webnovel

About Us.

Kumpulan cerita tentang percintaan, hamil, dan melahirkan.

anakecilucu · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Sudden Proposal

Gadis bernama Kaira Dewari itu terlihat sedang bersenandung riang sambil membuat pasta tomat kesukaan tunangannya. Hatinya sudah tidak sabar untuk menunggu kepulangan laki-laki yang sangat dicintainya itu. Sudah selama seminggu lebih Theo melakukan perjalanan dinas keluar kota karena pekerjaannya dan hari ini ia akan pulang.

Ya, pulang. Pulang ke apartemen yang sudah mereka berdua tempati sejak setahun yang lalu. "Ya, sudah selesai," ucap Kaira saat melihat saos tomat yang akan dicampur dengan pasta. Baru saja ia akan mengambil pasta, ia mendengar suara pintu apartemennya dibuka. "Itu pasti Theo," ucapnya ceria sambil mematikan kompor.

Dengan langkah ringan Kaira melangkah menuju ambang pintu. Matanya mendapati Theo yang sedang membuka sepatu di dekat rak sepatu. "Theo."

Merasa ada seseorang yang memanggilnya, Theo mengangkat kepalanya. Mata hitamnya segera bertemu dengan manik coklat milik Kaira. Senyum tipis tercipta di wajah Theo saat ia melihat tunangan yang sangat dicintainya itu.

Belum sempat Theo membalas panggilan Kaira, dirinya sudah lebih dulu dipeluk sehingga membuat Theo sedikit terhuyung ke belakang. "Aku merindukanmu, Kaira."

"Aku juga sangat merindukanmu, Theo," balas Kaira. Theo semakin mengeratkan pelukan mereka sambil menumpahkan segala kerinduan yang mereka rasakan. Pria bermarga Ganendra itu menenggelamkan kepalanya di leher Kaira, berusaha menghirup aroma gadisnya itu sebanyak-banyaknya.

"Kau sudah makan malam?" tanya Kaira yang disambut dengan gelengan Theo. "Bagus, kalau begitu kau mandi dulu lalu makan."

Kali ini Theo menjauhkan kepalanya dan menatap lekat-lekat Kaira. "Tapi aku ingin memakanmu, Kaira."

"Eh?"

Belum sempat Kaira bereaksi, Theo sudah lebih dulu mencium bibirnya brutal dan mendorongnya hingga punggung Kaira menyentuh tembok. Bibir Theo dengan lihai membelai bibir atas dan bibir bawah Kaira bergantian.

"Hhh..." Kaira mendesah. Saat bibir mereka terpisah, Theo dapat melihat wajah Kaira yang merona merah dengan tatapan sayu. Ah sial! Dia benar-benar tidak dapat mengelak kalau dia sangat merindukan gadisnya ini.

Baru satu tarikan napas yang dapat Kaira ambil, tapi Theo sudah membungkam mulutnya lagi. Kali ini lidah Theo yang memanjakan mulut Kaira. Otot tanpa tulang itu segera mencari langit-langit mulut Kaira yang memang sangat sensitif.

Theo bahkan sengaja memperlambat gerakan lidahnya saat menyentuh langit-langit mulut Kaira. "Engghh..." Kaira mengerang erotis saat rasa geli menjalari tubuhnya.

Jika mulut Theo sibuk dengan mulut Kaira, maka kedua tangan Theo sejak tadi sudah berhasil melepas celemek Kaira dan sekarang sedang menggulung kaos Kaira ke atas. Ciuman Theo terlepas lagi. Pria itu menyeringai saat melihat keadaan Kaira yang sudah kacau, membuat selangkangan Theo terasa panas seketika.

"Kau menggoda, Sayang," ucap Theo sambil menaikkan bra Kaira sehingga terlihatlah dua gunung kesukaan Theo. Tanpa aba-aba, laki-laki itu menjilat salah satu payudara Kaira. Sedangkan tangan kanan Theo dengan asyik mengelus dan meremas payudara yang lain.

Kedua tangan Kaira hanya bisa meremas rambut Theo sambil terus mengeluh. "Enghh... Ahhmm... Theoohh..."

"Hn?" tanya Theo sambil menaikkan kepalanya dan mempertemukan bibir mereka kembali. Tangan kanan Theo masih setia meremas payudara Kaira. Sedangkan tangan kirinya sudah berhasil turun ke paha Kaira dan menyelinap masuk ke rok juga celana dalam Kaira.

Karena gesekan erotis Theo di vaginanya, Kaira merasa semakin panas. Tubuhnya sudah tidak sabar dan ia ingin meminta lebih dari ini. Tempo Theo terlalu lambat, tunangannya ini pasti sedang berusaha mengerjainya. Saat ciuman mereka terputus, Kaira menatap Theo memohon.

Theo mengerti dengan tatapan tunangannya itu. Gadisnya ini sudah tidak tahan dan ingin segera meledak. Melihat Theo yang mulai melepas ikat pinggang dan celana panjangnya, Kaira juga ikut menarik turun celana dalamnya sendiri dengan tangan gemetar.

