webnovel

Whack-a-mole

Apakah hujan kali ini mencoba menyampaikan pesan dalam format yang berbeda?

Alam juga memiliki hak untuk berdampingan dengan kita, Eksploitasi besar-besaran meniadakan kesempatan alam meregenerasi dunia.

advocatus_d

....

"Kita, sudah sampai"

(Rain.....;;;;;;;;;;;)

Gemericik air berkesan indah, ketenangan yang mampu mempertahankan emosi tertentu. Disebuah pemukiman yang mencerminkan Symbiont humanoid dengan alam.

Pemukiman Elf, berada hampir disekujur Dragon's Teeth Mountains, Rasa cinta mereka terhadap alam seolah-olah mampu membangkitkan komunikasi dengan kehidupan yang dianggap tiada ini.

Seorang lelaki lengkap dengan Zirah tempurnya, dengan sukarela memberikan perawatan lanjut untuk Vampir.

Sedangkan Faith, Ia bertukar Pikiran dengan lelaki itu dibawah pohon yang berumur 10 kali usianya.

"Aku zodias, Aku yang bertanggung jawab pada seluruh pasukan yang sempat mundur karena tindakan kalian" Ekspresi kecewa terpampang pada raut wajahnya.

"Maaf, Kami terpaksa melakukan hal itu"

"Tidak masalah, aku juga berterimakasih, Banyak sekali korban dari kami yang berjatuhan"

Faith memandangi Para Elf yang menangis karena kehilangan keluarganya, Istri, anak, saudara, hanya mampu menerima semua keadaan ini.

Zodias menjelaskan jika pasukan mereka hanyalah penduduk biasa, Bagi mereka perang hanyalah kebodohan yang dibalut keangkuhan, namun keterpaksaan ini harus mereka terima hingga akhir dari konflik ini.

Tak pernah dari mereka mempelajari magic untuk membunuh.

"Magic bukanlah kemampuan untuk membunuh, namun kemampuan untuk menghasilkan kebermanfaatan" Quote yang terucap sembari meremas paha kanannya.

Faith belum mengetahui secara luas cara kerja dunia ini.

"Apa yang memicu perang ini?" Faith menyandarkan punggungnya pada pohon yang meneduhkan mereka berdua.

"Satu bulan yang lalu, beberapa manusia mendatangi pemukiman kami, Kami menyambut kedatangan mereka dengan ramah, aku pikir mereka yang hadir ingin mempererat hubungan kami dengan mereka, namun malah sebaliknya...."

Kedatangan mereka ini justru karena sebuah keinginan untuk mengeksploitasi area Savana, mereka bahkan menawarkan ribuan Koin emas untuk Izin pengelolaan penuh Padang tersebut.

Karena curiga, tetua Elf melontarkan beberapa pertanyaan. Mengenai Tujuan sebenarnya, apa yang mereka incar di Savana, serta bagaimana prosedur mereka dalam mengelola Savana.

Tanpa rasa malu, Para manusia ini membuka makna yang sebenarnya.

Mereka mengincar minyak bumi, logam, serta segala sesuatu yang berada di Savana. Mengebor, menambang, meledakkan, berbagai metode eksploitasi yang membangkitkan amarah Tetua.

Tetua Elf yang duduk dihadapan mereka, menyiramkan Air dari gelas kayu yang ia pegang dengan akurat tepat di wajah mereka berlima.

"Jadi, inikah jawaban anda?"

"Enyalah dari tanah yang sudah susah payah kami jaga ini!, apa hanya materialisme yang ada di kepala kalian?!"

Lalu mereka berlima Walk out dari pemukiman Elf, membawa kembali ribuan koin emas dan meninggalkan sebuah pesan yang menjadi indikasi terhadap peristiwa kedepannya.

"Kalian akan menyesali keputusan ini"

.....

"Kau tahu apa yang selanjutnya terjadi bukan?" Zodias menyandarkan punggungnya yang kelelahan.

"Ya...., jadi apa alasan kalian menerima kami disini?, lihat, aku ini manusia" Faith melirik pria yang berada disampingnya ini.

"Tetua kami sudah berumur lebih dari seribu tahun, tubuhnya memang rapuh namun akal dan pikirannya masih sehat, bahkan diskusi dengan kami para generasi muda tak menghalangi pemikirannya walau zaman yang kami lalui jauh berbeda dengan beliau".

Zodias duduk tegak dan mengatakan hal serius pada lelaki ini.

"Tetua kami bilang, Dia mengenalnya, dan ingin berbicara dengannya"

"Jangan-jangan...?" Hanya dugaan namun berpotensi untuk mengungkap identitas yang Dia sembunyikan selama ini.

"Si Vampir"

Seorang remaja gadis, membawakan berita telah bangunnya tetua Elf. Usia yang telah berkurang waktu demi waktu meningkatkan jadwal Tubuh fisiknya untuk beristirahat.

