webnovel

Aimer| 26

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Litzi Candle ... Nicolette membatin sembari menyipitkan kedua matanya kemudian arah pandang sepasang manik biru laut terpaku pada pergelangan tangan yang dicengkeram dengan sangat kuat. Meskipun berusaha melepaskan akan tetapi yang terasa justru cengkeraman terasa semakin erat hingga pergelangannya nyaris putus.

"Ikut." Bentaknya sambil terus menyeret Nicolette masuk ke toilet wanita. Menghempasnya dengan kasar hingga siku Nicolette membentur dinding dengan sangat keras. Rintih kesakitan pun sama sekali tak dihiraukan, justru jemarinya terulur mencengkeram rahang Nicolette dengan sangat kuat hingga sang pemilik memejam. Tak dapat ditahan lagi airmata mengalir melewati pipi mulus.

"Dasar wanita murahan beraninya kau berlaku genit pada kekasihku!" Bentak Litzi. Seketika Nicolette terperenyak dengan yang Litzi katakan.

"Maaf Nona, saya tidak mengenal siapa kekasih Anda. Anda salah orang, permisi." Belum juga melangkah sudah dicekal lebih dulu. Tubuh Nicolette kembali didorong dengan sangat kuat hingga tersungkur menyatu dengan dinginnya lantai kamar mandi.

Jemari Litzi kembali mencengkeram rahang Nicolette kuat – kuat. "Ku peringatkan sekali lagi jangan sekali – kali berani menggoda kekasihku." Ucap Litzi dengan nada suara bengis.

Sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman Litzi, kemudian mendorong tubuh Litzi hingga tersungkur ke lantai.

"Dengar Nona. Pertama, saya tidak mengenal siapa kekasih Anda. Dan yang kedua, kita tidak saling kenal, tiba – tiba Anda marah – marah. Sebenarnya apa masalah Anda dengan saya?"

"Masalahnya, karena kekasihku, Jose, terus mengacuhkanku dan lebih tertarik memperhatikanmu. Itulah letak kesalahanmu wanita rendahan!" Bentak Litzi.

Bibir seksi Nicolette menyungging senyum sinis. "Dengarkan saya, Nona. Seharusnya hal ini kau tanyakan langsung pada Jose kenapa lebih tertarik pada saya daripada Anda yang seorang artis papan atas." Ucap Nicolette sembari menghujani Litzi dengan tatapan cemooh.

Nicolette tak pernah menyangka bahwa perilaku artis papan atas sekelas Litzi Candle, yang digilai banyak penggemar ternyata memiliki etika yang sangat buruk.

"Banyak omong!" Bentak Litzi lalu menjambak rambut Nicolette, membenturkan kepalanya ke dinding hingga kening Nicolette berdarah. Belum puas melampiaskan emosi, melayangkan tamparan berkali – kali hingga sudut bibir Nicolette mengeluarkan darah segar.

"Dasar wanita rendahan!" Kembali dilayangkan tamparan mengenai pipi kiri Nicolette. Seketika dada Nicolette naik turun menahan amarah sambil mengusap pipinya yang terasa perih dan juga darah pada sudut bibirnya.

Kemudian menghujani Litzi dengan sorot mata tajam. "Sikap Anda ini mencerminkan betapa rendahannya Anda ini, Nona. Kita tidak saling kenal dan secara tiba – tiba Anda membawa saya ke tempat ini, menyiksa saya."

"Tentu saja kita tidak saling kenal." Sinis Litzi sembari menelisik penampilan Nicolette dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Karena kau kelas rendahan sementara aku ini kelas atas. Jika wajah polosmu ini bisa menipu Jose maka tidak denganku. Aku selebritis kelas atas, aku sudah sangat paham dengan wajah polos sepertimu ini yang menyimpan niat busuk. Jangan mimpi kau bisa memiliki Jose karena Jose itu milikku."

Kembali menyungging senyum sinis. "Kalimat itu lebih tepat untuk Anda sendiri, Nona. Jika Anda sangat yakin bisa memiliki Jose kenapa Anda harus ketakutan seperti ini?"

"Kau! Awas saja kau bitch." Hampir saja melayangkan tamparan kembali, akan tetapi lebih dulu Nicolette tepis.

Tanpa rasa takut sedikit pun langsung mencengkeram kuat rahang Litzi. "Jangan memaksa saya bertindak kasar sesama wanita, Nona. Buang jauh - jauh obsesi Anda untuk memiliki Jose! Kalau tidak, maka saya sendiri yang akan menenggelamkan Anda ke dasar lautan. Paham!" Bentak Nicolette.