"Kenapa gemetar, Sayang?" tanya Theo di telinga Kaira sambil menyiapkan kejantanannya di depan liang vagina Kaira.

"Hhh..." Kaira mendesah karena kepala penis Theo terus menggesek lubang vaginanya. "Kumohon..."

JLEB!

"AKHHH! Hhngg!" Kaira melenguh kencang karena desakan penis Theo yang begitu tiba-tiba. Rasanya lubang vaginanya terasa sangat penuh dan mengganjal. Memang terasa tidak nyaman pada awalnya tapi Kaira tahu setelah ini ia akan merasakan nikmat yang tiada tara.

"Nghh! Huh! Huh!" Tubuh Kaira terhentak-hentak begitu Theo memulai gerakan maju-mundurnya. Mulut Theo juga tak tinggal diam, mulutnya sudah sejak tadi menginvasi leher Kaira yang mulus itu. Tangan kirinya terus meremas payudara Kaira.

Rasanya Kaira berada di awang-awang karena mendapatkan kenikmatan di tiga titik sekaligus. Theo benar-benar tahu di mana letak titik sensitif Kaira. "Ohh... Theo... Aku mau hngghh..."

"Keluarkan saja, Kaira. Aku suka mendengar desahanmu," ucap Theo sambil terus menghentak-hentak tubuh Kaira. Laki-laki itu sedikit meringis saat penisnya merasa disedot oleh vagina Kaira. Detik berikutnya ia dapat merasakan vagina Kaira yang berkedut-kedut, siap menumpahkan cairannya.

"Huhhhngg..." desah Kaira panjang saat ia mencapai orgasme. Tubuhnya hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan oleh kedua tangan Theo.

Laki-laki itu mendekat ke telinga Kaira. "Kau tidak boleh merasakannya sendiri, Sayang," ujarnya kemudian kembali membungkam mulut Kaira dengan ciuman memabukannya.

Tubuh Theo masih tetap menusuk Kaira dengan tempo yang semakin cepat. "Sial," geram Theo di antara kulumannya dengan Kaira.

"Hngg!" Kaira tiba-tiba saja melepas paksa ciuman mereka saat sadar kalau mereka tidak menggunakan pengaman. "Berhenti ahnn... Theo... jangahhnn di dalammnhnn..." ucapnya tidak jelas di antara desahannya.

"Kau tenang saja, Sayang," sahut Theo. Akhirnya gelombang panas yang sejak tadi sudah dirasakan Theo itu mulai tercapai. "Ghh!" Dengan sekali hentakan keras, penisnya mengejang dan menumpahkan banyak sekali sperma ke dalam rahim Kaira.

"Huhhhh..." Kaira melenguh panjang karena kehangatan yang pertama kali ia rasakan menjalari rahimnya. Tubuh Kaira kemudian merosot ke bawah mengikuti tubuh Theo yang sudah lebih dulu merosot.

Mereka berdua akhirnya terduduk di lantai dalam keadaan yang masih menyatu. Kaira duduk di atas pangkuan Theo dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Gadis bermata coklat itu menatap manik hitam Theo meminta tanggung jawab. "Bagaimana kalau aku hamil?" tanyanya.

Theo tersenyum miring. "Jawabannya mudah. Kita akan menikah."

"Benarkah?" tanya Kaira masih belum yakin.

"Ya," sahut Theo asal kemudian merogoh saku kemejanya. Manik coklat Kaira membulat besar saat melihat kotak berwarna merah yang ada di tangan Theo. "Menikahlah denganku, Kaira," ucap Theo sambil membuka kotak itu dan menarik cincin di dalamnya.

"Theo..." Kaira sampai tidak bisa berkata-kata saat melihat cincin yang sedang dipakaikan Theo di jari manis kirinya. "Aku senang sekali," lanjutnya kemudian memeluk laki-laki itu.

"Aku mencintaimu, Kaira," sahut Theo sambil membalas pelukan Kaira.

Kaira semakin mengeratkan pelukan mereka. "Aku jauh lebih mencintaimu. Kapan kita menikah?"

"Dua bulan lagi?" tanya Theo.

Kaira mengangguk bersemangat setelah melepas pelukannya. Kedua mata dengan warna mirip itu sejenak saling menatap sampai akhirnya wajah Kaira tiba-tiba memerah.

"Kau kenapa, Sayang?" tanya Theo mengelus lembut pipi Kaira.

"Kau mengeras lagi," sahut Kaira.

Theo menaikkan salah satu alisnya. "Itu artinya ronde berikutnya dimulai."

Wajah Kaira merona hebat mendengar kalimat Theo barusan. "Ngomong-ngomong kau ingin anak laki-laki atau perempuan?"

"Tentu saja laki-laki," sahut Theo mantap sambil mengecup sekilas bibir Kaira. "Aku anak tunggal jadi aku ingin anak laki-laki."

Kaira mengangguk. "Kita akan memiliki anak laki-laki," ucap Kaira kemudian memulai menggerakkan tubuhnya naik turun sebagai isyarat bahwa ronde kedua mereka telah dimulai.

.

.

.

FIN