webnovel

AARAM & SANDRA

Sebuah kisah dua remaja yang terlibat pernikahan karena perjodohan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Aaram yang notabenenya adalah sahabat Sandra,Aaram juga pernah menyakiti sahabatnya Dira karena berselingkuh dengan Sona yang tidak lain adalah sahabat mereka juga. Sandra yang memiliki rasa takut untuk membuka hatinya kepada seorang pria karena rasa trauma atas kehidupan kedua orang tuanya di masa lalu,akhirnya terpaksa menerima perjodohan ini karena ia ingin melihat ibunya bahagia. Sedangkan Aaram yang pernah menyakiti hati sahabat Sandra yang bernama Dira juga pernah merasakan penghianatan yang Sona lakukan. Rasa sakit yang pernah Dira rasakan kini Aaram pun merasakannya juga. Awalnya Aaram meminta Sandra untuk menerima dan menyetujui pernikahan ini atas dasar suami istri diatas kertas. Tetapi,ketika Aaram meminta Sandra untuk melupakan kesepakatan itu Sandra menolak karena ia masih belum bisa menerima atau membuka hatinya untuk seorang pria. Bagaimanakah kelanjutan kisah Aaram & Sandra? Apakah Sandra akan mampu membuka hatinya untuk Aaram dan melupakan rasa traumanya? "Aku selalu menutup hati ku untuk pria mana pun. Bagiku semua pria itu sama saja. Sama-sama breng***." ~Casandra Arshavina~ "Aku belajar dari pengalamanku selama aku menjalin suatu hubungan dengan seorang wanita. Pengkhianatan yang pernah aku lakukan dan pernah aku rasakan,kini membuat diriku ragu akan suatu hubungan percintaan dengan wanita mana pun. Tapi,jika aku telah mendapatkan seorang istri maka aku akan menjadikannya ratu dari segala ratu dalam hidupku. Aku akan selalu ada untuknya." ~Aaram Rafasyah Rahardian~ (cerita ini masin nyambung dengan cerita The Coolest yang saya publish di tempat lain,biar tidak bingung saya sarankan baca The Coolest terlebih dahulu)

Eva_Hyungsik · Urban
Not enough ratings
330 Chs

Bab 13 (Bercerita kepada Aaram)

"Tadi kamu bilang toko kue langganan kamu dan ibu di jalan xx kota K?" tanya Aaram dan dijawab anggukan oleh Sandra

"Jadi gadis itu kamu?" tanya Aaram lagi dan itu mampu membuat Sandra kembali kebingungan.

Aaram paham kalau istrinya sedang kebingungan. Akhirnya ia pun menceritakan semuanya.

"Aku sangat ingat waktu itu sepulang sekolah mamah menjemputku dan mengajakku untuk membeli kue tart untuk nenek yang hari itu sedang berulang tahun. Saat Aku berada di dalam toko aku melihat seorang gadis sedang menarik tangan seorang pria sekitar seumuran dengan papah dan aku melihat gadis itu menangis. Walaupun aku tidak tahu apa yang sedang gadis itu bicarakan tapi aku bisa tahu dari bibir gadis itu kalau ia sedang menyebut kata ayah kepada seorang pria. Karena rasa penasaran dalam diriku aku pun keluar dari dalam toko kue itu. Lalu aku melihat gadis itu menangis dan terjatuh karena berlari mengejar mobil hitam yang dinaiki oleh orang tua itu dan putranya. Ketika aku ingin membantu gadis itu,dia malahan berlari dan pergi." Cerita Aaram membuat Sandra terpaku,bahkan ia tidak tahu kalau ada seseorang yang melihatnya disana.

"Jadi sebelumnya kita pernah bertemu tanpa kita ketahui?"

Aaram menganggukkan kepalanya sambil mengangkat bahunya "ya,begitulah dari yang ku tangkap ceritamu jika aku satukan dengan ingatanku."

"Takdir apa lagi ini?" tanya Sandra bingung

"Mungkin memang kita berjodoh" ucap Aaram tersenyum dan berbicara sangat santai

Sandra mendelikkan bola matanya "cih,kamu percaya jodoh?"

"Percaya… Buktinya kita menikah" lagi-lagi Aaram bersikap santai menghadapi Sandra

Haahh

Helaan nafas kasar yang keluar dari bibir Sandra dan mampu didengar oleh Aaram.

