webnovel

20. The First Night

Vino baru saja sampai di rumahnya, niat awal akan ke Indonesia dia urungkan karena Claudya memberi kabar perihal Jen. Vino meninggalkan kopernya begitu saja di luar rumah dan berlari memasuki rumah. Vino memasuki kamar Jennifer, terlihat Claudya tengah merayu Jen untuk makan.

"sayang makan yah, dari kemarin kamu belum makan apapun" ucap Claudya dengan tangisannya, sedangkan Jen hanya menatap kosong ke depan.

"mah" panggil Vino

"Vino, kamu sudah pulang nak" Claudya segera menghapus air matanya dan beranjak memberi Vino kesempatan. Vino duduk di hadapan Jen yang hanya duduk dengan bersandar ke kepala ranjang dengan pandangan kosongnya.

"Hai Jen sayang, ini abang datang. Abang bawakan oleh oleh buat Jen lho" ucap Vino tetapi Jen masih tak bergeming membuat Vino sedih melihatnya.

"Jen sayang" Vino membelai pipi Jen dan reaksi Jen sangat berlebihan

"Pergi,, jangan menyentuhku...!!!! Pergiiiiiiiiiiiiiii" Jerit Jen menghindari Vino sambil menangis ketakuran

"Jen, ini abang. Ini abang Vino, Jen" ucap Vino mencoba menenangkan

"PERGI....JANGAN MENYENTUHKU,, hikzz...hikz... PERGIIIIIII !!!" Jerit Jen membuat Claudya menangis terisak dan pergi keluar kamar. Vinopun terdiam dan tak berniat mendekati Jen lagi.

Vino berjalan keluar kamar Jen dan terlihat Farel dan Claudya sedang beradu mulut di ruang keluarga.

"Jen butuh psikolog" ucap Claudya

"dia tidak gila, Nanda !!" amuk Farel

"dia memang tidak gila, tetapi dia butuh seorang psikiater" ucap Claudya

"TIDAK !!! dia hanya butuh waktu saja untuk menghilangkan traumanya" ucap Farel yang juga terlihat kalut. "ini semua karena kamu, Nanda. Dimana otak kamu sampai kamu mengijinkan dia pergi bersama teman-temannya" pekik Farel masih kesal karena kemarin Claudya mengijinkannya keluar.

"kenapa kamu terus menyalahkanku, Rel? kamu tau kan apa alasanku" ucap Claudya tak terima terus di salahkan oleh suaminya.

"iya tapi kalau gak gitu, mungkin Jen gak akan jadi seperti ini" ucap Farel

"cukup ma, pa !!" pekik Vino berjalan kea rah mereka berdua. Claudya maupun Farel sama-sama terdiam. "Bukan ini yang Jen butuhkan, tidak ada gunanya kalian saling menyalahkan. Saat ini Jen butuh kita semua sebagai keluarganya. Jen butuh dukungan dari kita" Jelas Vino membuat Claudya kembali menangis.

"Pa, ini bukan sepenuhnya kesalahan mama. Jen juga salah, dan ini sudah takdirnya seperti ini. Tak akan ada untungnya kita terus menyalahkan. Semuanya sudah terjadi" ucap Vino

"Vino tidak ingin melihat kalian bertengkar lagi, inget Jen butuh dukungan dari kita bertiga sebagai keluarganya bukan perdebatan seperti ini" ucap Vino beranjak pergi.

Farel memijit pangkal hidungnya dan membuka kaca mata yang dia pakai, Farel duduk di sofa yang ada disana tanpa mengatakan apapun, Claudya masih berdiri di tempatnya dan menangis.

"maafkan aku" cicit Claudya

"sudahlah, sekarang lebih baik kamu temani Jen. Aku akan ke kantor polisi dulu" ucap Farel.

***

Leonna sedang mempersiapkan untuk acara Batle Dance nya di aula kampus. Pesertanya dari beberapa kampus lain. Leonna sudah memakai kostumnya yang terlihat pas di tubuhnya dan terlihat cantik, rambutnya dia ikat kuda. Bukannya latihan, Leonna malah resah menunggu di pintu masuk sambil menghubungi seseorang lewat handphonenya.

