webnovel

1

Singapore

Di rumah pak Suyatno,

Di ruang tv..

"No anakmu mana ?", tanya mbah Sakiman.

"Belum pulang pak, mungkin sebentap lagi", jawab pak Suyanto.

"Oh gitu, oh ya no bagaimana persiapan untuk ke Jakarta sudah siap belum ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Sudah pak", jawab pak Suyatno lagi.

"Alhamdulillah, oh surat-surat pindahan sekolah Titah juga sudah semuanya ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Sudah pak, bapak tenang saja ya sudah beres semuanya", jawab pak Suyatno lagi.

"Alhamdulillah", kata mbah Sakiman.

"Di ruang tamu..

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada pak Suyanto dan mbah Sakiman.

Di ruang tv lagi..

"Wa'alaikumussalam", pak Suyatno dan mbah Sakiman menjawab salam dari Titah.

"Sinten nggih no ?"

(Siapa ya no ?), tanya mbah Sakiman.

"Titah, pak", jawab pak Suyatno.

"Nduk", mbah Sakiman memanggil Titah.

"Inggih mbah Sakiman, enten menapa ?"

(Iya mbah Sakiman, ada apa ?), tanya Titah.

"Enten ingkang karep mbah Sakiman bicarakan kaliyan panjenengan"

(Ada yang ingin mbah Sakiman bicarakan padamu), jawab mbah Sakiman.

"Oh inggih mbah Sakiman"

(Oh iya mbah Sakiman), kata Titah.

"Ini soal kita yang akan pindah dan tinggal di Jakarta, apakah kamu sudah siap semua barang-barang mu, karena besok kita akan berangkat pagi-pagi ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Sudah siap semuanya mbah Sakiman, tenang saja, hehe", jawab Titah.

"Kan sudah Nano bilang tenang saja pak", kata pak Suyatno.

"Iya, iya no", kata mbah Sakiman.

"Ya sudah mbah, pak, Titah ke kamar ya, capek, mau istirahat", kata Titah lagi.

"Inggih nduk"

(Iya nak), sambung mbah Sakiman dan pak Suyatno.

Di kamar Titah..

"Kenapa harus pindah ke Indonesia lagi sih, adaptasi lagi deh gue nya bersama dengan teman-teman baru, hemm", keluh Titah.

Keesokan harinya..

Di rumah pak Suyatno,

Di depan rumah pak Suyatno..

"No, Titah mana ?", tanya mbah Sakiman.

"Itu pak", jawab pak Suyatno.

"Sudah yuk pak, mbah, kita berangkat", kata Titah.

"Ya, jalan no", sambung mbah Sakiman.

"Iya pak", sambung pak Suyatno juga.

Indonesia

Jakarta

Di rumah pak Putra,

Di meja makan..

"Lah tumben Fandi sudah ada di meja makan, biasanya saya mau berangkat ke sekolah baru sarapan, ada angin apa nih ?", tanya pak Putra yang menyindir Irfandi.

"Iih papa nyindirnya begitu banget, memangnya kembaran ku ini tidak bisa berubah apa ?", tanya Arfani yang membela Irfandi.

"Tau, sekali-kali pah, Fandi bangun pagi", kata Irfandi yang merasa tersendir oleh ayahnya.

"Maksudnya Irfandi itu biar tidak di hukum lagi sama pak Tigor pah, ya kan Fandi ?", tanya Arfani yang masih menyindir Irfandi.

"Emm..", jawab Irfandi.

"Hehe..", Arfani dan pak Putra tertawa.

"Sudah ah, pah, Fani, Fandi berangkat duluan ya", kata Irfandi yang berpamitan oleh pak Putra dan Arfani.

"Iya Fandi..", sambung pak Putra dan Arfani.

"Assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada pak Putra dan Arfani.

"Wa'alaikumussalam", pak Putra dan Arfani menjawab salam dari Irfandi.

Di bandara..

"Akhirnya sampai juga di tanah kelahiran ku", kata Titah yang menghela nafas.

"No, Titah pasti senang pulang ke tanah kelahiran nya", kata mbah Sakiman.

"Mudah-mudahan ya pak", sambung pak Suyatno.

Di rumah pak Suyatno,

Di dapur..

"Duh kemana lagi ya sepatuku", kata Betta yang mencari sepatunya.

"Kamu ngapain Betta ?", tanya Paijo.

"Kita sedang mencari sepatu kita, ngana lia tara jo ?"

(Saya sedang mencari sepatu saya, kamu lihat tidak jo ?), tanya Betta juga.

"Emm pake bahasa papua lagi, untung saya sudah mengerti apa yang dia katakan", keluh Paijo di dalam hati.

"Loh kok diam saja sih, jo, jo, jo", kata Betta.

"Inggih Betta, ngapa ?"

(Iya Betta, kenapa ?), tanya Paijo.

"Ngana lia sepatu kita tara ?"

(Kamu lihat sepatu saya tidak ?), tanya Betta lagi.

"Mboten Betta, emange panjenengan taruh dimana ?"

