webnovel

Bab 01

**Indonesia**

"Han, bagaimana apakah istrimu sudah melahirkan?" tanya pak Ferdi.

"Belum, kalau kalian?" tanya Raihan juga.

"Sama belum juga." jawab pak Ferdi.

"Kalau saya sedang menunggu pembukaan terakhir." jawab pak Nano.

"Lah sama dong ya." kata pak Ferdi dan pak Raihan bersamaan.

"Ya sudah kita tunggu saja dan jangan lupa untuk berdoa demi keselamatan dan juga kesehatan anak-anak kita." kata pak Nano.

Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi dan bapak-bapak lah yang memberikan nama untuk anak mereka.

"Alhamdulillah anakku sudah lahir." kata pak Ferdi, pak Nano, dan pak Raihan.

"Dan saya akan memberikan nama untuk putraku dengan nama Bara Adi Pratama, di panggilnya Bara." pak Raihan memberikan nama untuk anak laki-lakinya.

"Anakku kembar saya akan memberi nama mereka Mohammad Daffa Haikal Afan dan Daffi Abdillah Faiz di panggilnya Daffa dan Daffi." pak Ferdi memberikan nama untuk anak kembarnya.

"Kalau saya akan memberikan nama untuk putriku dengan nama Titah Kesumawardani, di panggilnya Titah." pak Nano memberikan nama untuk anak perempuannya.

Lima belas tahun kemudian..

**Di rumah pak lik Winarno**

"Terus tah kalau sudah pak lik akan memberikan latihan yang baru untuk kamu." kata pak lik Winarno.

"Siap pak lik." jawab Titah singkat tanpa mengeluh.

"Pak lik, pak lik.." Daffa memanggil pak lik Winarno.

"Iya Daffa kenapa?"

"Pak lik, Daffa istirahat dulu ya, cepek." jawab Daffa meminta izin pada pak lik Winarno untuk istirahat.

"Tidak, tidak ada yang boleh istirahat sebelum ada perintah dari pak lik, paham?" tolak pak lik Winarno.

"Paham pak lik." jawab Titah, Daffi, dan Bara bersamaan.

"Ih pak lik apaan sih Daffa kan capek, istirahat dulu ngapa ya." keluh Daffa manja.

"Ya sudah kita turutin saja kenapa sih Afgansyah Reza." kata Bara meledek Daffa.

"Afgansyah Reza siapa sih nama ku Mohammad Daffa Haikal Afan. Tah.."

"Em.. Apa Daffa?" tanya Titah.

"Kamu tahu tidak Afgansyah Reza itu siapa?"

"Tunggu, nih Afgansyah Reza, Daffa." jawab Titah menunjukan foto yang di maksud oleh Bara yang ada di ponselnya pada Daffa.

"Lah ini mah idola mu, tapi kalau di lihat-lihat ganteng juga ya dan mirip juga sama aku ya tah." kata Daffa melihat Foto yang di maksud oleh Bara di ponsel Titah.

"Mirip sih tapi kamu tidak ada apa-apa nya dari Afgansyah Reza, lihat dong Afgansyah Reza mah ganteng, lah kamu gantengnya kalau di lihat dari sedotan doang." kata Titah meledek Daffa.

"Ha.. Ha.. Ha.." Titah dan Bara mentertawakan Daffa bersamaan.

"Huuuwwwaaa.. Aku bilangin mami loh ya huuuwwwaaa.."

"Apa-apa ngadu.. Jantan dong fa.." kata Daffi yang ikut mengejek Daffa.

"Hahaha benar tuh apa yang dikatakan Daffi." kata Bara yang masih mengejek Daffa.

"Tahu jantan dong, jangan kaya kerupuk melempem hehehe.." sambung Titah juga yang masih mengejek Daffa.

"Eh sudah, sudah, sudah, stttoooppp.."

"Kalian ini ya bukannya konsentrasi malah ribut. Sebagai hukuman nya kalian ulangi dari awal." kata pak lik Winarno memberikan Titah, Bara, Daffa dan Daffi hukuman.

"Ih pak lik kok harus di ulang lagi sih kan Daffa capek tahu." keluh Daffa.

"Biarin, lagian juga kamu ini ya kan laki-laki masa lemah, penakut dan cengeng sih laki-laki itu harus kuat, berani dan tidak cengeng, oh ya satu lagi yang jantan dong Daffa."

"Tuh fa tuh, tuh.." kata Titah.

"Apaan tah?"

"Kecoa.."

"Kecoa, Aaaaa.." teriak Daffa yang takut dengan kecoa padahal aslinya tidak ada kecoa.

"Ha.. Ha.. Ha.." Titah, Bara dan Daffi ketawa bersamaan.

"Ih.. Kalian.. Mami.." keluh Daffa saat diledek oleh Titah dan Bara.

"Sudah, sudah, sudah, ayah kalian bayar pak lik mahal jadi harus latihan benar-benar."

"Siap pak lik." sorak Titah, Bara, Daffa dan Daffi bersamaan.

"Sudah kalau ada yang masih ribut lagi nanti kalian berendam di air kolam tuh." kata pak lik Winarno yang menunjuk ke arah kolam.

