webnovel

Monster Mengerikan

○26.

Sebuah kecupan pelan Karina berikan pada wajah lembut milik Joy. Anak yang sudah tertidur siang itu tampak sangat nyenyak karena habis bermain bersama dengan anak tetangga. Tentunya Karina mengawasi kala Joy bermain diluar, ya bisa dibilang dia adalah orang tua yang posesif pada anak sendiri, hanya saja baginya apa yang dilakukan oleh dia saat ini adalah sesuatu yang terbaik untuk Joy sendiri.

Apalagi dengan keadaan yang memang saat ini sedang memburuk.

Karina tak akan lupa dengan Jhosua yang bisa mencelakainya. Pria itu berbahaya dan menciptakan banyak musibah dalam hidupnya, oleh karena itu dia harus memberikan balasan juga.

"Awas saja, akan aku tendang kemaluan dia." Karina terkekeh pelan. Wanita itu keluar dari kamarnya dengan penampilan dia yang kini sudah rapi, menggunakan kemeja putih polos dengan celana jeans panjang selutut. Tangannya memegang dompet kecil juga sebuah ponsel.

Kini, kakinya mulai melangkah menuruni anak tangga. Saat dia berada di lantai satu, dilihatnya sosok wanita dewasa yang kini sedang membenahi rumahnya.

Ya, itu adalah asisten sementara rumah ini. Seseorang yang hanya datang kala dia panggil saja dan sistem gajinya tergantung berapa hari dia datang perbulannya.

"Siti, kamu jagain Joy, ya. Kalau ditanya aku di mana, bilang aja ada kerjaan," Karina bersuara, menginterupsi kegiatan Siti.

"Iya, Nyonya. Tenang aja."

"Aku mau pergi dulu. Jaga rumah baik-baik, ya." Setelahnya, Karina melangkah menuju ke garasi untuk mengambil sepeda motor kesayangannya, sebuah Scoopy putih yang biasa menemaninya.

Sengaja dia memakai kendaraan berupa motor, mengingat lagi kalau sekarang adalah waktunya jam makan siang, pasti jalanan sangat macet dan tentunya Karina tak ingin terjebak di dalam kemacetan yang justru akan menimbulkan kemarahan Jhosua.

Pria itu tak akan menerima apapun itu bentuk alasannya bukan? Oleh karena itu, dia harus berhati-hati.

Motor itu dikendarainya dengan sangat cepat, mengingat bahwa waktu yang diberikan oleh Jhosua tinggal 10 menit lagi dan sialnya, jarak dari tempatnya berada sama tempat yang Jhosua berikan sekitar 15 km jauhnya, dia pun juga harus menghadapi kemacetan nanti.

Apa mungkin dia akan keburu? Huh entahlah.

Hati itu terasa semakin resah saat ponsel yang menempel di kaca spidometer itu berdering, menunjukkan nama 'monster'.

Karina mendesah pelan. Bahkan, pria itu sudah sangat tak sabar sekali disaat seperti sekarang, Padahal waktunya belum habis.

"Sial, jangan menghubungiku dulu, bodoh!" Dia mengumpat, tangan kirinya bergerak untuk menolak panggilan itu agar layar ponselnya kembali berhadapan dengan maps yang akan menunjukkan jalan.

Namun nahas, dia yang sedari tadi menunduk membuatnya sama sekali tak fokus menghadap ke depan. Di depan sana, terdapat gerobak sayur yang akan lewat, karena kecerobohan kedua orang itu, membuat tabrakan cukup kuat terjadi, membuat tubuh Karina kini ditimpa oleh dua benda, motor dan gerobak sayur.

"Akhh, sakitt!"

Beberapa orang yang melihat kejadian itu langsung membantunya menyingkirkan kedua benda bermuatan berat itu.

"Aduh Neng, makanya hati-hati." Penjaga sayur di sana mengeluh. Ada rasa kesal di dalam hatinya karena kini barang-barang jualannya sebagian rusak akibat kejadian.