"hai De" Verrel datang sebelum acara dimulai membuat Leonna tersenyum ke arahnya.

"hai kak, makasih yah sudah datang" ucap Leonna dengan senyuman manisnya.

"mama sama papa belum datang?" Tanya Verrel

"belum kak, mereka masih di jalan. Kalau Leon, Datan dan Chella udah di dalam. Kakak masuk saja" ucap Leonna

"Kamu sendiri kenapa kelihatan gelisah? Kan mama dan papa sudah di jalan" ucap Verrel karena Leonna terlihat gelisah sekali

"aku sedang menunggu abang Vino, dia janji akan datang tapi dia gak ada kabar"

Deg

"sejak tadi aku hubungi, tetapi tidak di angkat-angkat" ucap Leonna sangat gelisah.

Bip bip bip

"abang telpon, sebentar yah kak. Kakak masuk saja" dengan tersenyum manis Leonna berlalu pergi meninggalkan Verrel yang hanya tersenyum miris. Verrel sadar kalau cinta Leonna tak akan pernah bisa untuknya.

Sekuat apapun Verrel mencoba mendekat, Leonna tetap jauh darinya dan akan sulit Verrel gapai. 'mungkin aku hanya bisa menggapaimu di mimpiku, Delia' batin Verrel dan masuk ke dalam aula.

Leonna sangat bahagia menerima telpon dari Vino, udah lama Vino tak menghubunginya.

"halo abang, abang dimana? Bilangnya mau nonton Leonna" ceroscos Leonna

"Maaf Princes, abang tidak bisa menonton acara kamu"

"Tapi kenapa? Leonna nunggu abang" tersirat kekecewaan dari nada suara Leonna

"Maaf banget Princes, abang harus ke Spanyol segera. Jen mengalami musibah, dan abang harus kembali kesini segera. Maaf banget yah princes"

"Jen kenapa abang?"

"Jen hampir saja di perkosa 5 orang pemuda"

"astagfirulloh, tapi Jen gak apa-apa kan?"

"ya, Jen tidak sampai ternodai. Hanya saja dia kelihatan trauma"

"apa mama Lita dan papa Dhika sudah di beritahu?"

"Sepertinya sudah sama papa Farel. Kamu gak marahkan sama abang?"

"nggaklah abang, kenapa Leonna harus marah. Jen pasti sangat membutuhkan abang"

"Terima kasih yah Princes Leonna yang cantik"

"iya sama-sama abangku tersayang,"

"kamu harus menang, oke"

"siap 86, bang" kekeh Leonna membuat Vino terkekeh

"abang sangat merindukan kamu"

"apalagi Leonna, sangat sangat sangaaaaaaaaatttttt kangen abang" ucap Leonna

"baiklah, cepat sana siap-siap dan tampil sebaik mungkin"

"iya abang, Leonna tutup yah, dah abang"

"Leonna"

"iya"

"emm... I Love You"

Deg

Leonna mematung di tempatnya mendengar penuturan Vino barusan. Apa dia salah dengar atau memang abangnya mengatakan itu.

"a-abang,,, i-itu"

"bye princes cantik"

Vino segera memutuskan sambungan telpon mereka dengan pandangan sendunya menatap kearah kolam renang. 'Maafkan abang, semoga kamu bisa bahagia dengan kata-kata itu' batin Vino.

Vino mengingat jasa Dhika dan Thalita padanya. Selama ini merekalah yang merawat, dan melindungi Vino, bahkan saat Vino hampir mati. Bahkan Dhika mengajarkan berbagai hal ke Vino tanpa risih, apalagi Vino seorang kristiani. Tetapi Dhika terlihat tulus menjadi sosok ayah yang baik untuk Vino.

Bahkan bukan hanya itu, Dhikalah yang membiayai Vino masuk ke akademik pilot, karena saat itu usaha Farel masih merintis. Vino merasa Dhika begitu berjasa dalam hidupnya. Vino merasa tidak ada hak untuk menyakiti hati putri kesayangannya. Walau Vino harus mengorbankan cintanya, yang penting Leonna bahagia. Itulah tujuan Vino saat ini,,

Di sisi lain, Leonna begitu bahagia memasuki ruangan tunggunya. Senyuman tak pernah pudar dari bibirnya.

