Terlintas dipikiranku untuk menulis setiap perjalanan panjang yang ku lalui ini, dan menjadikannya sebuah buku yang bisa dibaca oleh setiap orang. Ku tekadkan dalam hati di setiap perjalanan ku menyusuri negri ini ku tuangkan dalam tulisan sebagai kenangan sekaligus apresiasi diri perihal perjalanan panjangku ini.
Sebelum melanjutkan perjalanan kutemukan sebuah koran yang jatuh dari penumpang kereta ku teriaki orang itu karena korannya jatuh tapi kulihat orang itu sedang terburu-buru dan mungkin tidak mendengar suaraku, yasudah lah aku bawa saja koran itu dan ku baca sendiri siapa tau ada informasi yang kudapat, ada satu hal yang menarik perhatianku di koran ini yaitu tentang negri yang dikelilingi kebun teh yang menyejukkan dan kisah paling melegenda tentang gunung Tangkuban perahu. Dari koran itu ku putuskan untuk pergi kesana dengan naik kereta kurang lebih membutuhkan waktu 11 jam sampai disana. Sambil memandangi pemandangan kota seribu candi yang akan ku tinggalkan ini, entah kenapa aku merasakan kerinduan yang begitu dalam untuk kaspia, sudah lama ku tinggalkan dia dan disitu juga aku merasa bersalah, mungkin aku tidak harus melakukan itu kepada kaspia walaupun nantinya aku akan tetap pergi harusnya aku pergi baik-baik dan berpamitan kepadanya sehingga tidak ada rasa yang tertinggal sampai sekarang.
Ku harap kamu disana sudah menjadi pribadi yang lebih baik lagi kaspia, aku disini selalu mendoakanmu yang terbaik walaupun luka yang kau ukir cukup dalam tapi cintaku lebih besar mungkin ini juga salah satu alasan kenapa orang jaman dulu mampu menerima syarat untuk dibuatkan seribu candi dalam satu malam karena besarnya cinta yang ia rasakan. Kaspia, aku sekarang sedang menuju negri yang dikelilingi kebun teh, sebelumnya aku telah mengunjungi negri seribu candi dan negri yang mempunyai savana yang luas serta menemukan diary seorang mantan kolonel Belanda bernama Franky van bowl, ada kisah menarik didalamnya dan sepanjang perjalananku ini, aku menuliskan setiap kisah yang ku lalui, ku berharap suatu saat kau akan membaca kisah-kisahku ini dalam sebuah buku.
Pukul 04.00 aku sampai dinegri yang sejuk ini dan benar saja sejauh mata memandang kulihat luasnya kebun teh dan kabut yang menyelimuti pagi hariku serta embun pagi yang begitu menenangkan dengan udara yang begitu bersih. Aku melangkah keluar stasiun kereta itu ku lihat ada warung kecil dipinggir jalan dan memutuskan untuk makan disana, karena penasaran sambil makan akupun bertanya ke pemilik warung itu dan kebetulan ia asli orang sini, ku tanyakan tentang legenda gunung Tangkuban perahu, seperti apa awal kisahnya.
Singkat cerita, gunung Tangkuban perahu itu terjadi karena sosok laki-laki yang ditolak cintanya ia marah karena sudah membuatkan perahu yang begitu besar dan megahnya untuk orang yang ia cintai itu namun ia ditolak, karena marah dan kesal ia menendang perahu tersebut sekali tendangan dan perahu itupun terbalik (menangkub) dan dari situlah kisah itu disebut gunung Tangkuban perahu karena perahu yang terbalik itu sangat besar sebesar gunung. Lagi lagi karena cinta seseorang bisa melakukan hal yang tidak masuk akal.
Tapi disitu aku bertanya-tanya, apakah benar gunung yang saat ini ku lihat sebenarnya bukan gunung melainkan perahu yang terbalik? Dari pada penasaran aku coba mendaki gunung tersebut untuk memastikan kebenaran legenda itu, nyatanya yang aku temui tidak ada tanda-tanda bahwa gunung itu adalah perahu yang dulunya terbalik, melainkan itu gunung seperti pada umumnya yang memiliki kawah ditengah gunung tersebut yang memancarkan abu vulkanik. Jika itu gunung itu adalah perahu besar yang terbalik, kenapa bisa mengeluarkan abu vulkanik seperti gunung pada umumnya? Harusnya tidak, karena gunung itu hanya perahu yang terbalik atau mungkin ada beberapa faktor yang mengakibatkan ia mempunyai aktivitas seperti gunung biasa atau memang itu adalah gunung asli bukan perahu yang terbalik, konspirasi.
Tapi apapun itu semuanya telah menjadi legenda dimasyarakat tersebut terlepas kita percaya atau tidak itu kembali ke pribadi masing-masing. Seperti biasanya aku mulai menyusuri negri ini lebih dalam, yang ku temui mata pencaharian disini kebanyakan orang menjadi petani teh dan perkebunan lainnya selain teh ciri khas dari negri ini adalah buah nanas, disini biasa dibilang surganya buah nanas kau bisa pilih bermacam nanas yang kau suka bahkan ada nanas yang paling besar mungkin paling besar didunia ini tapi nanas itu tak bisa kau bawa pulang karena Cuma replika patung nanas.
Dari kejauhan aku mendengar suara alunan musik gamelan, aku penasaran dan mencari sumber musik itu, Ternyata ada sebuah perayaan orang disini menyebutnya (Hajatan) bisa dibilang hajatan adalah sebuah perayaan seprti halnya pesta pernikahan dan lainnya, namun disini masih merayakan secara adat istiadat, ku lihat ada sepasang suami istri yang baru saja menikah diarak keliling negri ini dengan menunggangi patung boneka singa yang di tanggung oleh empat orang laki-laki dewasa dan si pasangan itu naik di patung singa tersebut, dengan alunan musik gamelan pasangan suami istri itu diarak keliling kampung. Aku penasaran dengan budaya itu aku tanya ke warga disana tentang itu dan warga disitupun menjawab arak-arakan itu namanya sisingaan.
Konon katanya sisingaan adalah patung yang dibuat menyerupai replika singa untuk menakut-nakuti penjajah, sehingga penjajah akan pergi meninggalkan negri ini, dan cara itu berhasil mengusir penjajah, untuk merayakan keberhasilannya itu, warga secara tidak sengaja menaiki patung singa untuk mengusir penjajah itu dan orang-orang lainnya mengangkat patung beserta warga yang naik patung itu dan dibawa keliling desa untuk merayakan kemenangannya atas penjajah. Dari situlah awal mula sisingaan dan budaya sisingaan sendiri dilakukan ketika ada perayaan besar seperti orang menikah, anak yang disunat dan perayaan besar lainnya.
Setelah melihat perayaan itu dengan adat istiadatnya aku kembali ke tempat aku beli nanas, aku beli satu nanas yang sudah dikupas untuk bekal di perjalanan. Sebelum berangkat lagi si tukang penjual nanas itu memberitahu aku kalo disini ada pemandian air panas yang begitu terkenal dan berkhasiat karena air panas itu alami dari uapan belerang gunung Tangkuban perahu, kebetulan sekali di kondisiku yang kelelahan ini akupun pergi ke pemandian air panas itu sejenak untuk relaksasi tubuh dan benar sekali berendam disini sangat membuat pikiran tenang.