"Ya maap." Kedua bibir Karina menekuk ke bawah, kini posisinya dia sudah berdiri sedikit membungkuk karena lututnya sangat sakit akibat gesekan kulit dengan aspal jalanan, belum lagi tangannya yang juga lecet.

Ah, kenapa dia mendapatkan kesialan yang begitu menumpuk hari ini?

"Gimana dagangan saya, kan jadi hancur semua gara-gara Neng main hp."

Karina menggaruk pelan rambutnya, merasa terintimidasi oleh banyak pasang mata yang menatapnya kini, akibat kesalahan dia.

"Yaudah gini aja deh, aku ganti semuanya." Karina mengambil dompetnya, mengeluarkan tiga lembar kertas berwarna merah dan langsung diberikan kepada penjual sayuran itu. "Cukup kan segini? Aku cuman ada segini aja."

"Yaudah sini uangnya." Uang itu langsung dirampas oleh pedagang sayuran itu, tampak masih ada kekesalan, tapi sempat Karina melihat sudut bibirnya terangkat, seolah merasa senang.

Karina menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Neng gak mau ke rumah sakit dulu? Itu lukanya parah lho."

"Gak perlu, kebetulan aku ada urusan---"

Tringg!!!

Ponsel itu kembali berdering. Sontak mata Karina melotot saat itu juga, astaga dia bahkan lupa tujuannya. Cepat-cepat wanita itu melihat ke arah layar ponsel, dalam hati dia meringis karena lagi-lagi sang monster lah yang menghubunginya.

'Sial, mana waktunya habis. Semoga aja monster itu gak ngamuk nanti.' Karina membatin saat dia melihat jam di ponsel itu.

"Saya pergi dulu, Pak. Sekali lagi maaf atas kesalahan saya." Ditundukkan tubuhnya, berusaha menunjukkan kesopanan pada penjual itu.

Setelah masalahnya selesai, Karina kembali mengendarai motornya itu dengan cukup cepat. Hanya dalam waktu 10 menit dia telah sampai di depan sebuah gerbang tinggi yang menutupi mansion mewah di dalam ga.

Karena malas turun, Karina memilih untuk menekan klakson motornya beberapa kali, sampai pada akhirnya seorang pria memilih wajah sangat muncul.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu.

"Ini rumah monster dedemit kan?"

Kening pria itu mengerut, seolah tak mengerti maksud Karina. Lantas dia menepuk pelan jidatnya. "Maksud saya rumah Jhosua kan?"

"Oo, iya. Dengan Nyonya Karina bukan?"

"Ya-ya, itu aku!" jawab Karina.

"Sebentar, saya akan membukakan pintu."

Pintu gerbang itu terbuka juga dan tanpa membuang waktu lagi, Karina langsung mengendarai motornya memasuki area pekarangan rumah itu.

Astaga, bahkan untuk sampai ke mansion utama saja dia harus menempuh perjalanan sekitar 300 meter dulu.

Tempat ini benar-benar sangat besar sekali.

Sampai saat dia di depan mansion, Karina turun dari motornya, memarkirkan benda kesayangannya itu secara sembarangan lalu memasuki mansion yang pintunya sudah terbuka.

Pandangannya mengedar, berusaha mencari sosok yang mengundangnya. Kakinya yang terluka itu melangkah, menuju ke dekat tangga di mana ada seorang pelayan di sana.

"Maaf telah lancang masuk ke dalam tempat ini, saya di sini mau ..." Karina menjilat pelan bibirnya, oke dia harus berkata seperti apa pada pelayan itu untuk menyatakan tujuannya?

"Nyonya Karina bukan? Tuan sudah menunggu di ruangan itu," tujuk pelayan itu.

Karina tersenyum lebar, tanpa perlu buang-buang waktu langsung saja dia pergi ke sana, tak lupa sebelumnya dia mengucapkan terimakasih pada pelayan itu.