"kenapa lu?" Tanya Raisya, teman club Dancenya

"emang gue kenapa?" Tanya Leonna dengan polosnya

"itu muka cerah bener, sama cengar cengir mulu" ucap Raisya

"Syirik aja loe" ucap Leonna dengan ceria dan berlalu pergi.

Acarapun dimulai, Leonna bersama teman-temannya yang lain melakukan dance, hingga terakhir Leonna berdansa yang waktu itu Verrel ajarkan bersama teman mahasiswanya.

Tanpa terasa, sudah sampai di penghujung acara. Dimana pengumuman pemenang, beberapa orang yang bersangkutan dalam kepanitiaan dan juri dance menaiki panggung dan mengumumkan pemenangnya. Mulai dari pemenang ketiga dan pemenang pertama.

Dan keberuntungan sekali, karena group kampus Leonna pemenang pertamanya. Leonna di pakaikan mahkota dari bunga dan di kasih beberapa bingkisan dan hadiah utama..

"PAPAaaaaaaaaaaaaa" teriak Leonna berlari ke arah Dhika dengan sangat bahagia dan langsung memeluk Dhika dengan sangat bahagiaaa. "yeeeee Leonna menang" tawa Leonna pecah, begitupun dengan Dhika dan Thalita.

Verrel hanya bisa tersenyum menatap kearah Leonna, Verrel hanya bisa seperti ini sampai kapanpun juga, tak akan pernah ada yang berubah.

"papa,, ayoo kita rayakan kemenangan Leonna" ajak Leonna setelah melepaskan pelukannya.

"papa sangat ingin sayang, tapi papa dan mama harus ke Spanyol sekarang juga" ucap Dhika membuat Leonna sedikit cemberut. "jangan ngambek dong princesnya papa yang cantik, yang penting papa sudah menonton acara kamu" tambah Dhika

"iya sayang, yang penting kamu sudah memenangkan battle ini. Kami harus segera ke Spanyol dengan dokter Sandra ahli psikiater. Jen sangat membutuhkannya" ucap Lita

"ya sudah deh,, titip salam buat abang Vino, papa Farel, mama Claudya dan Jen yah" ucap Leonna

"pasti sayang, kamu rayain saja bersama suami dan sahabat kamu. Dan ajak juga Adrian, dia pasti sudah pulang sekola sekarang" ucap Lita

"oke mama. Mama dan papa hati-hati yah" Leonna mencium pipi Lita dan Dhika bergantian.

"Rel, duluan yah" ucap Lita

"iya ma, pa" jawab Verrel

"Le, jangan keluyuran malam-malam" nasihat Lita

"siap mam" ucap Leon tersenyum.

Dhika dan Thalitapun beranjak pergi meninggalkan semuanya.

***

Saat ini Vino dan Farel mendatangi kantor polisi, Farel ingin kelima penjahat itu di hokum mati, tetapi keputusan tetap ada di tangan hakim nanti.

"saya ingin bertemu mereka" ucap Vino

"akan saya antar" ucap salah satu polisi.

Farel ikut beranjak hendak melihat para penjahat itu. "tidak papa, cukup Vino saja" ucap Vino

"tapi kenapa?" Tanya Farel tak paham

"karena papa tidak mungkin bisa menahan emosi papa, jadi cukup Vino saja. Papa tunggu disini" ucap Vino dan Farelpun kembali duduk dengan kesal.

Vino mengikuti salah satu polisi mendatangi sel kelima remaja itu. Polisi itu membuka gembok kunci sel membuat Vino masuk ke dalam dan serentak kelima penjahat itu berdiri dan melihat kearah Vino. Vino mengepalkan kedua tangannya melihat kelima remaja itu, dan

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"Damn it !! Fuck,,,,!!!" amuk Vino dan seorang polisi itu kewalahan menahan amukan Vino yang membabi buta di dalam sel tahanan hingga datang 4 orang polisi dan membawa Vino keluar dari sel.

"ada apa?" Tanya Farel

"lepas !!" Vino berontak hingga para polisi itu melepaskan Vino.

