webnovel

Abel & Dito's Journey

Cerita ini sekuel dari Hidden Marriage. Yg belum baca ceritanya bisa kunjungi Dreame @hanyeoreum_30 untuk baca terlebih dahulu kisah mereka. * Cerita ini berawal dari pernikahan harmonis Abel dan dito yang telah berjalan selama 8 tahun namun belum juga dikaruniai seorang putra. Hingga suatu hari Dito melakukan kesalahan yang mengancam rumah tangganya.

hanyeoreum_30 · History
Not enough ratings
12 Chs

Bab 8

"Mas Adit." seru Abel saat melihat mas Adit berada dibelakangnya. Ia langsung memeluknya dengan erat. Dito dan wanita yang tengah menggendong seorang bocah kecil itu tampak kaget. "Mas Adit, jangan pergi." Ucap Abel ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat. Dito yang merasa tidak nyaman dipeluk oleh Abel pun perlahan mendorong tubuh Abel untuk menjauh darinya. Abel tampak sangat kecewa. Tak biasanya Dito menolak dipeluk olehnya bahkan ia tak membalas pelukannya.

"Tolong jangan bersikap tidak sopan seperti ini Bel. Istriku tidak suka." ucap Dito sambil merangkul perempuan itu dengan mesra. Abel tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Mas... Apa apaan maksudnya ini?"

"Perkenalkan ini ------- istriku. Ini putriku namanya --------. Sayang kenalin ini Abel teman sekelasku waktu SMA." ucap Mas Adit.

Teman?

Teman SMA?

Seperti itukah aku dimatamu?

"Maksud kamu apa sih mas. Jangan becanda deh. Ngga lucu tahu!." Ucap Abel mulai emosi. Ia kembali berusaha ingin memeluk tubuh Dito tapi lagi lagi Dito menepis tangannya.

"Abel cukup. Tolong hargai istri dan anakku." Ucap Dito tegas. Sakit.

Sakit yang teramat sangat tengah ia rasakan. Bibirnya kelu. Ia ingin mengatakan kalau dialah istrinya bukan wanita itu tapi suaranya tak bisa keluar. Tubuhnya menegang. Tanpa ragu dan canggung, Dito merangkul wanita yang dianggapnya istrinya di depan matanya yang ternyata tengah hamil. Belum lagi bocah yang mengulurkan kedua tangannya meminta untuk di gendong.

Dito dengan gembira menyambut bocah cantik itu dan membawanya kedalam gendongannya. Di ciuminya wajah bocah tersebut hingga bocah tersebut tertawa karenanya. Mas Adit dan wanita itu pun ikutan tertawa. Abel hanya terbengong melihat itu semua. Dadanya rasanya nyeri. Kepalanya terasa sangat berat.

"Sorry ya Bel, aku pamit pulang dulu. Istriku ngidam makan bebek goreng Om Aris." ucap Dito pamit. Ia menatap wajah istrinya sambil tersenyum. Tanpa melihat Abel yang berada di sampingnya, Dito melewatinya begitu saja. Ia hanya terfokus pada wanita itu dan anaknya. Lalu keduanya perlahan lahan menjauh.

Abel yang belum percaya pun segera berlari memanggil manggil nama Dito. Tapi yang dipanggil malah tersenyum dan terus berjalan jauh meninggalkannya. Ia berusaha berlari mendekat tapi kakinya seolah olah lemas dan akhirnya terjatuh. Abel hanya bisa menangis meraung raung sambil berteriak memanggil nama Dito

***

Dito yang terlelap mulai terusik dengan suara berisik disampingnya. Ia menoleh dan melihat istrinya berteriak teriak histeris memanggil manggil namanya. Ia kaget dan langsung bangun terduduk. Dito melihat wajah istrinya sudah berkeringat sangat banyak. "Astagfirullah sayang." Pekik Dito kaget.

"Sayaang... Bangun sayang..." ucap Dito sambil menepuk nepuk wajah istrinya yang terlihat gelisah. Dito tak mengerti apa yang diimpikan sang istri hingga meneriakkan namanya seperti itu. Dito tak pernah melihat istrinya mengigau seperti itu. Parahnya lagi sang istri menangis meraung raung sambil meneriakkan namanya.

"Sayang istigfar sayang. Heii... Sayang bangun. Astagfirullah kamu kenapa yank?" Ia mengguncang guncang tubuh istrinya untuk bangun. Tiba-tiba kedua mata Abel terbuka.

"Mas Adit!! " pekiknya histeris.

Dito langsung menarik tubuh istrinya dengan erat. "Iya sayang ini mas." Ucap Dito lembut. Dito merasakan tubuh istrinya dingin, kaku dan bergetar hebat. Kedua tangannya reflek mengelus punggung istrinya sembari melafalkan doa doa agar istrinya tenang.

Tak lama tubuh istrinya pun mulai lemas dan terdengar suara tangisan menyayat hati dari istrinya. Kesedihan mendalam pun terasa. Dito mengangkat wajah istrinya yang sudah banjir air mata dengan mata terpejam kuat seolah olah ada rasa takut yang melingkupi dirinya.

