Suasana ruangan yang begitu hiruk piruk serta dentuman musik yang terdengar nyata tak lupa pula kehadiran beberapa orang yang begitu ramai.
Membuat suasana pesta yang tadinya sedikit kalem menjadi liar entahlah padahal ini adalah pesta ulangtahun yang di siapkan khusus untuk anak berusia dua belas tahun.
Lisya dan gina yang baru saja keluar dari ruangan, memasang wajah tak bersahabat wajah mereka pun menoleh dan saling tatap seakan bertukar informasi melalui tatapan.
"Kau yakin di sini tempat merayakan pesta ulangtahun lady lisa?" sahut gina menatap lisya untuk mencoba memastikan.
"Tentunya yakin, aku ingat kita memang menyewa tempat ini untuk malam ini" balas lisya memasang wajah yakinnya seratus persen.
"Tapi kenapa tempat ini lebih mirip seperti jamuan makan malam kastil" gina akhirnya menyerukan mendapatnya, kepala lisya pun ikut menggeleng tanda tak tau apa apa. Jamuan makan malam kastil? kalau di sini seperti klub malam.
"Hei, kalian sudah selesai" sapaan sangat sketika muncul dari Louis, mendengar sapaan Louis membuat Darrel segera berlarian menuju pujaan hatinya itu.
Lama pandangan gina dan lisya berjelajah mencari ada apa yang sebenarnya terjadi pada istana pink ini.
"Kenapa suasana di sini seperti club" Tanya lisya masih mencari titik kesalahannya.
"Kenapa baguskan, kalian suka?" bukan Darrel yang menjawab melainkan Liam yang datang entah dari mana.
"Aw....., sakit lepaskan kenapa kau menjewer telinga ku" sahut Liam meringgis sakit karena jeweran lisya mata gina sedikit membola dan tubuhnya bergidik ngeri melihat keganasan lisya ini.
"Kenapa kau merubah suasana ruangan menjadi vulgar" tanya lisya langsung, mata liam berkedip binggung dia sama sekali tak mengerti sesaat sebelum...
"Oh maksudmu pesta ini, jujur bukan aku yang merubah suasana nya tapi_" liam masih berusaha membela dirinya sendiri.
"Apa kalian menyukai tema yang sudah aku persiapkan" suara yang datang tiba tiba itu berjalan dengan santai, gina yang awalnya tak berniat ikut campur kini sudah memasang wajah syok
"Aku beritahu ya, bukan hanya ini saja ayok ikuti aku" dengan santainya Harry berucap menuntun langkah lisya dan gina.
Lisya pun melepaskan jeweran pada telingan liam dan berjalan mengikuti langkah Harry di susul oleh gina.
"Ini adalah yang paling penting, aku tahu kalian pasti sangat terharu kan jangan berterimakasih kepadaku, biar bagaimanapun juga ini bukanlah ide ku seorang" dengan bangganya Harry mengajak gina dan lisya mendekat kearah sosok lelaki yang membelakangi mereka, hanya punggung saja yang terlihat sibuk mengatur sesuatu...
"Ini adalah DJ music yang telah di atur untuk memeriahkan acara malam ini, dan ini semua berkat ide dia aku hanya sebagai pendukung saja" sahut Harry cepat, tepat ketik sosok itu berbalik membuat nafas gina tercekat menanti ke marahan yang akan di lampiaskan oleh lisya nanti.
"Hai kalian sudah selesai prin__" mata wildrick segera memasang wajah terpaku saat beralih melihat wujud gina saat ini.
"dew__" baru ingin memuji..
"aw... sakit ayolah tolong lepaskan aku tidak bermaksud menyinggung mu" jeweran kuat itu sudah menyapa ke telinga wildrick yang di berikan oleh lisya.
Darrel yang berdiri di belakang mereka terkekeh puas dirinya begitu puas melihat temannya mendapatkan ganjaran yang sesuai.
