webnovel

Aimer| 21

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Mana Letta? Apa aku terlambat? Sambil melirik arah jarum jam dipergelangan tangan.

Apa Letta sudah pulang? Disaat hendak kembali melajukan mobil tanpa sengaja tatapan matanya menangkap sosok gadis cantik keluar kantor. Seketika bibirnya menyungging senyum bahagia. Kemudian bergegas menghampiri.

"Jose, apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja menjemputmu, kau pikir apa? Atau kau lebih suka di antar sama si Nelson atasan mu itu, hah?"

"Pacar bukan tapi sikapnya overprotektif. Dasar aneh." Maksud aku kan siapa tahu dia ini mau meeting dengan Nelson.

Meskipun hatinya melambung tinggi mendapati lelaki yang disukai memberi perhatian lebih tapi kalau boleh jujur Nicolette merasa tak diuntungkan dari situasi sekarang. Karena kedekatannya dengan pengacara seterkenal Jose jadi perbincangan hangat dikantor.

"Jadi kau tak suka kalau aku memberi perhatian lebih. Ok, baiklah kalau begitu." Ucapnya sambil melenggang menuju mobil.

Mendapati Nicolette tak juga menyusulnya, segera menekan klakson mobil sehingga Nicolette langsung terperenyak. Memundurkan mobilnya lalu membuka pintu mobil dari dalam.

"Masuk!"

"Tak mau."

"Masuk Letta! Kalau mau berdebat masuk ke dalam mobil. Apa kau tak malu jadi bahan pertontonan?" Seketika manik biru laut melihat ke sekeliling, banyak karyawan yang lalu lalang menatapnya dengan tatapan aneh sembari berbisik.

Nicolette segera masuk ke dalam mobil. Belum sempat menutup pintu, jemari Jose sudah lebih dulu terulur menutup rapat pintunya lalu memasangkan self belt. Sikapnya sangat manis membuat Nicolette bertanya - tanya, kadang bersikap sangat manis, kadang cuek setengah mati dan terkadang juga marah – marah ga jelas. Tapi untuk saat ini Nicolette masih marah sehingga tak terpancing dengan sikap manis yang Jose tunjukkan.

"Masih marah, hum?"

"Kalau sudah tahu jawabannya kenapa juga masih nanya, dasar pengacara aneh." Lirih Nicolette, berharap Jose tak mendengarnya namun ...

"Mengumpat itu didalam hati Letta. Aku mendengar semua yang kau katakan dengan sangat jelas."

"Dasar menyebalkan." Gerutu Nicolette.

Sambil tersenyum geli menggeleng - gelengkan kepalanya, jemarinya terulur mengusap puncak kepala yang langsung dihempas kasar.

Tak ingin meladeni kemarahan Nicolette yang akan semakin memperburuk hubungan, segera melajukan mobil. Sepanjang perjalanan tak ada yang saling membuka suara. Nicolette membuang muka ke luar jendela sementara Jose fokus pada jalanan didepannya.

Cukup lama berada dalam situasi saling diam mencipta rasa tak nyaman sehingga menolehkan kepalanya ke samping. Menatap Jose lama namun lelaki itu pura - pura fokus pada jalanan. Jengah itulah yang dirasakan Nicolette karena Jose tak juga mengajaknya bicara. Kembali menolehkan wajahnya menatap Jose lama.

"Kenapa menatapku seperti itu? Merindukan ku, hum?" Sambil mengedipkan sebelah mata menggoda. Meski yang dikatakan Jose memang sesuai kenyataan namun segera membantahnya. Terlebih tak ingin gengsinya jatuh.

Mendapati laju mobil tak berbelok ke apartement nya, semakin dibuat bertanya - tanya namun tetap bungkam karena malas membuka obrolan. Akan tetapi semakin lama, apartement nya semakin tak terlihat sehingga langsung menolehkan wajahnya ke samping.

"Kau akan membawa ku kemana? Ini bukan arah apartement ku?"

"Ke tempat yang nyaman Nicolette, yang jelas banyak hal yang harus kita bahas."

"Hal apa?" Ucapnya dengan kedua alis yang hampir menyatu.

"Cinta." Ucapnya tanpa mau menatap Nicolette namun yang jelas bibirnya mengulas senyum.

"Dasar aneh."

Sekilas melirik ke arah Nicolette. Mendapati bibir gadis itu mengerucut, jemarinya terulur mencubit gemas pipinya. Tak terasa mobil sport sudah berhenti di depan apartement. Melempar kunci mobil ke arah security setelah itu membukakan pintu untuk Nicolette lalu membimbingnya menuju lift.

