2 Pertemuan Kedua

Waktu berputar begitu cepat sepekan telah berlalu, Alina tak berniat untuk mengurung dirinya sendiri dikamarnya namun ia tak kunjung pergi keluar dari kamarnya sendiri dan ia terus berdiam di kamarnya, duduk di balkon sambil membaca novel dan terkadang hanya sekedar berbaring di balkon hanya sekedar untuk menikmati indahnya pemandangan langit.

setiap hari alice-mamanya mengantarkan makanan untuknya karena dia merasa khawatir kepada anaknya yang tidak pernah beranjak dari kamarnya.

"Nak, nanti antar mama pergi belanja bulanan yuk."

"Gak mau ma, biasanya kan mama sama bibi."

"Ini kan lagi weekend, bibi lagi pulang kampung, nanti siapa yang bantu mama dong?"

"Iya dah."

"Ya sudah kalo begitu kamu siap-siap dulu gih, mama tunggu dibawah."

Usai bersiap-siap Alina pun langsung pergi kebawah dan melihat dari kejauhan kalau mobilnya sudah disiapkan oleh mang Adit.

"Mau kemana? Saya antarin ya?" Alina menoleh ke sumber suara.

"Anjir, najis"ucap Alina spontan saat dia melihat muka Leonardo dengan setelan jas berwarna abu tengah duduk di kursi yang ada di teras sambil berbincang dengan mang Adit.

Eh iya ini kan udah dapat satu minggu ya, dan waktu itu abang udah bilang kalau dia mau datang lagi buat main Fortnite bareng' batin Alina

Sial.

" Saya antar ya?" katanya sekali lagi.

"Gak usah." jawab Alina acuh.

"Alina, ngomongnya yang halus dong, dia kan calon-"

"Udah yuk berangkat ma"sela Alina

alina segera membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, ia melihat keluar dan bergumam kesal karena menunggu mamanya yang tengah asyik berbincang dan cekikikan dengan si Leonardo itu.

'Apa bagusnya sih dia? kenapa mama gak biarin aku nikah sama yang kayak Taehyung atau sesultan Suho?' batin Alina

"Ayo berangkat nak." ujar mamanya ketika sudah masuk mobil.

"Ma, plis? Mama kan sama kayak aku, sesama kpopers seharusnya bantu Alina buat cari suami yang ganteng kaya Taehyung, kalo gak gitu sesultan Suho? kok malah dapet model kaya akar bunga bangkai"

"Hush, gak boleh gitu, gitu-gitu cakep kok."

"Cakep dari mananya sih ma?"

mama tidak menghiraukanku malah cengengesan.

-o0o-

Alina's pov

Sambil mendorong troli belanjaan seperti biasa aku memasukan snack kesukaanku tanpa sepengetahuan mama, karena mamaku sangat tidak suka aku memakan snack ringan jika terlalu banyak karena itu membuatku makin malas untuk makan masakan rumah.

"Nak, pesan mama. apapun kekurangan yang dia miliki, alina harus siap menerima itu. Tidak ada yang sempurna nak, ada yang fisiknya tidak tampan namun hatinya sangat tulus, ada juga yang tampan berhati tulus namun tidak banyak."

Aku mengangguk.

"Kenapa harus Alina sih?" protesku

"Kamu percaya deh sama pilihan papa-mama, ini pasti yang terbaik sayang."

"Tapi ma-"

"Alina sayang sama mama kan? Mama gak mungkin dong menjurumuskan anaknya sendiri"

Selama melakukan pembayaran di kasir mama melirikku sekilas saat mendapati snack ku yang sangat banyak, lalu mama hanya tersenyum.

"Untuk kali ini mama bolehkan" bisik mama kepadaku.

Aku tertawa pelan.

Sesampai dirumah aku langsung kembali ke kamarku aku tidak berniat untuk berkeliaran di sekitar rumah karena masih terdapat mobil milik Leonardo yang bertengger disana.

Dengan berjalan mengendap endap aku kembali ke kamarku, karena kamar abangku hanya berseberangan dengan kamarku.

entahlah mengapa ketika aku masuk kedalam kamarku sendiri baru bisa bernafas dengan lega, karena sedari tadi aku dengan spontan menahan nafasku.

Usai mengunci kamar aku langsung baring di kasur dan kembali pada kehidupan nolepku dengan menscroll di instagram gak jelas, mencari konten lucu untuk menghiburku.

tok tok tok tok

"DEK BURUAN PENTING!" pekik abang dari luar kamarku

"APAAN" jawabku berteriak juga, tanpa memindahkan posisiku yang sudah sangat nyaman.