"Dan satu lagi yang perlu Anda tahu bahwa lelaki yang Anda impikan itu adalah kekasih saya. Jika Anda masih saja genjar mendekati Jose maka saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Luka – luka ditubuh ini bisa mengirim Anda mendekam dibalik jeruji besi, Paham!"

Mulut Litzi seketika menganga dengan yang baru saja didengarnya pasalnya selama ini sangat memimpikan jadi kekasih Jose tapi gadis cantik bak Barbie yang saat ini berdiri didepannya justru mengklaim bahwa gadis itulah kekasih lelaki pujaan hatinya, Jose Martin pengacara terkenal yang sangat digilai beberapa artis dan juga super model kelas Dunia. Akan tetapi ia segera menyungging senyum sinis tidak percaya dengan yang Nicolette katakan.

"Dengar wanita rendahan. Kaulah yang harus buang jauh - jauh mimpimu itu. Mana mungkin Jose mau melirik gadis rendahan sepertimu. Selera Jose itu wanita kelas atas bukan kelas rendahan." Sembari mendekatkan wajah kemudian memasang seringain licik.

Belum juga sempat menyiksa kembali Nicolette, sebuah suara yang datang secara tiba - tiba membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Manik seindah lautan biru mengerling kemudian mengulas senyum.

"Silahkan tunggu dimobil. Sebentar lagi saya kesana." Ucap Nicolette.

"Tapi Tuan meminta saya menjemput Anda langsung, Nona."

"Baiklah, kalau begitu silahkan tunggu diluar." Sembari mengulas senyum kemudian beralih menatap tajam Litzi, tatapan penuh peringatan sebelum melenggang pergi meninggalkannya Litzi seorang diri didalam toilet wanita.

Dasar bitch tidak tahu diri! Murahan! Awas saja kau! Umpat Litzi dalam hati.

Sementara didalam mobil, Nelson sudah sangat kesal karena yang ditunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya. Berkali – kali menolehkan wajahnya ke samping berharap Nicolette segera datang.

Kemana saja sih Letta? Kenapa lama sekali.

Mendapati Nicolette berjalan mendekat dengan diekori bodyguard membuat senyum Nelson mengembang.

"Dari mana saja kau?" Nelson bertanya tanpa melihat ke arah Nicolette, berpura – pura fokus pada layar ponsel sehingga tak memperhatikan siku dan juga sepanjang wajah yang membiru.

"Jalankan mobilnya!" Perintah Nelson pada supir. Mengetahui Nicolette yang takut pada kecepatan segera meminta supir memelankan laju mobil.

Setelah sampai pada apartement Nicolette, Nelson memaksa mengantarkannya sampai ke depan kamar namun dengan tegas Nicolette menolak dengan berbagai alasan.

"Apa yang terjadi Letta? Kenapa tubuhmu lebam – lebam seperti ini? Siapa yang sudah melakukan semua ini?" Nelson tak lagi dapat menyembunyikan rasa khawatir.

Segera mengikis jarak sebelum berucap. "Saya tadi terpeleset didalam kamar mandi, Sir." Bohong Nicolette. Mendapati tubuh Nicolette penuh luka, Jose memaksa mengantarkannya sampai ke depan kamar namun lagi – lagi dengan tegas Nicolette menolak. Akhirnya Nelson mengalah dan segera meminta supir melajukan kembali mobilnya.

Sesampainya di apartement langsung menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Letih, itulah yang Nicolette rasakan. Mendengar langkah kaki mendekat segera melempar kalimat sarkastik dengan tetap memejamkan mata. "Awas saja kalau kau sampai menggangguku Cerel. Aku sangat letih jadi jangan sampai memancing kemarahanku."

Mendapati pergerakan pada sofa segera membuka mata. "Apalagi sih Cer-el" Seketika membungkam mulutnya sendiri melihat lelaki tampan yang kini duduk disebelahnya. Sementara Cerelhia yang duduk di kursi isle menyungging senyum sinis sembari membatin.

Tuh kan malu dia. Salah sendiri sukanya marah – marah ga jelas. syukurin loh Letta.

"Jo-se, apa yang kau lakukan disi-ni?" Ucap Nicolette terbata – bata seperti anak TK sedang belajar membaca.

"Tentu saja berkunjung ke apartement mu. Memangnya kenapa? Apa kau keberatan? Ini baju dan juga tas mu sayang."

Menyadari wajahnya penuh lebam segera memutar tubuh sehingga memunggungi Jose. Sementara Jose dibuat tak mengerti. "Ada apa Letta?"

"Pulanglah Jose, aku lelah mau istirahat."

"Apa kau tak merindukanku, hum?"

"Jose please pulanglah!"