Faith dan Zodias Diminta menghadap pada sang tetua, Seorang Wanita Elf yang tubuhnya sudah renta, (walau kata 'seorang' kurang relevan untuknya).

Dia duduk dalam posisi Seiza, meneguk segelas teh hangat yang sangat ia cintai.

Seorang kekasih alam yang mendedikasikan hidupnya mengayomi seluruh kehidupan, Namun ini hanya menjadi kronik masa lalu. Hingga saat ini pun perjuangannya dalam mengisyaratkan kepada seluruh ras humanoid bahwasanya alam juga bersuara masih belum usai.

Hanya ada mereka bertiga dan beberapa Elf yang dipercaya untuk menjaga Sang tetua.

Si tetua menceritakan sebuah kisah lama, mengenai suatu Era dimana semua ras humanoid hidup beriringan, seluruh benua bersatu hanya dalam waktu seratus tahun.

"Saat itu, aku masih sangat muda, hanya sekali dalam hidupku merasakan sebuah momen yang benar-benar terasa seperti mimpi, sangat mengguncang entah apa yang dilakukannya hingga mampu menyatukan seluruh benua yang dihuni berbagai Ras yang berbeda"

Sebuah Era yang muncul seketika saat Rasisme benar-benar berada pada puncaknya. Entah apa yang terjadi pada dunia ini saat itu, sebab mustahil hanya karena gerakan satu orang mampu memperbaiki konflik sosial yang berada pada titik Nadir.

"Bahkan ras iblis adalah yang pertama bersamanya meneriakkan Kedamaian"

Sang tetua melanjutkan kalimatnya....

"Sebuah Era dimana Bangsa Vampir masih ada didunia ini"

Jantung Faith berdebar!, Salah satu puzzle nya tersusun.

"Sampai sekarang.....

Suara hentakan kaki ditas papan kayu, terdengar familiar ditelinga lelaki ini.

"Wajahnya tak sanggup aku lupakan....

Suara hentakan itu semakin dekat.

"Dia yang merasakan penderitaan terbesar, Dia yang menerima seluruh kebencian dan hinaan, seseorang yang sangat egois Seolah-olah tidak ada dirinya dalam dirinya"

"Sang Ratu.....

BRAK!!! seseorang mendobrak paksa pintu ruangan ini.

Suara rintikan hujan lenyap, langit telah usai memandikan kehidupan yang berdiri dibawahnya.

Sebuah pedang berujung Runcing menatap tepat diantara kedua mata Tetua Elf ini, Seorang wanita anggun yang mengenakan renaissance dress memegang tangkai pedang yang kini mengancam keselamatan targetnya.

Semua Elf beserta zodias diruangan ini, memperingatkan dirinya atas kedatangannya yang meniadakan sopan santun.

Saat itu juga Sang Tetua membungkukkan badannya sebagai rasa Hormat pada seseorang yang benar-benar pantas mendapatkannya.

"Hentikan bacotan yang kau keluarkan dari mulutmu, jangan pernah mengulanginya jika kau masih ingin hidup" sorot mata tertajam dari si Vampir perak.

Seluruh Elf benar-benar kebingungan, bagaimana mungkin seorang tetua Elf dengan Sukarela membungkukkan tubuhnya dihadapan wanita yang bahkan tak tahu cara membuka pintu.

"Oh.... Ratuku" kalimat dengan penuh kerinduan dari Mahluk yang usianya lebih dari 1 millenium.

"Aku sudah memberikanmu perintah bukan!" Gejolak amarahnya benar-benar tak bisa diprediksi, stilleto sword yang akan menembus kepala Tetua Elf berhasil dihentikan oleh Faith dengan pisau peninggalan ibunya.

Nice parry

"Oi!!, Hentikan Vampir, jangan membuat kekacauan disini!"

Tetua Elf masih membungkuk dan meneteskan air mata.

"Menyingkir darinya bocah!, Elf ini benar-benar membuatku murka!"↑↑↑

Faith berusaha keras menghentikan amarah Dari Vampir Berambut perak ini.

Beberapa Elf yang mendengar keributan hanya sanggup mengintip dari luar, Zodias dan beberapa Elf yang berada dalam ruangan hanya bisa melihat konflik mendadak ini, karena tak ada yang tahan dengan aura membunuh yang memenuhi ruang ini.

"Aku mohon jangan lakukan ini Vampir!!!!!"

Namun, siapa yang Perkataannya akan didengar oleh Vampir ini?.

"Jangan buat aku mengulanginya", bagai bertatap muka dengan hewan buas, Faith seolah-olah diberi pilihan untuk pergi atau dimangsa.

