webnovel

Selamat Malam, Keluargaku

"Adit!!"

"Selamat tinggal, Radit!!"

"MAMA!!--- Hah …, mimpi itu lagi …."

Ini sudah malam ketiga aku bermimpi tentang sebuah kecelakan mobil. Dan setelah itu, air mata langsung mengalir deras di kedua pipiku, seperti membangkitkan kenangan masa lalu yang memilukan.

Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali aku melihat wajah Papa dan Mamaku. Sepuluh tahun yang lalu, ketika aku, Papa, Mama, dan seorang adik perempuan yang baru berumur tiga tahun, pergi ke luar kota untuk bertamasya. Pada saat itu kupikir itu akan menjadi tamasya yang menyenangkan. Tapi itu hanya meninggalkan luka yang berat untuk kulupakan.

Juni 2012. Di sebuah surat kabar lokal memberitakan sebuah kecelakaan mobil di sebuah jalur gunung tempat kami berkendara waktu itu. Diberitakan sebuah mobil sedan Avanza hitam ditemukan terguling di sebuah jurang curam. Diketahui ada empat orang korban, tiga korban tewas, dan satu korban luka berat.

Ketika berita itu disiarkan di televisi, dan dicetak di surat kabar, aku syok berat. Mentalku hancur saat mendengar kabar tersebut. Selama lima bulan aku menjadi sangat sedih. Aku tidak memiliki kerabat keluarga lagi, dengan kata lain, aku menjadi seorang yatim piatu.

Lima bulan aku di opname di rumah sakit. Para dokter dan suster disana benar baik kepadaku. Setidaknya, mereka bisa sedikit menghiburku. Mereka bilang anak-anak tidak boleh terlalu bersedih akan sesuatu. Dan setelah mempertimbangkan situasiku, seorang dokter di rumah sakit itu akhirnya memutuskan untuk mengapdosiku.

Itulah yang terjadi. Sepertinya masa laluku masih tetap menghantuiku sampai hari ini.

Alarmku masih menunjukkan pukul 2 pagi.

"Sial, masih selarut ini?" Aku menggaruk belakang leherku lalu beranjak ke kamar mandi.

Aku berjalan melewati sebuah lorong panjang yang gelap dengan bermodalkan senter di HP-ku. Selama itu, aku terus mengingat-ingat masa laluku. Kapan aku bisa terbebas dari masa laluku.

***

Setelah buang air kecil dan mencuci mukaku, aku melihat cerminan wajahku sendiri di sebuah cermin yang tertempel di samping kamar mandi. Aku meraba-raba sebuah luka kecil yang tergores melewati alis mata kiriku. Seperti sebuah pertanda buruk yang secara permanen akan terus menempel kepadaku.

Selain luka di alisku, aku membuka bajuku sedikit, memperlihatkan sebuah luka bakar kecil di pinggangku. Meskipun sudah sedikit memudar, tapi bekas lukanya masih bisa terlihat jelas.

"Hah …."

Seperti menerima nasib, aku membasuh wajahku kembali, dan berniat kembali ke tempat tidurku.

Tapi, sepanjang jalan, pikiran-pikiran negatif masih saja menghantuiku. Seperti 'Mengapa hanya aku saja yang selamat?' atau 'Kenapa tidak Tuhan juga ambil nyawaku sekalian?'. Aku tahu itu tidak baik. Ibaratnya menolak berkah yang Tuhan telah berikan kepadaku. Namun, aku tidak bisa menerima begitu saja keluargaku diambil begitu saja dariku sejak aku kecil.

Meskipun sekarang aku sudah diadopsi oleh keluarga Mahersa, tapi aku masih kangen dengan keluarga lamaku.

Aku melihat indahnya bintang-bintang ditengah malam dari belakang jendela kamarku. Bintang-bintangnya bersinar dengan indahnya. Dan aku menyadari ada tiga buah bintang kecil yang bersinar sangat terang dan saling berdekatan. Aku pernah dengan kalau orang yang meninggal bakalan menjadi bintang. Kalau itu benar, kuharap tiga bintang itu adalah keluargaku yang lama.

"Papa. Mama. Adik. Maafkan Radit, ya …," ucapku sambil sedikit terisak.

Kenapa aku menjadi semelankolis ini? Ini semua gara-gara mimpi buruk itu. Aku mengusap kembali mataku yang sedikit berair, dan bersiap untuk tidur kembali.

Saat berbaring, aku melihat HP-ku, terlihat sebuah notifikasi Whatsapp yang masuk. Aku membuka pesan tersebut, dan membaca pesan tersebut.

[Kak, nanti siap pulang jangan kemana-mana lagi, ya! Ela dan Ibu mau masak di rumahnya Kakak. Kesukaannya Kakak!]

"Jadi, Mama dan Ela mau mampir kemari, ya?" pikirku. Harus kubalas apa, ya ke mereka?

[Oke. Kutunggu masakannya Ela, ya!] Kirim.

Aku tersenyum sedikit saat membaca pesannya lagi. Meskipun aku bukanlah anggota keluarga mereka yang sedarah, tapi Mama dan Ela begitu baik kepadaku. Seakan-akan, di balik hatiku yang gelap dan dingin ini, terlihat sedikit cahaya yang hangat dan terang. Aku sedikit merasa senang berada di keluarga yang baru ini.

Dengan membawa perasaan ini, aku mencoba untuk tidur kembali.

"Semoga, esok hari dan kedepannya, semuanya akan baik-baik saja," gumamku sebelum memutuskan untuk mengucapkan selamat malam kepada tiga bintang kecil yang menyinari malam yang dingin ini.

Selamat malam.