(Tidak Betta, memangnya kamu taruh dimana ?), tanya Paijo lagi.

"Oh io kita lupa, terimakasih ya jo, su mengingatkanku"

(Oh iya saya lupa, terimakasih ya jo, sudah mengingatkanku), kata Betta.

"Inggih sami-sami Betta"

(Iya sama-sama Betta), sambung Paijo.

Di bandara lagi..

"Pak..", kata Titah.

"Inggih nduk"

(Iya kak), sambung pak Suyatno.

"We are here waiting for who and why don't we just go home to the house ?"

(Kita di sini menunggu siapa dan kenapa kita tidak langsung pulang saja ke rumah ?), tanya Titah.

"We wait for my daughter's pickup, Betta will pick us up at the airport"

(Kita menunggu jemputan putriku, Betta yang akan menjemput kita ke bandara), jawab pak Suyatno.

"Oh, what Betta is dad, isn't the Paijo who will pick us up to the airport ?"

(Oh, Betta siapa ayah, bukannya Paijo yang akan menjemput kita ke bandara ?), tanya Titah lagi.

"Astaghfirullahaladzim, forgive your father this is my daughter, father forgot to tell you, Betta is our new driver"

(Astaghfirullahalazim, maafkan ayahmu ini putriku, ayah lupa memberitahumu, Betta adalah supir kita yang baru), jawab pak Suyatno lagi.

"Oh..", kata Titah lagi.

"Yes my daughter"

(Ya putriku), sambung pak Suyatno lagi.

"Assalamu'alaikum pak Nano", Betta memberikan salam pada pak Suyanto, Titah, dan mbah Sakiman.

"Wa'alaikumussalam Betta", pak Suyanto, Titah, dan mbah Sakiman menjawab salam dari Betta.

"Maaf telat pak Nano, tadi di rumah saya mencari sepatu saya dulu, yang lupa saya taruh dimana", kata Betta.

"Iya tidak apa Betta", sambung pak Suyatno lagi.

"It's been coming, my father, Betta, if I come home"

(Sudah datang kan ayah, Betta nya, kalau sudah ayo pulang), kata Betta lagi.

"Okay my daughter"

(Oke putriku), sambung pak Suyanto lagi.

"Emm no, cucuku kenapa ?", tanya mbah Sakiman.

"Biasa pak, ngambek, karena lama", jawab pak Suyanto.

"Je bent oud, zie mijn kleinkinderen boos worden, verantwoordelijkheid"

(Kamu lama, lihat cucu saya jadi marah, tanggung jawab), kata mbah Sakiman.

"Haa.., maaf mbah", kata Betta.

"Sembarangan kamu menyebut saya mbah, kamu fikir saya kakekmu apa, emangnya kamu cucu saya, bukan kan ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Bukan, lalu saya harus panggilnya apa ?", tanya Betta juga.

"Kamu panggil saya ndara romo sepuh, paham ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Paham mbah, maksud saya ndara romo sepuh", jawab Betta.

"Bagus.., ya sudah ini barang-barang dan oleh-oleh di masukkan semuanya ke bagasi mobil", kata mbah Sakiman.

"Iya ndara romo sepuh", sambung Betta lagi.

Di rumah pak Suyanto,

Di depan rumah pak Suyanto..

"Fandi, Fani, kalian berdua gak sekolah ?", tanya Paijo.

"Sudah pulang lik", jawab Arfani.

"Haa, sudah pulang sekolah, eh tunggu dulu deh ini kan hari Selasa bukan hari Jum'at ya, kok sudah pulang sih, emm lik jo tau, pasti kalian berdua bolos sekolah ya ?", tanya Paijo.

"Huss.., enak saja lik jo, kita bolos sekolah mana ada, kita itu di pulangkan cepat, karena gurunya pada rapat dan besok kita sudah gak sekolah lagi, tinggal menunggu lulus nya saja", jawab Irfandi.

"Oh gitu ya, oh ya Fandi bisa gak, gak usah pake hus segala memangnya lik jo kucing apa, di hus-husin segala", keluh Paijo.

"Hehe", Irfandi hanya tertawa.

"Hemm", keluh Paijo lagi.

"Waduh sudah sampai tuh mobilnya Betta, sebentar ya", kata Paijo.

"Iya lik..", sambung Irfandi dan Arfani.

"Mangga ndara romo, mangga ndara romo sepuh, mangga cah ayu"

(Silahkan ndara romo, ndara romo sepuh, dan cah ayu), kata Paijo.

"Iya jo, loh kok kamu di sini jo, bukannya kamu di dalam mobil, nyetir tadi ?", tanya mbah Sakiman.

"Maaf ndara romo sepuh, saya dari tadi di rumah dan tidak kemana-mana", jawab Paijo.

"Loh tadi yang nyetir siapa ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Saya ndara romo sepuh", jawab Betta.

"Loh kamu siapa, saya kira Paijo ?", tanya mbah Sakiman lagi.

"Betta, ndara romo sepuh", jawab Betta lagi.

"Oh, supir yang baru", kata mbah Sakiman.