webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teen
Not enough ratings
114 Chs

Chapter 3

Kaito

     Saat aku melangkah menuju kelas, ada gerombolan siswa yang sepertinya sedang ribut di tengah lorong. Aku hanya berusaha cuek dan melewati mereka.

"Hei ... bisu ... apa kau masih tetap diam jika di siksa?"

"Hahahaha"

Sepintas mendengar kata kata dari seseorang di kerumunan itu aku mengerti siapa yang jadi target aksi mereka. Sayangnya aku bukanlah pahlawan, aku tidak seperti tokoh utama dalam novel. Aku hanya bayangan.

     Aku tetap melangkah ke kelas dan duduk di bangku ku. Pagi ini aku merasa masih sedikit ngantuk. Seperti kebiasaan ku aku akan meletakan tas ku di atas meja dan menjadikan nya alas bagi kepalaku. Aku cukup nyaman tidur dengan posisi duduk seperti ini.

     Entah berapa menit aku tertidur. Saat aku membuka mataku aku sudah melihat Ai duduk di samping ku. Seperti biasanya dia hanya diam dan membaca novel. Saat aku melihat lengan nya penuh dengan luka lecet, aku pun bertanya.

"Apakah kau baik baik saja?"

     Dia hanya mengangguk dan melempar senyum manis padaku. Aku terkejut dia masih bisa tersenyum tulus setelah semua kejadian itu. Terlintas di pikiran ku, apakah Ai ini waras atau tidak, sudah lah aku tak peduli lagi.

     Aku cukup senang setiap hari selasa dan kamis. Karena pelajaran pertama adalah pelajaran nya pak Kakegawa. Aku merasa sedikit bebas pagi ini. Pak Kakegawa tak akan mengingatkan ku walau aku tak memperhatikan pelajaran, karena dia tahu aku pasti sudah paham dengan pelajaran nya.

     Perhatian ku yang tertuju pada langit biru kembali diambil alih oleh suara berisik dari Ai. Sepertinya dia kesulitan mencari buku dari dalam tas nya. Seketika aku teringat kejadian tadi pagi. Mereka pasti juga menyembunyikan buku Ai.

=============

     Kaito yang melihat buku tulisnya masih kosong pun memberikan nya pada Ai yang terlihat panik.

"Ini pakai aja buku ku", kata Kaito.

Ai pun berhenti menggeledah tas nya dan menatap Kaito dengan senyuman manis nya.

==============

Kaito

     Eh, apa ini?, waktu serasa berhenti. Aku tak bisa melepaskan pandangan ku dari senyuman manis nya.

"Kaito! Kok malah mesra mesraan ?", tanya pak Kakegawa dengan nada candaan nya.

Perhatian seisi kelas pun tertuju pada ku. Aku tetap berusaha cuek dan kembali memandang langit dari jendela dan berkata.

"Sorry sir"

Suasana kelas yang hening jadi dipenuhi tawa kecil dari murid murid yang ada dikelas.

=============

     Pelajaran pun berjalan layaknya hari hari sebelum nya. Bel pulang sekolah pun berbunyi dengan nyaring tepat pukul tiga sore. Kaito pun segera menuju ke ruang klub sastra yang berada di lantai dua. Langkah nya dihentikan oleh seseorang yang menepuk pundak nya.

==============

Kaito

"Oi Kaito ... kudengar kau kembali masuk klub sastra ya?", tanya Raku.

Aku pun menggaruk kepalaku dan menjawab.

"Oh kamu Raku ... hmm iya ... aku hanya ingin mecoba lagi"

Raku menghela nafas nya dan membalikan badanya seraya berkata.

"Bagus lah kalau begitu ... jangan jadikan kejadian tiga tahun lalu itu menjadi halangan mu lagi ..."

Dengan wajah malasku aku menghela nafas dan menjawab.

"Hmm ... kau masih ingat saja."

=============

Raku

     Apa nya yang masih ingat. Tiga tahun lalu aku dan Mina kerepotan karena mu. Kau mengurung diri di kamar dan tak mau makan sama sekali. Padahal kau memenangkan lomba menulis novel. Tapi kau malah tak mau menerima penghargaan dan hadiah nya. Ya, aku tahu kejadian yang terjadi tepat sebelum penghargaan itu. Kau kehilangan seseorang yang membuat mu menulis novel itu.

     Untung saja Mina bisa menenangkan mu. Dan membuat mu kembali sekolah lagi. Tapi kau mulai berubah. Aku tak lagi melihat semangat yang terpancar dari wajah mu. Dan kau malah terus terusan membahas tentang hidup menjadi bayangan. Sejak saat itu juga kau berhenti untuk menulis novel.

==============

Kaito

     Cih, kenangan itu ya, aku sudah mengunci dan memendamnya dalam hatiku. Aku hanya melanjutkan langkah ku menuju ruang klub sastra. Saat membuka pintu ruangan klub, aku melihat Ai duduk diam tanpa suara membaca novel yang sama dari kemarin. Saat melihat rambut pirang keemasan nya aku merasa ingat akan seseorang. Tapi siapa ya?

     Ah, sudahlah. Aku pun duduk di bangku biasa yang aku duduki di ruangan klub sastra. Saat mataku tertuju pada novel yang ku baca, suara sobekan kertas lagi lagi mengambil perhatian ku. Ai memberikan secarik kertas yang bertuliskan "Aku ingin ikut."

=============

     Dengan wajah bingung Kaito bertanya dan meletakan novel yang ia baca ke meja.

"Ikut? Apa maksud mu?"

Dengan senyum dan matanya yang berbinar binar Ai menunjukan selembar poster.

"Ohh ... lomba nulis novel, ya ikut aja memang nya kenapa?", kata Kaito setelah membaca poster yang Ai tunjukan.

Ai pun menuliskan suatu kalimat di buku catatan kecil nya.

==============

Kaito

     Ai pun menunjukan kalimat yang Ia tulis di buku catatan kecil berwarna biru itu. "Aku ingin kau membantu ku."

"Eh, kenapa harus aku?", tanyaku sembari menggaruk kepalaku.

Ketika mendengar pertanyaanku Ai terdiam dan raut wajah girang nya seketika hilang seperti ditelan pertanyaan ku. Setelah aku pikir dia meminta bantuanku karena memang dia tak punya teman lain.

     Masalahnya adalah aku sudah tak bisa menulis novel lagi. Sudah lah lagi pula bukan aku yang akan menulis novel nya. Dengan sedikit candaan aku berkata pada Ai.

"Baiklah tuan putri ... tapi kalau kita kalah aku gak mau tanggung jawab loh."

Perkataan ku tadi seperti membakar semangatnya lagi. Ai pun tersenyum manis dan segera menulis suatu kalimat di buku catatan kecil nya. "Terima kasih pangeran ku", tulisnya. Eh, lagi lagi waktu seperti membeku bagi ku. Aku seperti tak ingin melepaskan pandangan ku dari senyuman nya.