biasanya ibuku memanggilku dengan Fiza," ujarnya

"Baiklah, Fiza. Akan kuberikan kau satu ikan ini dengan gratis, berjanjilah untuk merawatnya," bisik penjual ikan pada Fiza

"Benarkah? Baiklah saya akan merawatnya, terimakasih, Pak," kata Fiza sangat senang matanya pun berbinar

Fiza membawa ikan itu menuju tempat ibunya duduk. Dagannya telah habis sesaat anak-anak sekolah itu pulang dan membeli makanannya.

"Ibu lihatlah, penjual memberi ikan ini untukku. Katanya, gratis!" kata Fiza

"Apakah kau tidak lupa untuk bilang terimakasih?" tanya ibunya

"Tentu saja tidak. Aku langsung berterimakasih padanya. Kata Pak penjual ikan, aku harus merawat ikan ini, Bu," Fiza terlihat sangat bersemangat

"Tentu saja, ikan juga mahluk hidup yang harus kamu jaga. Ikan memiliki nyawa, ikan bukan mainan jadi dia akan sedih saat kau mengabaikannya," jelas Ibu Fiza