25 Malang Nasibmu, Ndre

Andre Wibisono, yang akrab di sapa Andre. Mungkin seseorang yang pendiam tetapi mematikan. Seperti pepatah, air tenang menghanyutkan. Saat ini tengah memikirkan sebuah ide yang bagus, agar kedua orangtuanya tidak memarahi. Kelakuan yang mungkin akan sulit mendapatkan permintaan maaf, karena di mata masyarakat perlakuan inilah yang paling di benci oleh Bapak dan Ibu yang sudah mempunyai anak perempuan.

Bagaimana tidak, Andre yang baru mengenal perempuan itu hanya sebentar. Mungkin kurang lebih sekitar satu bulan Andre mengenalnya. Perempuan itu adalah orang yang kos di dekat rumah Andre, karena sedang mengenyam pendidikan di kota ini. Jauh dari orang tua dan juga jauh dari keluarga.

Andre mengenalnya dari media sosial, iseng-iseng melihat snapgramnya karena Andre melihat dengan gagahnya lambang di sebuah kotanya. Tibalah Andre mengirimkan pesan, dengan kata, 'Asli dari sini mbak?'

Dari kata itu, kemudian andre saling follow akun media sosial dan juga berbagi nomor WhatsApp. Karena perempuan itu tidak mengetahui seluk beluk di kota ini, maka perempuan yang bernama Fani itu berniat mengajak Andre untuk berkeliling menyusuri kota ini. Andre di suruh untuk menjemputnya di kos Fani tersebut yang jaraknya kurang lebih 10 menit dari rumah Andre.

Setelah tiba di tempat kos, Andre sempat curiga karena tempat kos yang bebas untuk laki-laki dan juga perempuan. Anehnya laki-laki di sini juga boleh masuk ke dalam, asal nggak ketahuan yang punya. Karena yang punya kos sendiri juga tempat tinggalnya jauh dari sini, jadi jarang banget mengunjungi. Paling ke tempat kos hanya untuk menagih uang bulanan.

Andre menunggu Fani persis di depan pintu masuk kos, karena memang Andre tidak enak jika langsung masuk ke dalam. Setelah melihat ada seorang perempuan yang keluar dari kamar, Andre juga melihat foto Fani di profil. Ternyata sama, kali ini Andre tidak tertipu dengan wajah di media sosial dan juga wajah aslinya. Karena kebanyakan zaman sekarang manusia banyak yang tampil beda, di media sosial dan di wajah aslinya.

"Dengan mbak Fani?" Tukas Andre dengan menatap wajahnya.

"Iya, jangan panggil mbak. Jadi gak enak" Jawabnya.

"Lho? Kan emang umurnya tua situ?"

"Beda setahun paling, gue baru aja masuk kuliah. Lo sendiri mau lulus kan?" Jawab Fani dengan mengenakan helm. Helm berwarna hijau seperti milik tentara. Karena, memang Bapak dari Fani adalah seorang Tentara di daerah tempat kelahirannya.

"T-tapi ka.." Belum selesai Andre berbicara, Fani sudah naik di atas motor Andre dan menyuruhnya untuk segera berjalan.

"Ini kita ke mana, Ndre? Nama lo Andre kan?" Bisik Fani dari belakang.

"Kita keliling kota dulu aja kali ya, habis itu pengen ke mana juga terserah sih"

Andre mengajak Fani berkeliling ke sebuah Alun-Alun, Masjid yang bersejarah, dan juga beberapa objek wisata di kota. Terlihat dari spion wajah Fani tampak tersenyum dengan lepas melihat ternyata di kota ada banyak keindahan. Karena memang Fani sendiri baru beberapa bulan saja, dan waktunya kebanyakan dihabiskan di kos. Kos yang cukup untuk satu orang saja, di sana terdapat kasur, lemari dan kamar mandi yang berada di dalam. Karena lokasinya yang berada di desa, kos di sini terbilang cukup murah. Dengan hanya membayar dua ratus ribu rupiah sudah bisa mendapatkan kos ini selama satu bulan penuh dan tentunya juga free wifi.