"Sudah hentikan, kau bisa membuat telinga nya lepas dari tempat semula, sayang" bujuk Darrel menarik pelan tangan lisya menjauh dari kuping wildrick.
setelah lisya melepaskan jeweran tersebut, wajah wildrick langsung berubah sembilan puluh derajat menghadap ke arah gina dengan memelas.
"Gina, telingaku benar benar sakit" rengeknya dengan manja, wajah gina seketika memerah dirinya merasa malu, mendengar rengekan laki laki yang tertuju untuknya.
Dengan langkah cepat dia segera berjalan menjauh dari tempat itu, jika tidak dia benar-benar bisa kehabisan keanggunannya dikarenakan tingkah laku lelaki itu.
"berapa umurmu sekarang? benar benar kekanakan" ejekan yang tiba-tiba datang ikut bergabung kini sudah duduk di antara yang lainnya.
wajah wildrick langsung mengibarkan rasa jengkel dan siap berperang, ditinggalkan gina tadi membuat dirinya merasa sedikit kesal karena pertama kali di tolak oleh perempuan dan kembali ni lelaki itu datang untuk mengejeknya.
'benar-benar memalukan' gerutuk hatinya.
****
Satu jam kemudian.
Suasana ruangan yang sudah menjadi rami hiruk-pikuk itu terasa begitu nyata, semua orang berkumpul di sini ruangan yang sudah di buat seremang mungkin karena usulan lisya dan gina awalnya sempat menimbulkan protes dari uang lainnya terutama wildrick dia menganggap hal ini akan membahayakan berjalannya pesta pada malam ini.
Tapi biar bagaimanapun juga gina yang terus kekeh pun membuat wildrick mengalah.
"Baiklah mari kita sambut pemeran utama dalam pesta ulangtahun malam ini" ucapan itu terdengar merdu dan cantik, sosok lisya yang megang mic itu.
Lampu di ruangan pun menjadi gelap sketika suasana yang gelap gulita sempat menghadirkan pertanyaan yang sulit untuk di jelaskan
Derap langkah yang perlahan berjalan mendekat pun di iringi dengan lampu gemerlap warna warni menyorot perhatian kearah langkah perempuan berpakaian tosca hiasan topeng sudah bertengger di wajahnya.
"Baiklah sebagai acara pembuka, dipersilahkan untuk pemeran utama memilih pasangan dansa untuk malam ini" suara yang berbeda kini menyapa ruangan,kali ini benar-benar host utama.
tanpa di suruh dua kali zayn sudah berjalan dengan percaya dirinya mendekat ke arah sosok perempuan bertopeng itu, dia berjalan dengan yakin dan langkah tegap mendekat ke arah lisa ya benar lisa dirinya yakin perempuan bertopeng ini pastinya lisa.
Tapi kenapa tak ada orang yang memakai gaun berwarna biru di samping nya walaupun sedikit ragu dirinya tak ingin kehilangan muka di pesta ini,
"Bersediakah nona cantik berdansa padaku malam ini" uluran tangan zayn di terima dengan cepat oleh perempuan gaun pink yang dia yakini adalah lisanya.
Langkah yang awalnya ingin mendekat, menjadi berhenti dengan geram, kepalan di samping tubuhnya menjadi semakin nyata aura penguasa itu sudah terlihat kelam akibat amarah.
"Tuan bagaimana dengan ini" dengan wajah cemas dan Takut takut gudik itu bertanya, menatap sebentar kearah kedua sosok yang berdansa kemudian kembali menatap langkah tegap itu.
Senyuman smirk itu pun muncul, sejak awal penampilan lelaki yang luar biasa tampan itu sudah menarik penuh perhatian di ruangan ini di tambah dengan langkah dan gerakan tegap nya sungguh mampu membuat orang menahan nafas.
"Biarkan saja, kita ikuti dulu alur yang telah mereka tetap kan" balasnya kembali duduk di salah satu ruangan VIP yang tersedia dengan tenang.