"sebaiknya anda membawa putra anda pergi" ucap salah satu polisi

"ingat, aku akan datangkan seorang pengacara handal untuk menangani kasus ini" ancam Farel dan berlalu pergi meninggalkan kantor polisi diikuti Vino.

Keduanya memasuki mobil audy milik Farel.

"siapa pengacara yang papa sewa, untuk kasus ini?" Tanya Vino

"siapa lagi kalau bukan Daniel brotherhood" ucap Farel focus menyetir.

"om Daniel temannya ayah?" Tanya Vino

"iya, siapa lagi. Papa percaya dengan keahliannya menjatuhkan lawan" ucap Farel

"kapan dia akan datang?" Tanya Vino

"besok mungkin, bersama Dhika dan dokter psikiater dari AMI hospital. Dia sahabat mama dan ayah kamu waktu kulian di London" tutur Farel membuat Vino mengangguk.

"kamu bilang tak akan emosi, tetapi sama saja kamu juga emosi" ucap Farel

"melihat wajah mereka, membuat emosiku terpancing pa" ucap Vino.

***

Leonna tengah mengadakan party kecil-kecilan di sebuah cafรฉ bersama Verrel, Datan, Leon, Adrian dan Chella. Leon bahkan sudah tak sedingin biasanya ke Chella, karena kali ini Chellapun terlihat cuek ke Leon. Semuanya begitu berisik dan ramai sekali, Verrel hanya sesekali menanggapi mereka.

Mereka menghebohkan suasana cafรฉ, hingga hujanpun turun dengan derasnya.

"waaaahhhh hujan" Leonna malah langsung berlari ke halaman cafรฉ dan menikmati air hujan yang mengguyur tubuhnya. "Chelong siniiiiiii" panggil Leonna dan Chellapun mengikutinya.

Kedua gadis itu tertawa bersama sambil bermain air. "dasar bocah bocah" keluh Datan memperhatikan mereka berdua yang mirip anak kecil.

'selama ini aku selalu berpikir, suatu saat nanti mungkin saja kita bisa bersama, tetapi mungkin juga tidak. Ayah selalu bilang cinta satu orang, itu lebih dari cukup untuk seumur hidup. Tidak penting cinta itu akan di balas atau tidak. Dan karena itulah, aku akan tetap mencintainya dalam diam dan aku simpan di dalam hatiku sendiri' batin Verrel yang tersenyum menatap kearah Leonna yang tertawa bahagia bersama Chella.

'Hanya satu permintaanku Tuhan, Jangan pernah memberinya kesedihan. Biarkan aku saja yang menanggung semua kesedihan di hatinya. Mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya' batin Verrel masih memperhatikan Leonna yang masih bermain air dengan Chella hingga basah kuyup.

***

Verrel baru saja menyelesaikan pekerjaannya, saat hendak keluar ruangan Randa datang dengan membawa sebotol minuman segar.

"ngapain loe kesini?" Tanya Verrel

"awalnya mau ngajakin loe jalan, kesel gue di rumah. Si Rindi masih ngurung diri" celetuk Randa

"gue lelah, lagi males kemana-mana, Ran" ucap Verrel

"yahhh,, sayang banget" keluh Randa. "eh sekalian gue mau ngasih loe jamu kuat, biar tokcer. Nikah udah tiga bulan juga belum dapet momongan" celetuk Randa tak tau malu

"loe apaan sih, yah mungkin belum di kasih" ucap Verrel kesal sendiri mendengarnya.

"loe payah nih, ayo dong berusaha. Tuh gue kasih loe jamu biar mantap malam ini dan bisa gol-in" celetuk Randa

"gue gak butuh" ucap Verrel

"ya elah, ini ambil dulu jangan protes" ucap Randa memasukan botol itu ke dalam tas Verrel

"nggak perlu, gue gak butuh" ucap Verrel kembali menyimpannya di meja dan beranjak. :gue balik deh, bye" tanpa Verrel sadari, Randa memasukkan botol itu k etas Verrel saat Verrel mencari sesuatu di lacinya.