"Apartement siapa ini dan untuk kepentingan apa kita datang kesini?" Tatapannya menengadah menuntut penjelasan namun Jose memilih bungkam, tak mau menjelaskan apapun. Justru yang didapati tangan kekar merengkuh erat tubuhnya hingga menempel pada dada bidang.

"Lepas!" Sambil memukul – mukul dada bidang.

"Jangan jauh - jauh Letta, beri akses yang lain juga." Perlahan membalik tubuh Nicolette. Barulah Nicolette sadar banyak orang masuk ke dalam lift. Karena banyaknya pengguna, ia semakin merapatkan tubuhnya ke belakang. Seketika punggungnya terasa hangat akibat bersentuhan dengan dada bidang. Mengirimkann sengatan listrik berskala kecil yang mulai menjalari otaknya.

Tahu dengan yang dirasakan Nicolette saat ini, Jose pun semakin mengeratkan pelukan. Sedetik kemudian Nicolette dapat merasakan benda tumpul menyentuh kepalanya yang diyakini bahwa saat ini Jose telah menciumnya. Terhimpit dalam situasi menegangkan berkali - kali manik biru laut melirik ke arah angka yang terus berjalan naik.

Oh My God lama sekali, sebenarnya Jose menuju lantai berapa sih kenapa belum sampai - sampai juga?

Seolah bisa merasakan yang dirasakan Nicolette, segera melepas pelukan lalu memposisikan tubuh ramping disebelahnya, mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik. Ketika tinggal mereka berdua, segera menghimpit tubuh ramping ke dinding. Sedetik kemudian memiringkan wajahnya mendekat namun buru - buru Nicolette menghindar.

"Ada cctv?" Lirihnya.

Jose pun langsung memberi jarak. Kini lift yang membawanya sudah sampai pada lantai paling atas. Segera membimbing Nicolette menuju kamarnya. Disaat jemarinya menekan tombol password, ia sengaja menolehkan wajahnya menatap Nicolette sembari mengulas seringaian licik.

"Ayo masuk!"

Manik biru laut menelisik ke sekeliling seketika dimanjakan dengan dekorasi apartement Jose yang sangat mewah membuat silau mata memandang. Semua serba mengkilap, seketika Nicolette ragu untuk mendudukkan bokongnya disofa.

"Duduk saja Letta."

Dengan diselimuti keraguan akhirnya mendudukkan bokongnya disana. Otomatis Jose pun dibuat geli kerenanya.

"Tunggu sebentar yah."

Setelah beberapa menit kembali dengan segelas green tea latte, minuman kesukaan Nicolette dan juga segelas coffe latte kesukaannya.

Dari mana dia tahu minuman kesukaan ku, Nicolette membatin.

"Tentu saja aku tahu Letta." Ucapnya yang seolah mengerti dengan pertanyaan yang saat ini bersarang dalam otak cantik Nicolette.

"Minumlah selagi panas."

Sementara dia sendiri juga menikmati sesapan coffe latte yang memanjakan lidahnya, mengirim rasa rileks menjalari otaknya.

"Jadi Nelson tak jadi memecat mu?"

Nicolette mengangguk.

"Lebih baik kau mengundurkan diri saja dari perusahaan Nelson."

"Mana bisa begitu."

"Memangnya kenapa? Kalau kau terikat kontrak biar aku yang urus."

"Bukan itu. Kontrak ku sebagai penulis batal secara sepihak karena Nelson mencurangi isi kontrak."

Jose pun dibuat tertarik dengan topik pembicaraan lalu semakin mencondongkan tubuhnya ke depan. "Apa maksudmu mencurangi kontrak?"

Menatap ke kedalaman manik coklat. Haruskah aku mengatakannya? Apa Jose bisa menjaga rahasia ini? Seketika diselimuti keraguan.

"Cerita saja Letta, kau bisa percaya padaku."

Namun lagi - lagi masih diselimuti keraguan. Jose segera memasang senyum hangat sembari menggenggam jemari lentik.

"Aku akan menjaga rahasiamu ini Letta. Ku pastikan tidak ada yang tahu kecuali kita berdua."

Akhirnya mengalirkan semua cerita tentang kecurangan yang pernah Nelson lakukan.

"Apa kau masih menyimpan kontraknya dan juga terbitan buku itu?"

Nicolette mengangguk.

"Bagus. Kalau begitu segeralah mengundurkan diri, buat apa kau bergabung dengan perusahaan seperti itu. Apa kau tak takut bakal dicurangi untuk kedua kalinya, huh?"

"Aku sudah tidak menulis lagi di perusahaannya. Sekarang ini aku hanya menjadi asistennya saja."