"Oh,kenapa kamu masih disini?kamu tidak ke kantor?" tanya Sandra,ia baru teringat kalau Aaram belum berangkat ke kantornya.

"Aku sedang bekerja saat ini,kamu tidak melihatnya?" jawab Aaram sambil menunjukkan layar laptop yang menampilkan kurva-kurva yang hanya Aaram saja yang memahaminya.

"Aish,maksud aku kenapa kamu tidak ke kantor,Ar?"

Sandra mulai merasa emosi dengan Aaram,mungkin karena sedang datang bulan jadi dia agak sedikit sensitif dari biasanya.

"Aku ingin menjaga istriku yang sakit"

"Cih,pergilah aku tidak apa-apa disini sendirian yang sakit itu perut ku bukan seluruh badanku."

"Kamu yakin?"

"Iya"

Aaram menghentikan kegiatannya yang sedang memandangi tabel-tabel di layar laptopnya,lalu ia melihat ke arah Sandra yang duduk di sampingnya.

"Baiklah aku akan ke kantor sekarang dan sepertinya aku akan lembur,jika nanti ada sesuatu yang berisik atau tiba-tiba kamu mendengar suara anak kecil berlarian disini. Tolong jangan menghubungiku,karena sebelum aku membeli apartemen ini katanya ada anak kecil yang meninggal karena suatu insiden di apartemen ini. Jadi berhati-hatilah istriku,aku akan ke kantor dan akan pulang larut,jangan lupa ini malam Jumat."

Aaram hendak berdiri,namun dengan sangat tiba-tiba Sandra sudah menarik lengan Aaram dan memeluk Aaram dengan sangat erat.

"Jangan pergi,Ar. Aku takut,please." Sandra memohon pada Aaram agar membatalkan niatnya untuk berangkat ke kantor.

Seutas senyum terbit di bibir Aaram,ternyata kebohongannya itu mampu membuat Sandra dekat dengannya. Tanpa ragu lagi Aaram membalas pelukan Sandra,tubuh Sandra yang masih bergetar karena rasa takut akan hantu dapat dirasakan oleh Aaram. Karena tidak tahan dengan tingkah istrinya yang takut akan hantu membuat Aaram tidak tahan lagi dengan tawanya.

"Hahaha,ternyata istriku ini sangat penakut ya?" Aaram tertawa sangat kencang dan sangat bahagia melihat Sandra ketakutan seperti itu.

Sandra yang baru menyadari kalau dirinya sudah dibohongi dan di kerjain oleh Aaram,langsung melepaskan pelukannya dengan kasar dan memukul dada Aaram cukup kencang.

Bugh

Bugh

"Rasakan ini,beraninya kamu kerjain aku,Ar." Sandra sangat emosi dengan ulah Aaram dia terus memukul Aaram tanpa ampun.

"Aww,sakit,San." Rintih Aaram sambil menangkap kedua tangan Sandra. Akhirnya pukulan itu terhenti karena tangan Sandra sudah terkunci oleh Aaram.

Hening

Seketika suasana berubah menjadi hening,tatapan mereka saling mengunci karena posisi mereka yang terlalu dekat memudahkan Aaram memandangi wajah istrinya itu. Aaram tersenyum memandang wajah Sandra,sedangkan Sandra hanya memandang wajah Aaram dengan sangat malas dan penuh emosi.

Cup

Tiba-tiba Aaram mencium bibir Sandra dengan cepat karena ia tahu istrinya itu pasti akan marah dan berontak. Seperti dugaan Aaram tadi benar saja kalau Sandra dengan cepat memberontak bahkan hampir ia mengeluarkan jurus karatenya. Ya,Sandra memiliki kemampuan karate tanpa sepengetahuan ibu dan para sahabatnya termasuk Aaram yang sebagai suaminya. Aaram segera melepaskan kuncian tangan pada diri Sandra dan kemudian ia berlari.

"Aaarrrraaaammmmm…." Teriak Sandra kencang dan suaranya memenuhi apartemen itu. Sandra segera berlari mengejar Aaram,akhirnya mereka main kejar-kejaran di dalam apartemen itu.