"Tapi Letta." Sambil menyentuh kedua pundak, membuat sang pemilik menyernyit menahan sakit. Tanpa sengaja tatapan manik coklat menangkap lebam disepanjang tangan sebelah kanan dan juga lebam disiku sebelah kiri.

"Apa yang terjadi sayang? Kenapa tubuhmu lebam – lebam seperti ini?" Secara perlahan memutar tubuh Nicolette dan alangkah terkejutnya mendapati sepanjang wajah membiru dan juga sudut bibir terluka. Cerelhia langsung berlari mendekat, kemudian membekap mulutnya sendiri.

"Oh astaga apa yang terjadi Letta? Siapa yang melakukan ini padamu? Katakan!"

"Aku hanya terpeleset."

"Tidak mungkin kalau hanya terpeleset. Lihat! Sudut bibirmu terluka, dan ini." Menyentuh pelan pipi Nicolette. "Ini pasti bekas tamparan kan?" Menuntut jawaban dari sepasang manik biru laut namun Nicolette memilih bungkam sambil melirik ke arah Jose.

"Katakan Letta!" Bentak Cerelhia sementara Jose memilih diam.

"Sudahlah Cerel please, ini hanya luka kecil akibat aku yang kurang hati – hati."

Akan tetapi Cerel tetap kekeh menuntut Nicolette berkata jujur. Mendapati sang kekasih dalam posisi tersudut, Jose segera ambil tindakan. Meminta Cerelhia untuk memberinya waktu berduaan dengan Nicolette karena ada hal penting yang harus dibicarakan, mengenai urusan kantor.

"Tapi Mr. Jose saudara saya terluka."

"Anda tidak perlu khawatir, Nona. Saya yang akan mengobati luka Letta."

Meskipun ingin sekali mendebat ucapan Jose, akan tetapi Cerelhia memilih mengalah. Membiarkan mereka berduaan. Tak ingin menganggu segera melenggang menuju kamar.

"Sebenarnya apa yang terjadi sayang? Kenapa sampai banyak sekali lebam di tubuhmu ini, hum?" Jose bertanya dengan nada suara lembut.

"Seperti yang ku katakan Jose. Aku terpeleset." Meskipun ingin sekali mendesak namun niat tersebut segera diurungkan. Terlebih setelah melihat raut tak nyaman.

"Kita harus segera pergi ke dokter sayang." Mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik. Akan tetapi dengan tegas Nicolette menolak.

"Please Jose jangan berlebihan. Ini hanya luka kecil."

Tak ingin ada perdebatan, Jose pun memilih mengalah. Kemudian mengoleskan obat, berkali – kali mendongak menatap Nicolette yang mengernyit menahan sakit.

"Tahan sayang." Sembari mengusap lembut puncak kepala. Nicolette pun segera menjauhkan wajahnya, membuat Jose bertanya - tanya. Jemarinya terulur menyingkap rambut yang menjuntai dikening dan betapa terkejutnya mandapati kening Nicolette terluka dengan darah yang sudah mengering.

Rasa sabar yang coba ditahannya sedari tadi mengikis sudah. Kedua tangannya kini mengepal, menelisik ke kedalaman manik biru laut menuntut penjelasan akan tetapi Nicolette tetap memilih bungkam tak berniat menjelaskan apapun. Meskipun sudah berusaha mengalihkan topik pembicaraan akan tetapi Jose tetap menuntut penjelasan.

"Katakan Letta atau ku cari tahu sendiri dan ku lenyapkan siapapun orang yang sudah dengan sengaja menyakitimu sampai seperti ini?"

"Please Jose ini hanya luka kecil. Tolong jangan berlebihan. Tanpa sengaja aku tadi membentur lantai karena kurang hati – hati saat keluar dari kantormu."

Terus saja kau berbohong Letta! Tadi ketika meeting di Hotel belum ada luka – luka ini. Batin Jose sembari beranjak dari duduknya namun buru – buru dihentikan oleh Nicolette.

"Mau kemana?"

Bukannya menjawab hanya menghujani Nicolette dengan tatapan dingin dan juga ekspresi yang sulit dibaca. Hati Nicolette seketika merintih kesakitan, ditatap begitu dingin oleh orang terkasih.

"Please duduklah Jose."

"Aku tak suka ada yang ditutup – tutupi diantara kita Letta." Ucapnya tanpa mau mengindahkan permintaan Nicolette.

Menghembus nafas berat. "Jose Please percayalah padaku ini hanya luka kecil. Tadi tanpa sengaja membentur lantai." Ucap Nicolette dengan tatapan menengadah. Sorot matanya menyirat permohonan.

