Kaito
"Emang ... kamu cuma perlu tau bagian itu doang ... sisanya cuma kami yang tau", kata Raku.
"He? ... oi ... drama kelas kok pake rahasia rahasia an", protes Kaito menanggapi jawaban teman teman nya.
"Oi anak anak? ... sekarang giliran kalian latihan di aula ... semangat semuanya!!", pak Kakegawa yang baru saja masuk ke kelas segera meminta kami semua untuk ke aula sekolah.
"Ano ... Raku-san ... dimana Haru-chan?", tanya Naya yang tiba tiba menghampiri Raku.
"Emm ... aku gak tau ...", Raku menjawab sembari tersenyum, itu berarti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Raku ... coba kamu cari Haru ... aku lihat dia keluar tadi ...", kata ku seraya melangkah ke aula mengikuti murid murid lain yang keluar.
°=°=°=°=°=°=°
Raku
"Ya udah ... aku bakal cari Haru sampe ketemu ... kalian latihan aja dulu", aku mencoba menenangkan Naya dan meminta nya untuk segera ke aula.
"Umm ... oke", jawab Naya lalu berjalan keluar dari kelas.
Setelah kejadian kemarin aku tak lagi berkomunikasi dengan Haru. Aku merasa gugup dan malu karena aku mengatakan hal yang aneh kemarin.
Sebenarnya aku ingin menghindar dari nya hari ini. Tapi aku sekarang malah harus mencari nya. Aku harap dia baik baik saja setelah kejadian kemarin.
Dengan wajah malas ku seperti biasa, aku segera keluar dari kelas dan berkeliling di wilayah sekolah untuk mencari Haru. Aku merasa cuaca semakin dingin dan aku bisa mengeluarkan uap saat menghela nafas ku.
Entah mengapa rasanya musim gugur kali ini berbeda dari tahun tahun sebelum nya. Tiba tiba Haru muncul di hidup ku dengan berbagai kejutan nya. Aku merasa hari hari ku sangat berbeda sebelum bertemu dengan nya.
Apa aku jatuh cinta?
Ah ... mana mungkin ...
"Aku bahkan tak tau arti ... cinta", tepat saat aku bergumam, aku melihat Haru sedang duduk di kursi kayu panjang yang ada di pinggir lapangan sepak bola di belakang sekolah.
Haru sedang duduk dan seperti nya mendengarkan lagu memakai headphone yang aku berikan. Aku sempat mengurunkan niat ku untuk menghampiri nya. Dan juga aku sangat gugup sampai mengeluarkan keringat di cuaca dingin seperti ini.
Ayolah ... dia hanya perempuan biasa ...
Lagi pula aku tinggal minta dia buat ke aula ...
Aku mengepalkan kedua tangan ku dan menghela nafas. Aku bersiap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi. Aku akhirnya membulatkan tekad ku untuk menghampiri nya.
"Huff ... ayo!", gumam ku perlahan berusaha membakar semangatku lalu mulai melangkah menuju gadis rambut merah padam itu.
"Ano ... Haru? ... kamu harus ke aula", ucap ku menepuk pundak nya dari belakang kursi yang ia duduki.
Saat Haru menoleh ke arah ku, lagi lagi dia membawa kejutan pada ku. Lagi lagi dia meneteskan air mata di hadapan ku. Aku bisa melihat bekas air mata yang ada di pipi nya.
"He?! ... umm ... Raku?!", Haru melepaskan headphone nya dan mengusap air mata mya dengan lengan panjang jaket biru nya itu.
"Hmm ... kamu kenapa?", tanya ku sembari memasang wajah datar ku.
"Gak kok ... gak ada apa apa", ujar nya seraya memalingkan wajah nya dari ku.
Cih ... pasti karena masalah kemarin ...
"Ya udah ayo ke aula ... yang lain dah nunggu tu", kata ku berusaha tak membahas masalah kemarin.
"Ano ...", Haru seakan menahan mulut nya untuk berkata kata.
"Hmm ... aku duluan", aku membalikkan badan ku dan hendak melangkah ke aula sekolah.
"Tunggu!! ... emm ... apa kau mau menemani ku sebentar?", kata kata yang menghentikan semua gerak tubuh ku.
"Temenin? ngapain?", aku kembali membalik badan dan melihat Haru berdiri dengan pipi yang merah merona tanda ia sedang gugup.
"Etto ... cuma dengerin satu lagu aja kok ... terus kita ke aula", jelas Haru kembali duduk di bangku pinggir lapangan bola itu.
"He? terus aku ngapain?", tanya ku bingung.
"Sini ... duduk!", pinta nya sembari menepuk bangku kayu panjang itu.
Aku menahan rasa gugup dan malu ku yang hendak keluar. Aku perlahan melangkah lalu duduk di samping nya. Haru sedang mencari lagu di ponsel yang ia genggam itu. Setelah menemukan lagi yang ia sukai Haru pun menekan tombol play.
"Ini ... lagu nya enak gak?", Haru memakaikan headphone ke kepala ku dengan cepat.
Woi woi woi ...
Aku bahkan sampai tak bisa mendengarkan lagu dengan telinga ku. detak jantung ku meningkat pesat. Dan aku tak lagi bisa berkata kata.