"Jangan terlalu polos Letta. Dia bisa saja mencurangi mu dalam hal lain. Kau tak begitu paham tentang Dunia hukum kan? Bagaimana kalau suatu saat dia menjebakmu dalam suatu kasus untuk membersihkan namanya. Tentu hal itu tak pernah terpikirkan olehmu kan? Iya kalau aku terus bisa memantau, kesibukanku juga sangat tinggi. Aku tak bisa terus memantau semua kegiatan Nelson. Kau paham yang ku maksud kan?"

Nicolette sangat paham akan tetapi ia sangat membutuhkan pekerjaan. Masih banyak tanggungan yang harus diselesaikan terutama hutang – hutang mendiang ibunya. Kalau tidak bekerja bagaimana caranya mengeluarkan bibinya dari jerat Martin. Nicolette tak mau Jane selamanya terkurung didalam mansion itu demi melunasi semua hutang – hutang mendiang ibunya yang sangat banyak.

"Hei apa yang kau pikirkan?" Ketika mendapati Nicolette tenggelam dalam lamunan. Hanya dari sorot mata dan juga ekspresi, Jose tahu betul dengan permasalahan yang membelenggu gadis itu saat ini.

"Jangan khawatir. Aku yang akan menanggung semuanya. Jadilah kekasihku Letta, maka kau tak akan pernah kekurangan apapun bahkan Dunia pun bisa dalam genggamanmu."

Bukannya senang justru merasa sangat direndahkan. Uang memang segalanya, tapi kalau sampai Jose mau membiayai semua keperluannya, itu artinya ia juga harus siap memberikan tubuhnya, itulah yang dipikirkan Nicolette saat ini.

"Aku tidak bermaksud merendahkan mu Letta, tolong jangan salah paham." Sambil menggenggam erat jemari lentik, sesekali meremasnya lembut. "Aku sudah jatuh hati padamu sejak pertemuan pertama kita." Akhirnya setelah lama memendam. Jose mengungkap perasaannya.

Bibir Nicolette mengulas senyum sinis. "Benarkah? Bukankah saat itu kita hanya kencan one night stand? Oh aku tahu, jadi kau tertarik dengan gadis - gadis seperti itu, huh? Ingat Jose aku bukan gadis seperti itu, paham! Dan jika yang kau incar kepuasan semata, maka tawarkan saja tawaranmu ini pada yang lain." Ucapnya bersungut – sungut sambil beranjak dari sofa.

Segera menggenggam erat pergelangan tangan. "Kau mau kemana? Duduklah! Kita belum selesai bicara Letta." Tatapannya menengadah penuh permohonan. Akhirnya Nicolette kembali mendudukkan bokongnya disofa.

"Apa kau paham dengan kencan one night stand?" Jose bertanya dengan nada suara lembut. tak sekali pun berkedip menatap wajah cantik Nicolette.

"Tentu saja."

Tersenyum smirk. "Gadis polos seperti mu mana paham hal - hal seperti itu." Ucapnya mencemooh.

Bukan Nicolette kalau tak terus mendebat. Meskipun ia tak paham tetap saja tak mau mengalah namun Jose tetap bersikap sabar. Dengan lembut ia menjelaskan.

"Dengarkan aku Letta, kencan one night stand itu berbeda dengan kencan biasa. Kalau one night stand berarti kamu harus merelakan tubuhmu ini dinikmati selama satu malam penuh." Menelisik tubuh Nicolette dari bawah sampai atas.

"Terus apa kau pikir waktu itu kita melakukannya? Tidak kan? Dan satu lagi bukan gadis tapi wanita, karena tentunya mereka - mereka itu sudah tak perawan."

"Iya aku paham Jose! Tak perlu kau jelaskan sedetail itu juga."

"Ish masih saja ngenyel. Dasar ratu debat." Geram Jose.

"Jadi kau tertarik dari pertemuan kita waktu itu?"

"Bukan pertemuan kita dikencan online itu Letta tapi ... " Jeda sejenak. Seketika manik biru laut mengerjap bingung. Mendesak Jose untuk segera menjelaskan.

"Di ... Jer-man."

Bola mata Nicolette membulat sempurna mendengar kata Jerman menggelitik pendengaran.

"Dimana? Bahkan aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Di pesta Lea. Malam itu kau melarikan diri dari sana, bersembunyi diantara kegelapan karena kakimu yang terluka."

"Jadi lelaki itu?"

"Iya itu aku Letta. Yang sudah mengambil ciuman pertamamu."

"Malam itu aku memakai topeng, kau pun juga lalu bagaimana bisa kau mengenaliku?"

"Aku tak perlu melihat wajahmu, cukupmerasakan manisnya bibirmu saja sudah cukup mengungkap siapa kamusebenarnya." Sambil merangkum pipi Nicolette.

--

Thanks

Yezta Aurora

HAPPY READING!!

Hugs and kisses for my beloved readers!

Yezta_Auroracreators' thoughts