"BUKAIN CEPET!" aku berjalan dengan ada rasa ingin nampol abangku seketika, pasti dia ingin

menunjukkan padaku hal yang sangat tidak penting.

"APAAN SIH?" ucapku lantang saat membukakan pintu.

aku sangat terkejut saat membukakan pintu, pasti kalian tahu alasannya.

abangku yang paling usil itu berdiri didepan kamarku dan tepat disebelahnya ada Leonardo yang membawakan bucket bunga untukku.

"Ikutan mabar Fortnite, apa kita nongkrong ke Starbuck kayak biasanya?" tanyanya.

"Gak usah ganggu gue." ucapku lalu kembali menutup pintu kasar.

"Dek bunganya."ujar abangku dibalik pintu.

"Gak usah repot-repot bunga gak bikin kenyang, jadi gak penting" jawabku asal.

Gila gak sih abangku? ngapain coba malah mau mak comblangin aku sama om itu? aku gak habis pikir apa bagusnya sih dia?

-o0o-

"Dek?" panggil bang Jaehyun sambil membuka pintu kamarku.

Aku segera mengusap air mataku sebelum ia mengetahui kalau aku sedang menangis. bukan karena takut dia akan mengasihaniku atau bagaimana, tapi yang jelas pasti dia akan membuatku sebagai bahan bully-an nya jika dia melihatku menangis bawang seperti ini.

"Kenapa bang?" jawabku. Ia berjalan menghampiriku dan duduk di tepi ranjang.

"Gak usah nangis gitu deh, jelek tau kek kambing kurban." ledeknya

"Dih apaan sih, mending abang keluar deh jangan ganggu gue." dia mencubit pipiku pelan.

" Senyum dong.. mana Alina yang kek biasanya nih? Masa gara-gara di jodohin langsung lelah letih lesu."

Aku melirik tajam kearahnya.

"Eh iya ampun bosku" dia langsung mengangkat tangannya

" ya sudah abang pengen liat Alina senyum lagi?" kataku.

"Perasaan gue gak enak nih, ada hawa cringe nya."

"Gimana kalo abang aja yang nikah?"

"ASTAGANRALALAGA dek! abang lo ini normal dek, lo kata apaan dah gue nikah sama cowo, pusing deh gue punya adek rese kayak lo." protesnya.

Aku tertawa pelan.

"Tuhkan abang aja gak mau dan nolaknya sampai se alay itu, gimana gue?

abang Jaehyun mengacak rambutnya.

"Aduh susah dah ngomong sama lo dek, kita kan kek beda alam gitu."

"Iya, abang kan dari alam kubur" abang Jaehyun langsung menjitak kepalaku pelan.

"sembarangan aja nih anak badak"

"Bang."tiba tiba nada bicaraku berubah menjadi serius.

"Nani?"

"Wibu anjai" ledekku

"Kan lo juga bangke, pake kata ngatain abangnya juga, haha"

"Hehe, Alina gak mau kawin di umur segini bang, Alina ngerasa masih terlalu muda."ucapku

"Nikah dulu woy baru kawin." sahut bang Jaehyun.

"Eh beda ya?" aku meringis

"Search di mas Google."

Aku menatap kearah bang Jaehyun dengan tatapan memelas berharap dia akan membantuku yang notabenenya adalah adiknya yang kini butuh perlindungan darinya.

"Gimana kalo abang bantu Alina buat batalin perjodohan ini? misal kabur kemana gitu, atau aku pura pura pingsan aja ya waktu nikahan " sambungku

"Dih bego ah, kalo lo pura pura pingsan nih, semisal adik ipar ngelanjutin ijab kabul sampe selesai percuma, tetep sah sah aja lo jadi istrinya dia. Maaf aja ya dek abang gak bisa bantuin lo, semua orang udah setuju soal perjodohan ini."

"Emang abang setuju Alina nikah sama om itu?" tanyaku

"Mungkin dia yang terbaik buat lo dek. dari kecil kan kita diajarin buat gak nilai orang dari fisik dek. kamu sih kebanyakan liat opah plastikmu jadi gini kan."

"GAK USAH BERANI NGATAIN OPPA OPPA KU, NGAJAK RIBUT NIH" aku melempar bantalku bertubi-tubi kearahnya

"ADUH AMPUN DEK IYA IYA KAPOK GAK MAU ULANGIN LAGI."

abang berdiri dan beranjak keluar dari kamarku.

Tak lama ia muncul kembali di ambang pintu

"udah, kamu nurut aja kata mama,papa. menurut abang itu juga udah perfect buat orang gurun kayak kamu, selera kamu bangetlah'

"KELUARRR!" aku melempar bantal ke pintu."

