8 tahun kemudian
kediaman lord jamson
keduan putri itu duduk secara bersamaan dengan raut wajah berbeda berbanding terbalik yang satu nampak anggun dan terlihat dewasa sangat layak di juluki putri mahkota akan sikapnya yang terlalu dewasa bahkan saat belajar pun
sementara yang satunya lagi berusaha untuk mengerti dan memaksakannya bahkan dia terus saja memaksakan diri untuk belajar walau hatinya tak terlalu ingin sesekali mata cantik yang satu itu melirik lirik sedikit ke arah samping kakaknya
"kak lisa capek"rengeknya kemudian melepaskan segalah keluhan pada kakaknya kepada kakaknya.
"kenapa lisa"kakak nya bertanya dengan gemas melihat tingkah adiknya.
"lisa capek belajar bahasa ini lagi kak, tulisnya membuat lisa susah untuk mengerti"bibirnya mayun ke depan terlihat lucu dan imut, lisya menatap lembut adik semata wayang nya ini dan mengeluk kepala nya lembut.
"lisa jangan pernah berhenti belajar, karena nanti lisa harus siap menghadapinya di masa depan"perintah kakaknya di angguki lisa dengan cepat, sungguh mereka adalah seorang kakak beradik yang sangat kompak
tapi percuma saja lisya mengatakan hal itu walaupun lisa menjawabnya dengan anggukan lisa tetap lah lisa ia bahkan sudah berulang kali memaksakan kelopak matanya untuk terbuka dan menatap lembar demi lembaran itu
alhasil kini tubuh kecil imut itu tergeletak di atas buku dengan dengkuran nafas halu, selang beberapa waktu lisya yang terlalu asik belajar tak menyadari ke adaan sang adik kemudian memutuskan untuk menoleh dan mengintip kelakuannya
kepala cantik nya itupun menggeleng geleng lucu
"dia tertidur"suara pertanyaan halus itu berasal dari belakang tubuh lisya
"benar dan sangat lucu seperti bunny"balas lisya lembut kemudian menoleh kebelakang untuk menatap scarla
"maaf lady"suara itu menyapa dan sedikit menundukan kepala hormat akan ucapan memohon kemudian dipersilahkan oleh lisya
"pangeran William sedang menunggu lady untuk diajak berkeliling kota"kalimat ini membuat lisya memutar bola matanya jengah jujur dia merasa sangat kesal dan malas mendengar nya kenapa harus lelaki itu dia selalu menggangu aktifitas dirinya dan itu tentu saja sangat meresahkan
"bilang kepadanya aku sibuk dan tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang"balas lisya dingin tanpa berani membantah seorang pelayan tersebut segera undur diri
bagi lisya ketimbang dirinya menghabiskan waktu bersama william jauh lebih baik jika dia menghabiskan waktu bermain bersama adik kecilnya lisa dan dia sangat sangat menyayangi adiknya itu
"kemana ibunda dan ayahanya scarla"tanya lisya kemudian membuat scarla terdiam sesaat sebelum kembali berucap.
"dia ada urusan kerajaan lady"balas scarala cepat tak ingin membuat lisya curiga
walaupun ada sedikit rasa jangal lisya tetap berusaha membuat hal ini menjadi positif dan mengganggap tak akan terjadi apa pun
"aku dengar akhi akhir ini mereka sangat sibuk, dan aku harap semoga ini semua adalah hal baik"balas lisya kemudian segera pergi meninggalkan scarla masih terdiam sendiri menuju tempat diduduk adiknya lisa dan mengelus pelan rambut sang adik guna mempernyeyak dia untuk tidur
******************
"dasar anak bodoh, kenapa juga kau tidak menyadari hal ini lebih cepat, seharusnya kau bertindak sebelum semua orang menyadari hal ini"teriakan kesal itu kembali mengemah
tak ada yang berani membantah ataupun menjawab hanya gina seorang diri lah yang terdiam merasa tak mampu berkutik
"maaf kan aku ibunda"balas gina hanya itu
"cepatlah menyingkir! percuma saja aku melahirkan dirimu tepat saat hari kelahiran afrodith bahkan sekarang aku telah memaksakan adikmu untuk terlahir di hari psike tapi apa ini semuanya sia sia"jerita itu semakin histeris hingga dengan brutalnya dia membanting segala peralatan yang berada di sekitarnya
tanpa bicara lagi gina segera pergi menuju kamar miliknya
ia menangis tersedu-sedu dirinya kalah
ya benar saat ini dirinya sudah kala benar benar kalah
mungkin dengan menghilang dari keluarganya dirinya akan bisa hidup tenang
ya hanya itu satu satunya jalan
"kak "ketukan pintu membuat kepala gina tertoleh
dan membuka gagang itu dengan perlahan
."kakak di marah mama lagi?"pertanyaan itu terdengar lembut berasal dari bibir anak umur delapan tahun mampu membuat gina ikut tersenyum dan menggeleng pelan
"tidak"balasnya tersengar sedikit kuat tapi mampu menipu seorang anak kecil
Valerie...