****
"Oh ayolah kenapa kau berjalan seperti berlarian" gerutuk sosok perempuan beranjak remaja itu, yang kewalahan mengikuti langkah kaki lelaki yang berada di depannya berjalan dengan sangat cepat.
"Kalau kau kelelahan berhenti lah mengikuti aku, bukannya tadi aku memang tidak berniat mengajakmu"balas lelaki itu lagi, masih berlarian mendorong setiap pintu ruang ganti di sini.
setiap deretan pintu yang ada semuanya mendapatkan hasil yang sama, kosong sosok yang dia cari tak di temukan di mana pun.
"Siapa orang yang kau cari" perempuan itu masih berceloteh, dari awal dia datang tadi sudah sangat bersemangat berdandan dengan cantik walaupun bergitu bukannya orang yang berulangtahun hari ini memiliki usia yang sama dengan dirinya bukan?.
Tak ada balasan sedikitpun dari lelaki itu, sampai tiba di satu ruangan yang berbeda dari yang lainnya, saat ingin berjalan masuk tapi terhalang pintu itu terkunci.
"Sepertinya ada kejanggalan di pesta ini" ucapan pertama yang lelaki itu keluar kan ketika menelfon seseorang di seberang.
"Apa maksudnya?" balasan itu terdengar bingung sekaligus cemas.
"Cepat ajaklah yang lain berkumpul di sini, aku ingin masuk tetapi ruangan ini terkunci aku yakin pasti dia ada di dalam, sementara kalian berjalan ke sini aku akan berusaha membukanya" sahut orang itu lagi, tanpa menunggu balasan dirinya langsung mematikan telfon sepihak.
Ini sudah yang keberapa kali dobrakan demi dobrakan menghantam pinta yang masih tertutup itu.
"Minggir lah biar aku yang membukanya" geram karena tak kunjung terbuka, perempuan remaja itu mendorong dengan kasar lelaki yang ia cintai itu.
dengan fokus dan mencoba berkonsentrasi dia segera mencabut jepitan yang ada di kepalanya dan berusaha membuka pintu itu.
Dia yakin berhasil dari berbagai pengetahuan yang telah dia pelajari dan..
'Cklek' benar saja pintu itu terbuka.
dengan cepat lelaki itu berjalan masuk.
****
"Apa semuanya sudah kau lakukan seperti yang telah kita rencanakan" tanya lisya dengan raut wajah cemas wajahnya yang tertutupi topeng itu.
"Sudah lady saya sudah melakukan semuanya seperti yang telah kita rencanakan" balas gina kini berpakaian tosca mengangguk tanda setuju.
"Bagus" sahut lisya sebelum.
"C'mon baby, bagaimana kabarmu selama empat tahun terakhir ini" suara itu menggema bagaikan sebuah halusan suara angin.
dengan bahasa yunani kental itu sukses menarik perhatian gina dan lisya mereka menatap cemas ke arah kerumunan orang itu.
Begitupun gina mereka mencari-cari keberadaan sosok yang telah bersua itu tapi tak kunjung ketemu.
"Tidak mungkin mereka menyadari nya sejak awal" raut wajah lisya berubah menjadi cemas.
"Gawat lady,mereka semua sudah menemukan....." wajah gina sudah cemas dengan pandangan tak dapat di mengerti dengan berlari tergesa-gesa mereka segera berlari.
****
Sementara itu di waktu yang sama tempat yang berbeda.
"Harry!" panggilan itu terasa nyata saat sosok lelaki yang memasang wajah cemas memasuki ruangan, tapi tak sendiri.
"Hey, apa yang kau lakukan di sini!" dengan raut tak santai zaera bertanya kepada harry, karena perdebatan di antara mereka berdua saat di kamar mandi tadi membuat zaera masih sedikit jengkel, dan kini ketika selepas dari kamar mandi menemukan harry yang sudah ada di ruangan.
Tanpa menjawab panggilan tersebut kini Harry berjalan dalam diam memeluk erat sosok itu.