"Andre" Ucap Fani dari belakang karena melihat handphone yang berisi film yang sudah ia nanti-nantikan, "Mau nonton nggak? Eh di sini ada kan bioskop?"

"Hah?" Karena sedang berada di jalan, Andre kurang jelas mendengar ucapan dari Fani dan memilih untuk memberhentikan motornya di tepi jalan, "Apaan?"

"Mau nonton nggak? Ada kan bioskop di sini?"

"Ada sih, di Mall"

"Kesana yuk?" Ajak Fani yang antusias dengan film itu.

Andre membuka dompetnya dan memperlihatkannya ke Fani, "Gue gak bawa uang, ini aja ada dua puluh ribu buat bensin"

"Yaelah mikirin amat, gue yang ngajak ya gue yan bayarin lo"

"Gue gak enak masa cowok di bayarin cewek" Andre bersikukuh menolak ajakannya.

"Udah lah, Ndre. Kan kita juga jarang-jarang keluar, gue juga baru tahu ini kalo di Kota bagus banget. Selama gue di sini, gue cuman ngabisin waktu gue di kos anjir. Paling ke Cafe dekat kos untuk ngerjain tugas" Fani mencoba merayu Andre dengan wajah yang melas kasihan.

Setelah Andre berpikir, akhirnya rayuan Fani berhasil membuat Andre mengiyakan ajakannya, "Yaudah, ini juga weekend. Jadi agak mahal tiketnya, benar gapapa?"

"GAK PAPA ANDRE. UDAH CEPAT KE SANA"

"Eh bentar, gue coba lihat jsm tayangnya berada di pukul berapa. Ntar udah sampai sana malah masih lama, gimana?" Andre melihat handphone dan mengecek jadwal bioskop di kota ini.

Fani turun dari motor dan mendekat ke arah Andre, "Jam berapa jam berapa"

"Adanya jam 3 sore, kalo ambil yang jam 1 gak sempat. Ini aja udah hampir jam 1" Tukas Andre dengan memberikan handphonenya ke Fani.

"Yaudah, jalan-jalan ke Mall kan bisa. Mallnya jauh dari sini?"

"Sekitar 30 menit paling, kalo ngebut 15 menit sampai"

Dengan sangat terpaksa Andre lagi dan lagi mengiyakan ajakannya. Karena kalau berada di Mall dan melihat barang yang di pengen Andre selalu tak bisa menolak, karena kali ini Andre tidak membawa uang ia berusaha untuk menahan keinginannya tersebut.

Fani kembali naik ke jok belakang motor Andre, dengan harapan Andre sesegera mungkin untuk berjalan melajukan motornya ke Mall. Fani sangat antusias sekali, jarang bsnget pergi ke Mall. Rasa kangen yang selama ini akhirnya bisa terobati dengan hanya nongkrong di sebuah Mall. Karena semasa di tanah kelahirannya Fani sering menghabiskan waktunya hanya untuk berjalan-jalan di Mall bersama teman-temannya. Jarak Mall yang dekat dengan rumahnya membuat Fani selalu merasa terpanggil. Terkadang Fani juga sendirian ke Mall, tanpa rasa takut dan juga membawa rasa percaya dirinya.

Fani merupakan anak dari orang yang berkecukupan lebih, hidupnya selalu dengan yang mewah. Jadi, semasa kuliah ini ia merasa tersiksa dan juga seperti berada di penjara. Terkurung di kamar dengan ukuran yang amat mungil. Karena memang itu yang di inginkan oleh kedua orangtua Fani menyuruhnya kuliah di sebuab kota yang nggak terlalu terkenal, agar bisa lebih mandiri, lebih berhemat, dan juga bisa memikirkan segala permasalahan. Tetapi, Fani bukan orang yang lemah, ia nyatanya bisa hidup di kos ini dan bisa survive di kota ini kalo memang terpaksa. Dari paksaan itulah yang membuatnya kuat dan yang membuatnya mandiri.

avataravatar
Next chapter