Seketika mendudukkan bokongnya disofa, merangkum pipi Nicolette. Menatapnya lekat hingga tak berkedip. Dan ditatap seperti itu mampu menusuk sampai ke kedalaman hati. Seketika rasa bersalah langsung menyelimuti akan tetapi tetap memilih bungkam karena tak ingin mengungkap kejadian sebenarnya.

"Jadi kau tetap pada pendirianmu?"

Tak berani menatap sepasang manik coklat, Nicolette memilih menundukkan kepala. Cukup lama mereka berdua dalam posisi seperti itu. Kesal, marah, geram, kecewa itulah yang dirasakan Jose saat ini. Tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung beranjak dari duduknya. Meskipun Nicolette coba menahannya namun Jose sama sekali tak mengindahkan.

"Sudah malam. Aku harus pulang."

"Tapi Jose."

"Apalagi Letta?" Kalau kau saja tak mau bicara jujur, untuk apa kau terus saja coba menghentikanku. Aku tak suka ada yang ditutup – tutupi diantara kita.

Mendapati Letta tetap bungkam memaksa Jose memutar tubuh. Jemarinya terulur meraih dagu Nicolette supaya manik biru laut mau menatapnya. Tak kuasa melihat airmata sudah menggenang dipelupuk segera merengkuh tubuh Nicolette ke dalam pelukan seraya berbisik. "Kau tahu kan aku paling tidak suka ada rahasia diantara kita."

Maafkan aku Jose jika tak berkata jujur. Aku hanya tak mau urusan kerjaanmu terganggu hanya karena aku. Untuk masalah Litzi aku bisa menyelesaikannya sendiri. Sembari menatap dalam ke kedalaaman manik coklat.

Silahkan kamu berbohong sesuka hatimu Letta tapi akan ku cari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Meskipun sangat marah akan tetapi sama sekali tak bisa mengabaikan kekasih tercintanya ini. merangkum pipi Nicolette dengan sayang lalu menghujani puncak kepala dengan kecupan lembut.

"Segeralah pergi tidur dan mimpi indah yah." Sambil mengusap lembut rambut Nicolette. Lalu mendekatkan wajahnya, menghujani sang kekasih dengan kecupan dikening. Sebelum melenggang pergi menghujani Nicolette dengan tatapan hangat penuh cinta, seolah berat sekali rasanya untuk berpisah.

Setelah kepergian Jose, Cerelhia langsung menggoda Nicolette. "Jadi taipan kaya itu kekasih mu? Gitu kemarin bilangnya ga tahu. Dasar pembohong!"

"Dia itu hanya rekan kerja dan kesini hanya mengantar tas dan juga bajuku yang tertinggal di apartement nya."

Cerelhia pun langsung membekap mulutnya sendiri. "Jadi hubungan kalian sudah sampai sejauh itu?" Kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kalian tak sampai berbuat macam – macam kan?"

Mendorong tubuh Cerelhia. "Tentu saja tidak. Kau pikir aku ini wanita murahan, hah? Dengan Axell yang selama bertahun – tahun saja tak sampai melakukan apalagi dengan Jose yang baru seumur jagung."

"Jadi kalian berpacaran?"

Ish kenapa sih aku bisa sampai keceplosan begini. Umpat Nicolette dalam hati.

"Udah ah, minggir! Aku mau tidur!" Padahal kedua matanya enggan sekali rasanya memejam, masih saja kepikiran dengan Jose. Beberapa kali melirik ke layar ponsel, tak juga ada pesan atau pun panggilan. Biasanya sebelum tidur Jose selalu saja menghubungi atau pun berkirim pesan meskipun mereka baru saja bertemu.

Sementara Jose sendiri sedang fokus pada jalanan, coba berfikir keras rahasia apa saja yang coba Nicolette sembunyikan. Dalam perjalanan menuju mansion tiba – tiba ponselnya berdering menampilkan nama Zoe Alsbech.

"Ada apa kau menghubungiku?"

"Wartawan yang kemarin masih ditahan diruangan bawah tanah. Sepertinya tujuannya hanya untuk keuntungan pundi – pundit semata."

"Apapun alasannya, keselamatan kekasihku tetap saja terancam." Apa luka ditubuh Letta ada hubungannya dengan wartawan itu? Ah tapi mana mungkin, sebelum foto –foto itu sempat tersebar, bukankah orang – orang ku lebih dulu melumpuhkannya.

"Terus bagaimana? Apa sebaiknya kita bebaskan saja?"

"Tunggu sampai aku kembali." Setelah itu langsung mematikan sambungan telepon.

Apa yang sebenarnya terjadi Letta? Apa Nelson pelakunya? Jose tetap saja berfikir keras.

--

Thanks

Yezta Aurora

HAPPY READING!!

Hugs and kisses for my beloved readers!

Yezta_Auroracreators' thoughts