"Bukan kah ini terlalu berlebihan, kau bisa membuat ku kehabisan nafas" sahut lisa saat pelukan itu mengencang.
Tak berniat menjawab Harry hanya diam membisu
"Dan siapa ini" tanya lisa lagi pandangan wajah zaera pun ikut mengamati.
Perempuan itu mematung tak ada niat untuk berkata-kata, melihat raut cemas yang terukir di wajah Harry membuat wajahnya pias, dan hatinya menertawakan dirinya sendiri.
"Oh perkenalkan ini sisil, kalian seumuran" sahut Harry cepat menutupi rasa kasihan, dia tak ingin lisa tahu bahwa kakaknya lah yang menghianati dia.
"Hai, sisil aku lisa" balas lisa cepat tersenyum cantik, tak ada respon sedikit pun dari sisil dia kalah telak perempuan di hadapannya ini begitu cantik dan nyata pantas saja Harry selalu mengabaikan keberadaan dirinya.
"Dan aku zaera, apa kau menyukai lelaki tua menjengkelkan itu, kalau begitu aku sarankan agar kau menyerah dia ini adalah orang yang mati rasa" oceh zaera lagi menatap ke arah Harry dengan pandangan musuh.
belum sempat menjawab.
Seseorang yang tiba-tiba datang dan memeluk lisa dengan erat membuat pandangan yang lain menatap bingung.
Zayn yang tiba-tiba datang itu langsung memeluk tanpa menjelaskan diikuti dengan yang lainnya.
Setelah mendengar kabar kalau lisa dan zaera adiknya di temukan di dalam kamar yang terkunci ini mereka bergegas kemari dengan pandangan tak dapat di baca.
Liam Louis wildrick dan juga Darrel hanya bisa saling menatap tak berniat menjelaskan dengan pasti apa yang telah terjadi.
menjelaskan dengan gamblang bahwa kakaknya mengambil alih pesta ulangtahun nya dan menjadi pemeran utama dalam pesta ini, secara tidak langsung membuktikan bahwa kakaknya ini iri dan ingin merebut semua yang telah di persiapkan untuk adiknya, mereka tak sanggup membayangkan raut sedih mereka.
"Dimana kakak?" pertanyaan menuntun lisa membuat raut wajah yang lainnya sedih.
"Kenapa kalian diam saja, dimana kakak ku"sahut lisa lagi, hanya pandangan menunduk yang mereka tunjukkan.
"Kenapa kau masih memikirkan dia, di saat pesta milikmu ini sudah berpindah tuan" kesal liam menyeletuk cepat.
"Apa maksudmu" tuntun lisa bertanya dengan binggung.
"Sebenarnya yang mengunci kalian di dalam ruangan ini adalah kakak mu sendiri" sahut zayn cepat menatap lisa dengan pandangan sedih, mungkin lisa tak dapat menerima kalau ternyata kakaknya memiliki rasa iri terhadap dirinya sendiri.
"Sudah ku duga sejak awal, kakak memang menutupi sesuatu" sahut lisa kemudian.
semua pandangan menatap binggung.
"Reunian yang mengaharukan!" suara itu tiba tiba menyapa.
"Kakak!" panggil lisa dengan cepat dan semangat.
"Kenapa kau bisa ke sini, bukannya ini semua adalah rencana mu mengurung adik mu di sini agar kau bisa mengambil alih pesta ini sendiri" sini Harry menatap lisya mengejek.
"Jaga ucapanmu!" bukan lisya yang menyelah melainkan gina.
"Gina sayang hentikan, bukannya kau melihatnya sendiri dia ini, jahat berani mengambil alih pesta adiknya" bujuk wildrick menatap gina memelas.
"Omong kosong, semua orang tahu betapa lady menya___" kesal gina lagi sebelum di hentikan lisya.
"Hentikan gina"bentak lisya lagi.