Selesai latihan bela diri Bara, Daffa dan Daffi pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah Bara mendapatkan kabar bahwa ayahnya akan menyekolahkan Bara di Turki.

Bara menolak untuk pindah sekolah ke Turki karena satu alasannya yaitu Titah. Titah bukan hanya sahabat bagi Bara, Titah melainkan pujaan hatinya yang selama ini dia cintai dalam diam.

**Di rumah pak Ferdi**

"Assalammualaikum." Daffa dan Daffi mengucapkan salam bersamaan.

"Wa'alaikumussalam." jawab pak Ferdi.

"Pi, mami mana?" tanya Daffa.

"Itu di dapur."

"Oh ya sudah.."

"Eh eh.. Mau kemana kamu ya fa?"

"Ke dapur papi bagaimana sih kan Daffa itu suka masak dan mau bantu mami juga di dapur."

"Mau bantuin mami atau mau ngadu ke mami kalau tadi dapat hukuman dari pak lik Winarno, fa?" sindir Daffi.

"Apa di hukum, kok bisa?" tanya ibu Yanti.

"Alah paling juga dia yang salah, kaya tidak tahu anak kamu saja, dikit-dikit ngeluh capek kalau tidak ya paling ribut saat masih latihan bela diri." kata pak Ferdi.

"Ih papi, mami.." kata Daffa dengan manjanya pada ibu Yanti.

"Sudah jangan manjain Daffa terus deh, makan malamnya sudah siap belum?" tanya pak Ferdi mengalihkan pembicaraan karena pak Ferdi tau pasti setelah Daffa mengadu pada istrinya akan membela Daffa.

"Sudah."

"Ya sudah yuk makan malam dulu habis itu kalian belajar dan tidur." kata pak Ferdi.

**Di rumah pak Raihan**

"Pah, aku tetap tidak mau pindah ke Turki, Bara mau lanjutkan SMA di Indonesia saja." kata Bara yang baru saja mendapatkan kabar dari ayahnya.

"Papa tahu Bara, tapi ini atas permintaan dari kakek kamu yang berada di Turki, kalau kamu rindu dengan mama dan papa kan bisa video call papa atau mama saja Bara."

"Tapi pah.."

"Tidak ada tapi-tapian, papa sudah atur semuanya untuk pindahan kamu ke Turki, pokoknya setelah lulus SMP, kamu langsung terbang ke Turki."

"Sudah Bara kamu turutin saja papa mu ini kan demi kebaikan kamu juga kan nantinya." kata Ibu Rosalinda.

"Sudah lanjutkan makan malamnya dan habis ini kamu langsung ke naik dan masuk kamar jangan main lagi."

"Iya pah.." kata Bara patuh.

**Di rumah pak Nano**

"Alhamdulillah.." kata Titah yang baru saja selesai makan malam.

"Bu, pak, Titah masuk ke kamar ya mau belajar untuk ulangan besok dan lanjut tidur hehe.."

"Inggih nduk, ya wis sana."

"Belajar yang rajin ya semoga kamu lulus dengan nilai terbaik."

"Aamiin."

"Mas Nano."

"Nggih dik sarah enten menapa?"

"Benjing romo dhateng jakarta kula kedah menyambut kedatangannya benjing uga mangsak tedha kesukaan romo, mas nano sanguh benjing jemput bapak dhateng stasiun ta?"

"Emange jam sepinten dik Sarah, kula kedah menjemput romo ing stasiun?"

"Jam sanga enjang mas."

"Mangke mas Nano usahakan nggih konjuk menjemput romo dhateng stasiun uga menawi mboten enten kerjaan ingkang menumpuk ugi ing kantor."

"Inggih mas, menawi mboten sanguh ampun ing peksa nggih uga ugi kabarin kula, kula tedha tolong sami Win kamawon."

"Inggih dik.."

Keesokan harinya..

Bara, Daffa dan Daffi menjemput Titah di rumahnya untuk berangkat sekolah bersama, Titah juga sudah menunggu mereka di rumahnya dan juga dia masih sibuk menghafalkan pelajaran untuk ulangan hari ini.

"Duh.. Bocah mana ya kok belum sampai juga sudah jam berapa lagi nanti telat bagaimana?, hem." keluh Titah yang sedang menunggu kedatangan Bara, Daffa dan Daffi.

"Loh nduk kok panjenengan dereng budhal sekolah ugi, dinten niki bukanne sampeyan saweg ulangan ta nduk, mangke telat loh.." kata ibu Sarah melihat Titah masih berada di depan rumah.

"Inggih bu, tapi Titah taksih ngentosi Bara, Daffa uga Daffi."

"Oalah.." seru ibu Sarah.

"Nggih bu, loh ibu kersa dhateng pundi?" tanya Titah yang melihat ibunya membawa tas belanja lebih dari satu.

"Ibu kersa dhateng peken nduk, dinten niki mbah panjenengan kersa nginap ing Jakarta."

"Oh.." seru Titah.

"Nah itu dia mereka, temanmu nduk."

"Assalamu'alaikum." Bara, Daffa dan Daffi mengucapkan salam bersamaan.

"Wa'alaikumussalam." jawab Titah dan ibu Sarah.