'Ya tuhan, beri hidayah kepada keluarga princess, princess sudah tak sanggup lagi menjadi istri dari Jungkook, Mingyu dan Chanyeol. pengennya nambah lagi ya tuhan."

Nah bodo kan. Emang iya, gak apa-apa halu bisa bikin bahagia meski sesaat .

"Alina." panggil mama.

"Iya ma?" aku langsung turun menghampiri mama.

"Nah gitu dong keluar dari kamar, biar fresh. Ayo makan dulu."

"Kirain ada apa, Alina belum laper ma."

" Jjajangmyeon, Jjampong.kimbap, Bulgogi, Kimchi, seriusan nih gak mau makan?"

aku langsung berlari duduk dimeja makan.

"Kata mama dulu kan gak boleh nolak makanan, nih sekarang Alina udah duduk manis, siap ngabisin semuanya, hehe"

"Hilih, gini aja cepet. ya udah buruan di habisin ya."

Aku mulai menyantapnya satu persatu hingga habis semua.

"Enak ya?"tanya mama.

"Enak bingits ma, rasanya beda sama di resto Korean food langganan aku. Ini lebih enak banget"

"Ya iyalah, masakan calon menantu ya pasti enak"kata mama bergumam.

"Kenapa ma?"

"Gak papa nak hehe."

"Nanti beliin lagi ya" pintaku pada mama.

"Ah siap, beres deh. ini tadi aja dapat gratisan"

"Lah lagi ada promo ya di Gfood" tanyaku dengan masih semangat makanan tersebut

"Udah lah, yang penting kamu kenyang."

"Hehe iya."

Aku berjalan menuju ke ruang keluarga dan mendapati abangku yang sedang duduk di sudut sofa sambil menutupi wajahnya.

'ngapa lagi dia disini ,kaga kuliah apa kerjaannya cuma malas malasan aja di rumah, udah kek gue aja'

Terbesit ide jahil dari otakku, aku berniat untuk menjahilinya dengan membuatnya kaget. Abang jaehyun itu paling gak suka hal berbau horor, tapi mungkin karena sering aku bully jadi tergerak di hatinya untuk belajar menikmati sensasi menonton film horror.

Tapi, dia nontonnya kok di siang bolong gini yak, kan jadinya feel dari film horror itu gak dapet.

Terserah bang Jaehyun dah.

Aku menyibakkan rambutku kedepan dan bergaya ala zombie ala train to busan dan mulai berjalan mendekatinya.

Ketika aku sudah berada tepat di belakangnya aku memegang pundak bang jaehyun dengan lembut dan perlahan, lalu sambil membuat ala suara seram.

"ASTAGAA WHAT THE FFH#&@!?*#asdfghjkll" pekik bang Jaehyun.

Aku sudah tak kuat lagi untuk menahan tawaku.

"Awas aja lo ya dek! berani lo ya iseng sama abang" ujarnya sambil nafas yang tersenggal-senggal.

"Dih, lagian sih. Nonton horror tuh enak malem bang, kerasa hawa mistisnya, kalo siang gini mah lemah!"ledekku.

"Berisik dah, abang ni lagi asik nonton. Gue telponin adik ipar asik kali ya? ajak nonton ntar malem, gimana?"kata bang Jaehyun.

Aku langsung berpaling kearah lain dan secara automatis moodku jadi 0%

"Apaan sih, yaudah nonton aja sana. Gue mau balik nge drakor lagi, bye!" crocosku.

Aku langsung berjalan dengan cepat dan menutup pintu kamarku lumayan kencang dan mulai menguncinya.

Aku merasa kalau rumah ini sudah bukanlah wilayah yang aman, karena kehadiran om itu secara tiba-tiba membuatku menjadi was-was ketika hendak keluar kamar.

Anyway, meskipun aku merasa kalau dirumah ini sudah tidak aman lagi, aku tidak pernah berencana untuk kabur dari rumah ini. karena faktanya, aku sangat menyayangi anggota keluargaku.

Ya meskipun mereka bersikeras untuk menikahanku dengan rekan kerja papa, dan mereka sama sekali tidak ada yang berniat untuk mendukungku dan menolak pernikahan ini.

Bang Jaehyun sudah menganggap om kumisan itu sebagai adik ipar.

Mama juga pernah memanggilnya calon menantu, belum lagi ia pernah menyebut calon suami dihadapanku.

kalau papa jangan ditanya, karena pastinya dia sudah kalimat paten. Kalau sudah berniat untuk menikahkanku dengannya, ya pasti dia tidak akan mengubah perkataannya.

avataravatar
Next chapter