webnovel

Adore You

Claudia Amalia Revanida atau yang biasa dipanggil Audi adalah murid kelas sebelas SMA Vla, ia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Audi memiliki kakak laki-laki yang bernama Sefan. Audi diam-diam menyukai seorang lelaki yang bernama Kenzie Ardito Pradikta, ketua tim basket SMA Vla yang banyak disukai banyak gadis. Audi tidak berani mengungkapkan perasaannya, ia hanya menulis surat putih dan diletakkan di meja Kenzie. Apakah Kenzie akan membalas cinta Audi?

Erikadinata · Teen
Not enough ratings
85 Chs

Chapter 4

Hari sudah mulai malam, Audi masih setia duduk di meja belajar kesayangannya. Ia menulis surat untuk Kenzie, Audi tidak akan pernah bosan mengirimkan surat untuk Kenzie walaupun tak terbalaskan. Dengan menulis, Audi bisa menyampaikan kata-kata yang tak mampu ia ucapkan secara langsung.

"Udah malam, dek. Tidur sana," ucap Sefan lalu menatap Audi yang sedang asyik menulis.

"Sepuluh menit lagi, kak. Tanggung nih," jawab Audi tanpa melihat ke arah Sefan, lalu Sefan masuk ke dalam kamar Audi.

"Yaudah, gue tungguin disini," kata Sefan.

"Terserah," ucap Audi pasrah.

***

Jam menunjukan pukul lima pagi, Audi segera membereskan kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Audi sengaja bangun lebih lagi karena ingin berangkat ke sekolah pagi-pagi. Ia menyantap sarapan yang sudah disiapkan di meja makan, lalu berjalan menuju halaman rumah.

"Tumben berangkat pagi kayak gini, ada acara apa?" tanya papa Audi dengan membaca koran yang ada ditangannya.

"Nggak kok, Audi cuma nggak ingin telat aja. Yaudah pa, aku sama kakak berangkat dulu ya," pamit Audi lalu mencium tangan kedua orang tuanya.

Sepanjang perjalanan, Audi melamun menatap keluar jendela. Ia berharap semoga tidak bertemu dengan Jeff lagi. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit, kini Audi sudah sampai di depan sekolah tercinta. Audi berpamitan kepada Sefan lalu turun dari mobil.

Audi mengintip kelas Kenzie, sialnya kelas itu sudah ramai dipadati murid. Dengan berat hati, hari ini Audi tidak mengirim surat itu kepada Kenzie. Audi berjalan dengan tak semangat menuju kelasnya, ia memikirkan bagaimana cara agar surat itu tetap sampai kepada Kenzie.

"Eh Ratna, gue boleh nitip surat ini?" tanya Audi dengan menatap Ratna yang lewat di depan kelasnya, Ratna adalah teman satu kelas Kenzie.

"Buat siapa?" tanya Ratna bingung.

"Buat Kenzie, bilang aja dari orang misterius ya?" ucap Audi lalu menatap Ratna, lalu Ratna mengangguk dan berjalan menuju kelas 11 IPA 1.

Ratna menghampiri Kenzie dan membedikan surat itu, ekspresi wajah Kenzie kebingungan. Kenzie membaca surat itu, isi suratnya lebih banyak dari biasanya. Ia mencium aroma surat itu, dan wanginya masih sama.

"Surat misterius lagi?" tanya Rafy dengan menatap Kenzie, lalu sedetik kemudian Kenzie mengangguk.

"Yang ngasih tadi Ratna, kan? Jangan-jangan Ratna yang suka sama lo?" tebak Jeff dengan nada yang semangat.

"Nggak mungkin, setahu gue Ratna itu udah punya pacar anak kelas dua belas," jawab Rafy. Jeff menatap Rafy lalu beralih menatap Kenzie. Jeff yakin seratus persen jika yang mengirim surat adalah Audi.

"Tebakan gue nggak pernah salah, pasti yang kirim itu Audi," kata Jeff.

Bel istirahat berbunyi, Kenzie ingin bertemu dengan Audi dan menanyakan tentang surat itu. Ia sudah malas mendengar sahabatnya bertengkar tidak jelas, tapi Kenzie yakin orang itu bukan Audi. Kenzie, Jeff, dan Rafy berjalan menuju kelas Audi. Audi melihat ke arah jendela, ia mengalihkan pandangan dengan cepat.

"Bisa tolong panggil Audi?" tanya Kenzie kepada salah satu teman Audi.

"Audi, lo dicari Kenzie tuh," ucap siswi itu lalu pergi.