"Kakak, kenapa kakak melakukan ini?" tanya lisa cepat, semuanya mengerti perasaan yang dirasakan lisa sekarang begitu menyakitkan dirinya begitu sedih.
Lisya menatap lisa dalam diam dengan pandangan kosong tapi sesaat mampu di tangkap lisa ada aura memelas dan sedih memancar kan kesedihan sebelum akhirnya kembali menegaskan.
"Berhenti bersikap kekanak-kanakan!" sahut lisya lagi.
"Bukannya kalian ingin kebenaran kan?" sambungan nya.
"Sepertinya mereka semua berada di ruangan itu, cepat tangkap lord bilang kita harus menemukan mereka" suara dengan bahasa aneh itu terdengar membingungkan di telinga mereka berbeda dengan lisya lisa dan gina kini sudah merubah pandangan.
"Ternyata begitu, kakak lisa mohon jangan menghadapi ini sendiri" sahut lisa cepat menatap lisya dengan gina.
"Aku membenci kalian semua" teriakan melengking itu membuat semua pandangan menatap tak percaya.
sisil yang melihat sosok perempuan berteriak itu terdiam mematung.
'Perempuan itu' batinya bingung, sekaligus faham.
dunia ini begitu kecil, dia menemukan seseorang yang tempo lalu menitipkan amanat padanya kini berdiri dan membuat sisil yang awalnya tidak memahami rencana ini sketika menjadi paling mengerti.
"Kau begitu keterlaluan lisya!" Darrel berucap dengan binggung.
"Kalian fikir aku begitu menyayangi kalian semua, terlalu naif" menghiraukan ucapan Darrel lisya kembali berucap.
"bukalah pintu itu gina" perintah lisya, dengan cepat gina segera membuka pintu yang ada di kamar tersebut, mengakses langsung ke arah luar.
"Sekarang kalian semua keluar" ucap lisya memerintahkan dengan paksa.
semua pandangan pun menatap binggung tak percaya.
"Kau!" liam sudah memasang wajah kesal tak percaya.
"termaksud kau gina" sambung lisya lagi, sketika wajah gina berubah menjadi terkejut tak percaya.
Tanpa mereka sadari kini dua orang sudah menghilang dari ruangan ini dan menghilang dari pandangan.
"Sudahlah sayang, tinggalkan dia sendiri biarkan dia menikmati pesta ini seorang diri" bujuk wildrick mencoba mengajak gina ikut pergi.
"Tidak lady, kita sudah berjanji menghadapi ini semua berdua, dan kita harus menyelesaikan nya sampai akhir" sahut gina cepat membantah untuk pergi.
"Zayn!" teriak Louis cepat saat zayn berlari meninggalkan ruangan ini, bukan ke pintu keluar melainkan keluar dari kamar ketempat lain.
"Kemana lisa dan zaera?" pertanyaan ini lebih dulu keluar dari bibir sisil, semua pandangan tegang berubah menjadi cemas.
Pandangan yang lainnya segera mencari sosok itu yang sudah menghilang entah kemana.
'DOR'
suara tembakan yang meletus nyaring itu menarik perhatian.
"Aaaaaa......" teriakan melengking itu pun menggemah dengan kencang.
tanpa menunggu lagi lisya segera pergi dengan tergesa gesah keadaan pesta uang awalnya damai menjadi kacau, semua tamu berhamburan keluar dari dalam ruangan.
"Kau mau pergi kemana lisya, jangan bertindak seakan kau perduli" teriak Liam tak dihiraukan sedikitpun.
"Lady" panggil gina lagi, terpaksa dia harus melanggar janjinya pada rencana yang dia dan lady nya jalankan.
****
Zaera yang sudah terduduk lemas itu terkejut meringkuk ketakutan, saat menemukan beberapa orang tergeletak tak bernyawa itu.
darah bersimbah membuat dia takut merasa takut.
tangan lisa yang terus menggenggam pelan jemarinya kini memeluk zaera pelan.
