webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teen
Not enough ratings
114 Chs

Chapter 8

Kaito

"Gak mau ah! ngerepotin aja kamu!"

Kata Mina sembari memalingkan wajah nya dari ku.

"Hmm ... ku kasih hadiah mau gak? Kamu minta apa?", tanyaku membujuk.

"Bener nih?? Aku minta yang mahal ah", jawab Mina mengancam.

"Heee?!! hadeh oke lah apa?", tanyaku pasrah.

"Traktir aku makan di tempat biasa ya!", jawab nya seraya berlari menjauh dari ku.

 

Eh, memang nya tempat biasa itu yang mana?, ah biarin aja lah. Nanti juga aku tahu. Aku pun melangkah ke halaman sekolah dan mencari buku Ai. Ternyata memang benar, buku itu tepat di tempat yang Raku katakan. Aku pun membawa buku itu dan melangkah menuju ruang klub sastra.

 

Saat sampai di ruang klub, aku pun duduk di tempat biasa dan memberikan buku Ai yang hilang itu. Aku pun melanjutkan novel yang kubaca kemarin. Kali ini bukan lagi suara sobekan kertas yang mengambil perhatian ku. Suara deringan tanda e\-mail masuk dari smartphone ku sendiri yang mengganggu konsentrasiku membaca.

Saat ku baca e-mail itu bertuliskan. "Terima kasih, lagi lagi kamu membantu ku", yang pasti itu ditulis oleh gadis yang duduk di depan ku ini. Aku pun meletakan smartphone ku di meja dan lanjut membaca novel. Sesaat kemudian deringan smartphone ku terdengar lagi.

Kali ini Ai mengirimkan pesan yang bertuliskan. "Aku sudah mencoba menulis novel apa kau mau melihatnya?", aku meletakan kembali smartphone ku dan bertanya padanya dengan mata yang tetap menuju ke novel yang ku baca.

 

 

"Sini coba aku baca"

 

Dia pun memberikan naskah novel nya padaku. Saat aku membaca nya, aku tak dapat merasakan apapun dari tulisan nya. Tulisan ini mengingatkan ku pada diriku sendiri sebelum bertemu Ame.

 

"Jujur ... kau tak bisa menang dengan tulisan seperti ini", kata ku sembari mengembalikan naskah itu padanya.

 

Mataku pun kembali fokus pada novel yang ku baca. Walau aku terlihat cuek tapi aku juga penasaran reaksinya terhadap kata kata dingin dari ku.

 

=°=°=°=°=°=°=°=°=°

 

Karena kata kata Kaito, Ai sampai meneteskan air mata. Air mata nya membasahi naskah yang ia tulis sendiri. Kaito yang melihat nya hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata apapun.

 

=°=°=°=°=°=°=°=°

Ai

 

Ternyata benar, aku memang tak bisa menulis cerita yang bagus. Padahal aku sudah berusaha semampu ku. Bagaimana ini?, aku tak bisa menepati janjiku pada adik ku yang sudah meninggal. Aku hanya bisa meneteskan air mata ku. Aku tak tau harus berbuat apa lagi. Janji itu sangat pemting bagi ku.

 

=°=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

 

He, tunggu dulu. Dia menangis gara gara aku?, padahal setiap hari dia diganggu oleh anak anak nakal tapi dia masih bisa tersenyum. Aku jadi merasa lebih jahat dari mereka. Aku tak tahu harus berkata apa lagi.

 

"Sini naskah mu ...", ucapku sembari merebut naskahnya yang berada diatas meja.

=°=°=°=°=°=°=°=°

 

Kaito pun mengambil pulpen dari ranselnya dan mulai mengutak atik naskah novel Ai. Ai menghentikan tangis nya dan terpaku melihat Kaito yang tiba tiba menuliskan sesuatu diatas naskah nya. Selama beberapa saat keheningan meliputi ruangan itu. Cahaya jingga yang terpancar dari jendela ruangan dan jam dinding yang berdetak perlahan begitulah suasana ruangan itu.

 

=°=°=°=°=°=°=°=°

Kaito

 

Aku hanya ingin mengubah kata kata dari naskah ini agar lebih menarik. Tapi kenapa jantungku berdetak sangat kencang dan keringat mulai keluar. Pandangan ku pun mulai kabur. Tangan kanan ku yang memegang pulpen mulai gemetar.

 

"Senpai? apa kau baik baik saja?"

Tunggu, itu kan suara Ame. mana mungkin?, ini hanya halusinasi. Pasti hanya halusinasi.

"Senpai?"

Suara itu seperti berbisik di telingaku. Saat aku menoleh aku tak melihat siapa pun. Aku hanya berusaha fokus untuk kembali menulis beberapa kalimat lagi. Ayolah beberapa kalimat lagi. Tepat saat selesai menulis kata terakhir aku tersadar.

 

Ai berdiri di samping ku dan menepuk pundak ku berkali kali. Dengan nafas yang terengah engah aku pun menoleh ke arah nya.

 

"Aku ... baik baik saja", ucap ku sembari mengatur nafas ku.

Ai pun melihat tangan kanan ku yang gemetaran dengan wajah khawatir.

"Ini naskah mu ... cobalah untuk menulisnya begini ...", ucap ku sembari memberikan naskah nya kembali.

Ai segera menerima nya dan mengambil smartphone dari saku nya dan mulai mengetik. "Terima kasih, aku akan berusaha", tulis nya.

Aku segera berdiri dan memakai ransel ku.

"Aku mau pulang dulu ... kau masih perlu banyak latihan", kataku sembari menepuk pundak nya dan melangkah keluar dari ruang klub sastra.

 

Ditengah langkah ku menuju rumah, aku kembali kepikiran tentang kejadian tadi. Aku hanya menulis satu paragraf dan rasanya aku mau mati. Apa ini kutukan dari hujan yang tersisa?, hati ku serasa dibakar dan membeku secara bersamaan. Tangan ku tak bisa ku kendalikan ketika ingin menulis cerita.

Apa aku memang terlahir untuk berhenti menulis?, pertanyaan ini terus menggema di hati ku. Akhirnya aku sampai di depan rumah dengan suasana hati yang kacau. Aku pun membuka pintu depan dengan perlahan.

 

*Bruak *...

Suara bantal yang dilempar Hanabi ke arah ku.

"Woiii ... seenak nya saja!!", teriak ku marah.

"Kakak yang seenak nya! pulang nya lama banget ... untung ada kak Mina", teriak Hanabi.

Karena aku tak melihat Mina aku pun bertanya pada Hanabi.

"Loh terus Mina nya mana?"

"Barusan pulang ... dia kayak nya marah sama kakak", jawab Hanabi lalu melangkah ke kamar nya.

"Marah? kenapa coba dia marah?", tanya ku bingung.

"Kakak memang tolol!!!"

Duar ...

Suara Hanabi menutup pintu nya dengan kencang.