Tanpa pikir panjang Faith dengan sengaja menggores Stiletto dengan Pisaunya hingga menimbulkan percikan bunga api yang mengarah ke kedua mata vampir.

"Dasar Bocah berengsek!!!!"

Disaat Vampir mengusap matanya, Faith menyuruh Zodias untuk membawa pergi Tetua, karena kali ini Faith benar-benar akan menerima Murka terbesar yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Saat ini kepalanya memikirkan puluhan rencana, namun semua simulasi sama sekali tak mencerminkan sebuah Resolusi untuk masalah kali ini.

Thinking fast

Faith dengan kenekatannya mencengkram Wajah Vampir dan melempar jauh tubuhnya.

"(Kali ini hubunganku dengannya benar-benar rusak)"

Seluruh penduduk pemukiman ini harus mencari tempat aman,

"Kau bahkan berbicara padaku dengan lancang, Kubiarkan hal itu sebelumnya, tapi Kali ini ....

Aura Merah gelap memancar di sekujur tubuhnya

"APA KAU PIKIR AKU AKAN MEMBIARKAN TINDAKAN LANCANGMU, BOCAH!!!!!"

Vampir berlari dengan membawa Cutterfall yang sewaktu-waktu mampu menghancurkan pemukiman ini hanya dalam hitungan detik.

Detak jantungnya bagaikan suara diesel, Faith harus benar-benar menunjukkan Siapa dirinya pada Vampir.

Kali ini, Faith harus mengambil jarak paling dekat, karena Gelombang kejut Cutterfall bukanlah sihir yang bisa dengan mudah ia lenyapkan dengan pisau yang kini ia genggam erat.

"NGINGGGGH..."

Efek samping dari beradunya dua senjata berkemampuan dahsyat.

Tangan kiri Vampir menembakkan peluru darah dari ujung telunjuknya, membabat habis tubuh Faith, Regenerasinya semakin cepat, sepertinya karakteristik Vampir mulai dominan dalam tubuhnya.

Faith memotong tangan kiri Vampir, dan menjegal tubuhnya hingga terjatuh, dengan segera ia berusaha menancapkan Pisaunya dilengan kanan Vampir, namun tendangan Dari runcingnya High heels merobek perutnya sebelum sempat melakukan serangan lanjut.

Vampir mengayunkan Cutterfall dan sekali lagi Dengan susah payah Faith harus menahannya sebelum tebasannya benar-benar memporak-porandakan pemukiman ini.

"(Sial, seandainya saja aku punya kekuatan instan seprti sihir!!!,)"

"Instan?"

Saat itu sebuah Ide gila menghantui isi pikirannya, sebuah ide nekat dari yang paling nekat ia lakukan, sudah berapa kali ia lupa jika Selama ini ia bersama Vampir Yang mana tetap saja dia adalah seorang Wanita.

Dengan penuh percaya diri hingga meluap-luap, Faith melempar dua buah pisau lipat kearah Vampir, tak ada yang kena.

Lalu ia melemparkan Pisau peninggalan ibunya dengan sekuat tenaga, saat itu juga ia berlari kencang membiarkan kedua kakinya seolah-olah merdeka dalam bergerak.

Pandangan Vampir teralihkan oleh pisau ketiga yang ia Tepis, Faith Menabrakkan tubuhnya dengan vampir.

Tubuhnya benar-benar tertangkap, Vampir Mengayunkan Cutterfall untuk menusuk Faith yang kini merangkul pinggangnya.

26 tahun usianya, Pria yang belum pernah mengalaminya, kini untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rasa Percaya diri yang begitu tinggi

Vampir menghentikan gerakan tangannya, Cutterfall berhenti beberapa Senti dari punggung Faith.

Sebuah Hal yang tak terduga,

Bagai pangeran dan Puteri dalam kisah dongeng.

Seorang Pria merangkul Wanita bergaun merah diatas rerumputan hijau,

Lelaki itu Mencium bibir sang Wanita.

dan semoga tindakan ini benar-benar menghentikan amarahnya,

Sebuah metode absurd dalam penyelesaian konflik yang bahkan seharusnya perlu Theory Of Mind untuk memahami isi pikiran Lawannya.

Resolusi tiba-tiba yang tidak memuaskan penonton Teater, Sangat Klise. Jika ini kisah romansa klasik tentang usaha mendapatkan hati dari seorang puteri yang sangat membenci karakter utama, lalu sang karakter utama menerapkan langkah yang sama dengan lelaki ini, tindakan bodoh dan tidak logis ini, sangat mungkin memicu terbangnya Kursi didepan panggung teater.

Apa mungkin ini yang dinamakan,

Deus ex Machina?

begitu kompleks dunia ini, bagai melihat buah beserta pohonnya, pada akhirnya mau tak mau kita harus menggali akarnya

advokatus_Dcreators' thoughts