Tangannya terangkat, membuka knop pintu ruangan itu. Kepalanya terlebih dahulu menyembul, melihat sosok pria yang bertubuh tegap kini tengah membelakanginya.

"Jhosua---"

"Terlambat 15 menit."

Karina menggaruk pelan kepalanya, astaga baru saja dia masuk ke dalam sini dia sudah lemas karena terintimidasi.

"Maaf, aku tadi----"

"Terlambat tetaplah terlambat." Lagi, pria itu memotong perkataannya lagi.

Rahang wanita itu sudah mengeras, berusaha menahan emosi menghadapi Jhosua yang gila itu.

Perlahan, Jhosua membalikkan tubuhnya, menunjukkan wajah sangar yang sangat menakutkan.

"Kau masih ingin bermain-main denganku, hmm?"

Karina menghembuskan napasnya dengan kasar, berusaha mengendalikan diri agar tak takut pada Jhosua.

"Hentikanlah semua ini. Aku lelah menghadapi semua drama yang kau buat. Ingatlah, aku sudah punya suami. Harusnya kau tahu diri dan ingin itu baik-baik. Banyak cewek diluar sana yang mau sama kamu, yang masih tersegel, masih polos, bahkan lebih cantik daripada aku, jadi jangan kejar aku."

"Sayangnya aku sama sekali tak tertarik pada mereka, aku hanya tertarik padamu, My Psycho." Kini, Jhosua sudah berada tepat di depan Karina dengan jarak diantara mereka yang cukup dekat. "Katakan padaku, kalau kau akan meninggalkan suamimu yang tak berguna itu," tuntutnya.

"Tidak, sampai kapanpun aku tak akan meninggalkannya."

Jhosua menggeram kesal karena merasa ditantang oleh Karina. Wanita yang kini berani menatap matanya.

"Lakukan Karina, atau kau akan tahu akibatnya!"

"Kau terus saja mengancamku. Kau pikir aku takut? Tidak. Aku akan tetap mempertahankan pernikahanku dengan Arsen, kapanpun itu. Tak akan ada yang menghancurkan hubungan kami, termasuk kau! Monster dedemit sialan!" cetus Karina sembari menunjuk wajah Jhosua.

Tentu saja ucapan itu semakin membuat Jhosua emosi, apalagi kala dia ditunjuk oleh Karina membuat harga dirinya seolah terhina. Langsung saja dia mencengkram tangan wanita itu kuat, melihatnya yang langsung meringis, seolah sedang kesakitan saat ini.

"Kau bilang apa? Kah tak akan mau berpisah dengannya? Baiklah, aku sendiri akan melakukan apa yang seharusnya ku lakukan. Kau akan menjadi milikku!"

"Ingat ini, Jhosua. AKU TAK AKAN PERNAH MENJADI MILIK MU, SAMPAI KAPANPUN ITU!" teriak Karina, mengesampingkan rasa sakitnya.

Plak!

Sebuah tamparan yang cukup kuat Karina dapatkan. Lantas kepala wanita itu menoleh ke samping, dia merasakan kulitnya yang kini kebas akibat tamparan itu. Tatapan matanya berubah jadi kosong, dia tak menyangka akan mendapatkan kekerasan dari monster itu.

"Kau berani berteriak padaku, hah? Kau pikir kau siapa?!"

"Lepaskan aku sekarang juga!" ujar Karina dengan nada datarnya, tak seperti sebelumnya.

Seolah tersadar akan apa yang dilakukannya, wajah Jhosua langsung berubah menjadi cemas. "Astaga, maafkan aku. Aku benar-benar----"

"LEPASKAN AKU SEKARANG JUGA SIALAN!" Dengan sekuat tenaga, Karina menghempaskan tangan Jhosua. "Ingat ini, aku sangat membencimu. Sampai kapanpun itu Jhosua Adijaya!"