"Mari kita bersembunyi di sana" ajak lisa cepat menarik zaera mendekat ke arah seperti lubang rahasia memeluk erat zaera yang ketakutan itu.
"Ternyata seperti ini, benar dugaan ku, mereka menemukan kami pantas saja kakak bertindak seperti tadi" ucap lisa terlebih untuk dirinya sendiri.
tadi di saat lisya terus saja mengatakan kalimat kebencian untuk mereka semua lisa sudah menduga ada yang tidak beres di sini, dan dengan inisiatif yang kuat dia keluar meninggalkan ruangan tetapi menemukan suara yang ribut dan beberapa orang saling menjatuhkan, tanpa dia sadari zaera kecil mengikuti langkahnya dan ketika ada seorang yang menembak salah satu orang berpakaian hitam jas itu membuat orang satu lagi tumbang.
zaera berteriak kencang menarik perhatian, untuk lisa segera menyadari dan menarik zaera pergi bersembunyi di tempat paling aman.
"zaera jangan takut, kau akan aman zaera kakak janji" tenang lisa mengelus pelan pundak zaera yang gemetar.
"Kakak zaera takut" gumam zaera.
"sini biar kakak perjelas kepadamu" sahut lisa lagi wajah zaera pun menatap lisa binggung.
"Kau akan aman zaera, tak ada yang berani menyakiti mu, karena kamu memakai gaun berwarna biru, ini adalah warna kesukaan kakak lisya jadi mereka tidak akan menyakiti mu, sebenarnya alasan kakak menyuruh dirimu memakai pakaian ini agar kau aman!" ucap lisa membuat zaera kebingungan.
"Tapi bukannya kak, lisya membenci mu ?" sahut zaera lagi kebingungan.
"Kau terlalu polos jadi tidak akan mengerti" lisa tertawa lembut berusaha menenangkan zaera.
"Terkadang membuat orang yang kita sayangi membenci diri kita adalah hal yang paling manjur untuk melindungi orang itu" sahut lisa lagi sebelum terdengar suara kasak kusuk.
"Sepertinya mereka ada di ruangan ini, cepat singkirkan seperti perintah young lord" sahut beberapa orang.
zaera yang mendengar nya semakin ketakutan, memeluk lisa semakin erat tak terkendali.
"Dengarkan kakak, apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkan tempat ini" sahut lisa memerintah,belum sempat zaera mengangguk.
lisa sudah pergi meninggalkan persembunyian
"Mereka di sana," sahut salah seorang di sana.
"Hanya anak kecil" sambung yang lainnya.
"anak kecil terlalu banyak rasa ingin tahu, singkirkan" sahut yang lain lagi dengan bahasa yang tak banyak orang mengerti.
arah pistol itu pun tertuju pada lisa dengan sekali tarikan peluru itu meluncur.
'Dor'
mata lisa tertutup seakan pasrah menerima rasa sakit tapi tak ada yang dia rasakan, saat matanya terbuka.
"Ini semua salahmu, aku membenci mu sangat" ucap orang itu yang kini berdiri tepat di hadapan lisa.
"Kakak" ucap lisa terkejut melihat kakaknya lisya yang sudah memasang wajah pucat menahan sakit.
"Apa anak kecil itu sudah di singkirkan, ruangan ini terlalu gelap" ujar mereka saat ini terasa binggung karena keadaan ruangan yang menjadi gelap dalam sekejap.
lisya yang terlalu panaik langsung mengangkat gaun nya dan menyembunyikan lisa di dalam gaunnya berbaring dengan syok seakan sudah meninggal.
darah yang mengucur dengan deras itu menjadi penambah suasana keyakinan kalau anak itu sudah di singkirkan.
Lampu pun kembali di hidupkan dan terlihat sosok yang tergeletak tak berdaya dengan darah bersimbah.
Zaera yang masih bersembunyi pun menangis menahan diri untuk keluar dan menelan rasa sedih yang telah dia rasakan.
****
"Mari kita temukan mereka" ajak gina dengan cemas.