Ketika mereka sedang main kejar-kejaran tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Aaram yang mendengar ada seseorang di luar pun segera berlari ke arah pintu untuk membukakan pintu apartemennya. Namun ketika Aaram membukakan pintu untuk tamunya,entah sejak kapan Sandra sudah memegang sepatu sport nya itu pun melemparnya ke arah Aaram. Tapi,dengan cepat Aaram menunduk untuk menghindari lemparan Aaram dengan tangan Aaram yang sudah membuka pintu.

Bugh

"Aaww"

Aaram langsung berdiri dan melihat ke belakang tepat arah pintu dan disana ada Arga asistennya yang terkena lemparan sepatu sport Sandra. Sandra yang melihat itu langsung menutup mulutnya sedangkan Aaram tertawa terbahak-bahak karena melihat asistennya yang terkena lemparan.

"Hahaha,kamu baik-baik saja,Ga?" tanya Aaram tanpa berdosa

Sandra segera maju dan mendekat ke arah Arga,ia berdiri di samping Aaram.

"Aduh maaf ya mas,saya gak sengaja. Alias saya salah sasaran." Ucap Sandra dengan melirik tajam ke arah Aaram.

Arga masih memegangi hidungnya yang sakit karena lemparan sepatu itu terkena tepat di bagian hidungnya yang mancung.

"Tidak apa-apa nona,untung saja itu sepatu bukan tombak. Tapi,hidung mancung saya kasihan nona,sepertinya harus di asuransikan supaya kejadian seperti ini dapat ganti ruginya." Arga bicara dengan sangat percaya diri dan langsung masuk ke dalam apartemen Aaram tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

Aaram melototkan matanya melihat kelakuan asistennya dan juga mendengar ucapan asistennya itu "memangnya apa istimewanya hidung kamu itu,Ga?"

"Yak,bos lihatlah hidungku ini lebih mancung daripada hidung milikmu itu bos"

ejek Arga dan itu disetujui oleh Sandra

"Kamu benar mas,hidungmu itu memang lebih mancung dari pria ini,hahaha." balas Sandra sambil menunjuk Aaram.

"Cih,setidaknya aku laku tidak seperti dirimu bujang lapuk." Aaram merasa kesal karena istrinya ikutan membela asistennya itu.

"Diamlah,Ar. Mas Arga lebih baik duduk dulu,biar aku ambilkan air minum dan es batu untuk mengompres hidung mancungmu itu." Sandra berlalu ke arah dapur membuatkan minuman untuk Arga,Aaram dan dirinya serta membawakan es batu untuk mengompres hidung Arga.

"Untuk apa kamu kesini,Ga?" Aaram langsung bertanya apa tujuan Arga datang kesini.

"Aish,pesanku tidak anda baca bos?"

Aaram menggelengkan kepalanya "belum sempat buka ponsel" Aaram segera mengambil ponselnya yang ada di meja.

"Cih,bagaimana mau buka ponsel kalau sibuk bertengkar dengan istrimu itu."

"Siapa yang bertengkar?"

"Anda dan istri anda tuan,ini buktinya" ucap Arga sambil menunjukkan hidungnya hasil dari lemparan sepatu istrinya.

"Kami tidak bertengkar hanya tadi aku sempat mengerjainya sedikit,lalu kami main kejar-kejaran."

Sandra datang dengan membawakan minuman untuk mereka dan beberapa cemilan. Lalu ia meletakkannya di atas meja.

"Silahkan mas dan ini es batunya untuk mengompres hidungmu itu." Sandra memberikan es batu kepada Aaram.

"Terima kasih nona"

"Sandra,panggil saja Sandra sepertinya aku lebih muda dari dirimu,mas."

"Tidak enak nona secara saya ini adalah asisten suami anda."

"Itu benar,jangan coba-coba sok akrab dengan istriku,Ga."

Plak

"Aww,kenapa kamu suka sekali memukulku,San." Rengek Aaram

"Itu pantas untukmu,Ar. Sudahlah aku akan ke kamar kalian lanjutkan saja pertemuan kalian."

Aaram menganggukkan kepalanya begitupun dengan Arga.

"Jangan lupa diminum lagi obat pereda nyerinya kalau perutmu masih terasa sakit." Aaram mengingatkan Sandra agar tidak lupa.