"Sayang istigfar... Ini mas sayang. Ayo buka mata yank." ucap Dito lembut sambil mengelap air mata yang terus keluar dari mata cantik istrinya. Abel menggelengkan kepala. Ia takut semuanya nyata. Ia takut jika ia membuka mata, Dito tengah bersama dengan wanita itu dan anaknya.

Kepalanya semakin menggeleng kuat. Isakan terdengar semakin nyaring. Tubuhnya kembali bergetar hebat. Dito kembali merengkuh tubuh istrinya dengan erat. Diciuminya dengan lembut Puncak kepala Abel sambil melafalkan lantunan ayat suci Al-qur'an.

"Jangan pergi... Aku... Mohon..." bisik Abel disela sela isakan tangisnya.

"Jangan pergi mas... Jangan tinggalin aku sendiri." ucapnya lagi.

Dito yang mendengarnya langsung terasa nyeri di hati. Bagaimana bisa istrinya menganggap bahwa ia akan pergi meninggalkannya?! Padahal istrinya tahu, ia adalah hidup dan matinya Dito. Semangat hidupnya. Nafasnya. Tak mungkin Dito meninggalkan orang yang selama ini menemaninya. Menyemangatinya. Berbagi keluh kesah dengannya.

"Jangan pernah berpikiran mas akan pergi dari kamu sayang. Mas ngga akan kemana mana. Ayo buka mata yank. Tatap mas. Mas disini untukmu." ucap Dito sambil mengecupi kedua mata Abel secara bergantian.

Perlahan-lahan mata Abel terbuka. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia melihat Dito tersenyum hangat kepadanya. Mata Abel terbuka sempurna. Ia langsung merangsek memeluk tubuh suaminya dan kembali menangis. Dito mengusap usap rambut istrinya sambil terus diciumi. Abel menarik tubuhnya. Keduanya saling bertatapan.

"Jangan pergi mas. Jangan tinggalin aku. Ku mohon." pinta Abel penuh pengharapan. Dito tersenyum.

"Ngga sayang. Mas ngga akan pergi tinggalin kamu. Mas mau kemana tanpa kamu. Kamu itu hidup dan matinya mas. Belahan jiwanya mas. Nafasnya mas. Dunianya mas. Mana mungkin mas pergi tanpa kamu sayang." Dito mencium bibir basah istrinya dengan mesra. Abel pun membalasnya.

"Tapi... Tapi...mas pergi tinggalin aku sama seorang cewek dan anak kecil." Dito mengerenyitkan dahinya. "Maksud kamu gimana yank?" tanya Dito penasaran.

"Aku lihat mas di Mall sama seorang wanita yang lagi hamil dan seorang anak kecil. Mas dan wanita itu mesra banget. Sampe sampe mas ngga anggap aku sebagai istri mas. Aku takut mas." Ucap Abel menceritakan mimpi buruknya.

Dito semakin tak paham dengan apa yang diucapkan oleh istrinya. "Mas di Mall? Sama wanita dan anak kecil? Benta sayang mas ngga paham deh. Yang pasti mas ngga berada di Mall. Mas dari tadi ada disini pelukin kamu. Kalo soal wanita yang mas akui sebagai istri mas, mungkin itu kamu sayang. Dan kalo anak kecil semoga saja itu isyarat dari Allah tentang anak untuk kita."

Abel menggelengkan kepala. "Ngga mas wanita itu bukan aku. Tapi wajahnya ngga terlalu jelas kelihatan."

"Itu hanya mimpi yank. Mas gak akan kemana mana tanpa kamu. Udah ya nangisnya. Mending kita tidur lagi."

"Jadi....tadi mimpi? Tapi kenapa berasa nyata yank."

"Udah ga usah banyak pikiran sayang. Kita berdoa dulu lalu tidur lagi ya. Mungkin itu teguran dari Allah karena kita terlelap tanpa berdoa terlebih dahulu setelah kelelahan bercinta." Abel menganggukkan kepala. Dito memeluk tubuhnya lalu merebahkan diri diranjang. Abel memeluk suaminya dengan erat. Seolah takut kehilangan. Entah mengapa feelingnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada ia dan Dito.

"Mas…Mas janji kan ngga akan tinggalin aku dalam kondisi apapun? Meski hingga kita tua kita tidak diberi amanah oleh Allah untuk memiliki buah hati, mas ngga akan tinggalin aku kan." Tanya Abel takut.

"Ngga akan sayang. Mas sering bilang, mas hanya ingin menikah satu kali dalam hidup mas dan itu sudah terjadi sama kamu. Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama. Kalau kita belum juga diberi kepercayaan untuk memiliki anak sendir, kita bisa mengadopsi bayi bayi yang kurang beruntung untuk kita asuh dan didik dengan baik." Jelas Dito. Abel tersenyum lega.

"Makasih mas. Aku sayang mas."

"Mas jauh lebih sayang lagi. Yuk ah bobo." Ajak Dito. Abel memeluk erat tubuh suaminya. Abel terus melafalkan doa doa agar kejadian buruk yang menimpa ia dan suaminya tidak terjadi. Tak lama keduanya pun kembali tertidur.

***

TBC