webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teen
Not enough ratings
114 Chs

Chapter 76

Kaito

"HEEE?!!!"

Teriak seluruh penghuni kelas setelah aku jelaskan bahwa Ai ingin ikut pertunjukan drama.

"Tapi gimana lomba nulis kalian?", tanya pak Kakegawa bingung.

Ting tung ~

Deringan smartphone ku yang berarti Ai mengirim chat lagi untuk ku.

"Kaito gimana ini?"

"Kok malah tanya gimana ke aku?", aku pun mulai bingung dengan Ai. Saat ku lihat tatapan mata nya yang memelas, hati ku pun luluh.

Hufff ... kalo bukan karena kamu ...

"Aku mohon ... ijin kan kami berdua ikut pak ... kami yakin kami bisa menang di lomba kami", ucap ku memohon pada pak Kakegawa dengan membungkuk kan badan ku sampai membentuk sudut 90 derajat.

"Eh?! ... Ka-kaito? ... oke oke, kalian berdua boleh ikut", kata pak Kakegawa mengizinkan kami ikut berpatisipasi dalam drama kelas untuk festival musim gugur minggu depan.

"Ano ... gimana kalo ... Kaito-san dan Ai-chan jadi tokoh utama", suara gadis dari dalam kerumunan murid murid yang ada di belakang pak Kakegawa.

Tunggu ... suara dan panggilan itu ...

"Woaahh!!! ide bagus Naya", kata pak Kakegawa memuji gadis tadi yang ternyata adalah Naya.

"Drama dari sepasang kekasih terhebat di kelas!!!"

"Setuju!! mari buat drama musim gugur kali ini tak terlupakan!!!"

"Ayooo!!!!"

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Mina

Apa ini?, hati ku rasa nya sakit. Aku rasa nya tak bisa menarik nafas ku dengan bebas. Rasa nya aku ingin memukul seseorang. Perasaan aneh apa ini?

Rasa nya sakit saat melihat Kaito berangkat sekolah bersama Ai. Rasa nya sakit saat melihat merek tersenyum bersama. Rasa nya sakit saat mendengar mereka disebut sepasang kekasih. Rasa nya sangat sakit.

"Mina? ... kamu kenapa?", tanya Haru seraya menepuk pundak ku.

"Eh?! oh ... gak apa apa kok", jawab ku menyembunyikan perasaan ku.

"Ohh ... terus kenapa ngalamun gitu?", lanjut Haru bertanya padaku.

"Oh ... ano ... a-aku gugup gara gara festival besok", jawab ku memberi alasan palsu.

"Weh? masa?, seorang Mina yang pemberani bisa takut juga ternyata ...", ujar Haru dengan sedikit tawa.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Kaito

"Kalian sebaik nya segera ke ruang klub sastra, urusan drama biar kami yang mempersiapkan nya", kata pak Kakegawa mendorong ku bersama dengan Ai keluar dari kelas.

"He? ... kenapa harus sekarang?", tanya ku bingung.

"Sudah lah ... cepat lah!, setelah istirahat pertama kalian baru boleh kembali, bye bye ...", ujar pak Kakegawa lalu menutup pintu kelas dengan rapat.

"Cih ... guru aneh", gumam ku lalu melangkah bersama dengan Ai menuju ruang klub sastra.

Greekk ...

Suara ku menggeser pintu klub sastra.

"He?! apa an itu?!", ucap ku saat melihat tumpukan kotak hadiah yang memenuhi meja besar yang terletak di tengah tengah ruangan.

Ai menepuk pundak ku dan menunjukan chat dari Naya.

"Otanjobiomedeto Ai-chan",(selamat ulang tahun Ai) chat yang ku baca dari layar smartphone Ai.

"Naya mengucapkan selamat ulang tahun pada mu", kata ku menerjemahkan chat dari Naya.

Ting tung ~

Sekarang giliran aku yang mendapat chat dari Naya.

"Selamat atas kesembuhan nya, dan semangat terus!!!"

Eh?! apa dia gak kebalik pake bahasa nya?

"Etto ... gimana?, mau pada di buka sekarang kado nya?", tanya ku bingung harus berbuat apa.

Ai mengangguk dengan senyuman bahagia nya dan berlari menghampiri tumpukan kado yang ada di atas meja besar ruang klub sastra.

Aku pun membantu Ai untuk membuka kotak hadiah ulang tahun nya. Satu per satu bungkus hadiah kami buka. Tak ku sangka banyak yang memberi hiasan ruangan untuk hari natal nanti. Sisanya banyak yang memberi makanan dan baju hangat yang biasa digunakan di musim salju.

"Kenapa mereka ngasih kado buat natal ya?", aku mengeryit heran karena ini baru awal musim gugur.

"Mungkin karena hanya ruang klub kalian yang tak pernah di hias sama sekali", ujar seorang laki laki yang tiba tiba ada di depan pintu.

"He?!", aku pun menoleh dan menyadari laki laki itu adalah Shou senpai, sang ketua OSIS yang teladan.

"Ngapain senpai ke sini?", tanya ku heran.

"Woi ... sebelum jadi ketua OSIS aku anggota klub sastra tau", jelas Shou senpai lalu menghampiri ku yang duduk di lantai ini.

"Heee?! Serius?", aku terkejut dan tak menyangka Shou senpai adalah mantan anggota klub sastra.