Jantung Audi berdetak tidak karuan, tangannya dingin seperti es. Audi tidak ingin menemui Kenzie, tetapi jika tidak ditemui, Kenzie akan semakin curiga dengan dirinya. Dengan kuat hati, Audi berjalan keluar kelas dan kini dirinya berhadapan langsung dengan Kenzie.

"Kenapa, Ken?" tanya Audi lalu memberanikan diri menatap mata Kenzie untuk pertama kalinya.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo," ucap Kenzie menggantung.

"Tanya apa?" jawab Audi singkat.

"Apa benar surat ini dari lo?" tanya Kenzie sambil menunjukan surat yang ditulis di kertas putih itu. Audi terdiam sejenak, ia memikirkan apa yang harus dikatakan kepada Kenzie.

"Nggak kok, gue nggak tau soal surat itu," ucap Audi berbohong.

"Lo nggak lagi bohong kan?" tanya Kenzie dengan menatap kedua mata cokelat milik Audi.

Audi menelan ludahnya, ia tidak tahu harus menanggapi apa lagi. Riza keluar dari kelas, lalu membantu Audi menjawab semua perrtanyaan dari Kenzie.

"Audi nggak bohong, dia emang nggak tau tentang surat itu," jawab Riza mantap. Kenzie menatap Riza lalu menatap Audi, Kenzie yakin jika bukan Audi orangnya.

"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya. Maaf udah ganggu waktu istirahat lo," pamit Kenzie lalu pergi diikuti oleh kedua temannya. Audi bisa bernafas lega ketika Kenzie sudah pergi, andai Riza tidak membantunya pasti identitas pengirim surat misterius itu terbongkar.

"Makasih ya, Riza. Sayang deh sama lo," ucap Audi lalu memeluk sahabatnya itu.

"Sama-sama, hampir aja lo ketahuan sama Kenzie," jawab Audi dengan membalas pelukan Audi.

Kenzie duduk di kantin dan melamun, kedua temannya heran menatap Kenzie. Jeff kesal dengan Kenzie, mengapa Kenzie tidak mendesak Audi untuk mengaku?. Rafy menatap Jeff yang sedang mengeluarkan ekspresi geram, lalu Rafy tertawa lepas.

"Ngapain lo ketawa?" tanya Jeff sensi.

"Ekspresi lo lucu banget, Jeff," jawab Rafy dengan tertawa.

"Nggak lucu lo," omel Jeff.

"Tebakan lo salah Jeff, bukan Audi orangnya," ucap Kenzie dengan menatap ke arah Jeff. Sebenarnya Kenzie tidak tahu mana yang salah dan mana yang benar, tetapi Kenzie sudah yakin dari awal jika bukan Audi orangnya.

"Nggak, tebakan gue bener, Ken. Pasti Audi orangnya, gue lihat dari ekspresinya dia bohong," ucap Jeff seperti pakar mikro ekspresi.

"Gue juga yakin kalau Audi pengirimnya," timpal Rafy dengan menatap Kenzie yang sedang melamun tidak jelas.

"Entahlah, gue pusing," jawab Kenzie.

Bel masuk sudah berbunyi, Kenzie asyik dengan lamunannya. Ia bingung apakah benar Audi pengirim surat itu?. Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi, Kenzie memikirkan hal ini sampai lupa waktu. Kenzie ingin mengetahui alasan Audi mengirim surat itu, mengapa ia tidak mengatakan langsung kepada Kenzie?

Audi berjalan menyusuri kooridor, ia bertemu Kenzie. Audi mempercepat langkahnya agar cepat menjauh dari Kenzie, Kenzie menatap Audi heran. Mengapa Audi berjalan secepat itu? Apakah Audi ingin menjauh dari Kenzie?

"Aneh banget," ucap Kenzie curiga.

Riza berjalan ke arah Audi, ia melihat Audi yang sedang berjalan dengan gelisah itu. Audi memainkan totebag yang dibawanya, Riza mendekat ke arah Audi.

"Lo kenapa, kok gelisah gitu?" tanya Riza dengan menatap Audi.

"Kayaknya Kenzie mulai curiga sama gue deh, tadi dik kooridor gue ketemu dia dan dia natap gue dengan tatapan penuh makna," jawab Audi dengan tatapan kosong.

"Kalau misalnya dia tahu yang sebenarnya, gimana dong?" tanya Riza menatap Audi.

"Mau gimana lagi? Gue juga nggak tahu," jawab Audi pasrah, Riza memeluk Audi agar sahabatnya itu tenang. Seperti yang pernah dikatakan Audi, ia akan mempersiapkan hatinya jika Kenzie mengetahui identitas pengirim surat itu.