"Kenapa kita harus menemukan orang jahat seperti dia" kesal Louis kemudian membuang muka ingin pergi meninggalkan ruangan di ikuti oleh Liam.
"Kalian semua mudah tertipu" ucapan kali ini mampu mengurung kan niat mereka untuk pergi.
"maksud mu" Darrel segera menatap gina menuntut meminta penjelasan.
"Kalian bilang kalian berteman baik selama empat tahun terkahir, tetapi hanya dengan kejadian yang penuh kejanggalan hari ini sudah membutakan mata kalian" kesal gina dengan geram menatap yang lainnya dengan tak percaya.
gina benar ini terlalu aneh, tadi pagi lisya masih bertindak seperti biasanya dan rasa hangat di telinga Liam pun masih berasa begitu pula dengan wildrick, semua tampak aman aman saja tadi pagi.
"Tidak kah kalian menyadari perubahan sikap lady lisya, yang berusaha membuat kita marah dan kesal padanya sehingga kita pergi meninggalkan dirinya"sahut gina lagi.
semua pandangan pun menjadi menajam tak percaya, tapi kenapa??
****
"Kakak!" teriak lisa terkejut yak percaya memeluk lisya erat, saat orang lain meninggalkan ruangan ini.
"Ini bukan salah mu, lisa kakak tidak pernah menyalahkan mu, sekarang bangunlah" sahut lisya lembut, sketika keadaan ruangan yang awalnya berada di nostalgia itu tertarik keluar kedalam cahaya putih bersinar.
dimana ini???
dia ada di mana??
bukannya dia berada di pesta itu, kenapa sekarang dia ada di sini? tempat itu terasa aneh.
"bangunlah lisa, kakak tidak pernah menyalahkan ku" suara itu kembali terdengar.
"Kakak" panggil lisa lagi.
"Sudah cukup kau sudah mengetahui semua, tapi jangan sampai mengetahui semuanya" sosok lisya berjalan mendekat dengan balutan cahaya putih itu mengelus pelan wajah adik tercintanya.
"Ini bukan salahmu, sekarang bangunlah" perintah lisya lagi, selama ini dia bernostalgia lisa bernostalgia....
flash back off
****
"Masih belum sadar" suara itu bertanya lembut, kepada salah satu perawatan yang memasangkan kembali infus di tangan sosok perempuan cantik itu.
hari ini tabung infus yang di gunakan oleh gadis yang terbaring tak sadarkan diri selama sebulan terakhir ini sudah habis, jadi hari ini adalah jadwal pergantian infus.
"Belum, dia masih nyaman tertidur" balas suster itu lembut tersenyum, menatap ke arah orang yang bertanya itu.
"sudah berapa lama dia berbaring di sini" tanya orang itu lagi.
"Satu bulan" sahut suster itu lagi.
"Sudah satu bulan lamanya, aku tidak menyangka ini semua sudah berjalan selama satu bulan" balas lelaki itu tersenyum kecut menatap sosok yang terbaik tak sadarkan diri ini kapanpun bisa pergi jika dia ingin, entah kenapa membuat lelaki itu tam terima bukankah harus nya dia senang.
"Kau sangat menyayangi nya dia, aku yakin perempuan ini pasti akan terbangun suatu saat nanti, dia terlalu cantik dan beruntung memiliki dirimu orang yang selalu setia menemani nya walaupun dalam keadaan tak sadarkan diri" sahut suster itu lagi.
tetesan air mata pun mengalir di antara kedua matanya yang masih terpejam itu.
"Dia merespon, dia kembali merespon" sahut suster itu bahagia ingin pergi melaporkan kepada dokter dia segera pergi meninggalkan lelaki itu seorang diri.
"Akhirnya kau merespon kembali" ucap suara itu terdengar serak menarik selembar tisu dan menghapus buliran air mata itu.
"tetapi kenapa harus dengan tangisan!"
sambungan nya lagi menatap sosok itu dengan pandangan kosong