"kalau gitu gue balik juga deh, bye" Randa berlalu pergi meninggalkan Verrel sendiri.

Verrel baru saja sampai di dalam kamarnya.

"hai kak" sapa Leonna

"hai, gerah banget hari ini" ucap Verrel segera beranjak ke kamar mandi, seketika tas Verrel jatuh dan isinya jatuh ke lantai termasuk minuman itu. Leonna yang melihatnya segera membereskannya kembali dan menyimpannya ke tempat semula.

"minuman apaan ini? Keliatannya sangat segar" gumam Leonna merasa sangat haus. "kak,,," teriak Leonna

"hmmm" sahut Verrel di dalam kamar mandi

"aku minta dong minumannya, haus banget tapi malas ke bawah" teriak Leonna

"iya, ambil saja" ucap Verrel yang tak tau minuman apa yang Leonna maksud.

"asyikk,, seger sepertinya" ucap Leonna segera meneguk minuman dalam botol berukuran kecil itu hingga tandas. "seger banget" ucap Leonna dan menyimpannya di atas meja, Leonna kembali ke atas ranjang untuk kembali melanjutkan aktivitasnya membaca novel.

Selang 15 menit, Verrel keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya yang basah dengan hancuk. Verrel terpekik kaget saat melihat Leonna meringis seperti menahan sakit dan mengusap kedua lengannya.

"de, kamu kenapa?" Tanya Verrel melempar handuknya asal dan mendekati Leonna yang kesakitan.

"de" Verrel menyentuh pundak Leonna

"isshhhhh" Leonna melenguh pelan

"ada apa?" Tanya Verrel khawatir

"a-aku tidak tau, badanku terasa sangat panas dan merinding kak. Tubuhku terasa panas dingin" keluh Leonna

Verrel menempelkan punggung tangannya di dahi Leonna membuat Leonna merasa darahnya berdesir hebat, saat kulit mereka bersentuhan, Leonna merasa sangat merinding.

"apa kita perlu ke dokter?" Tanya Verrel dan Leonna menggelengkan kepalanya.

"kak, a-aku tidak apa-apa,, ishhh" cicit Leonna

"tapi kenapa mendadak seperti ini, sih?" Tanya Verrel semakin khawatir. "tunggu aku bawa obat dulu" ucap Verrel beranjak, tetapi seketika langkahnya terhenti saat melihat botol kosong yang tergeletak di meja.

"ka-kamu meminum minuman di dalam botol ini?" pekik Verrel dan Leonna mengangguk lirih,

"ya tuhan" Verrel sangat kaget mendengarnya. "baiklah sekarang ikut aku" Verrel memangku tubuh Leonna dan membawanya ke bath up. Verrel mengisi air dingin di bath up itu.

"ayo masuk ke dalam, de" ucap Verrel dan lengannya tak sengaja bersentuhan dengan bagian dada Leonna yang sudah mengencang, itu membuat Leonna semakin gila dan mendesah. Verrel yang merupakan pria normal, langsung turn on mendengar desahan merdu dari Leonna.

"ayo masuk de" ucap Verrel dan Leonnapun menurutinya, tanpa melepaskan pakaiannya Leonna langsung masuk ke dalam bath up dan merendam tubuhnya. Verrel ingin berlalu pergi, tetapi Leonna langsung menahan pergelangan Verrel membuat Verrel menatap Leonna yang terlihat sangat berkabut dan bergairah.

"kak, jangan tinggalkan aku sendirian" gumam Leonna, Verrel duduk disisi bath up dan menemani Leonna, bukannya berkurang, malah semakin menjadi.

"kak, aku mohon. Lakukan sesuatu kak, aku tak tahan lagi" ucap Leonna

"Tapi- bagaimana?" gumam Verrel

"aku mohon lakukan sesuatu, aku tidak tahan lagi" ucap Leonna. Verrel dalam kebimbangan, haruskan Verrel menuruti Leonna. Tetapi Verrel bukanlah pria brengsek yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"kak,, Leonna mohon kak" Leonna terlihat memelas dan Verrel semakin dilemma.

"kamu tunggu saja yah, pasti lama-lama akan hilang juga" ucap Verrel

"tidak kak, Leonna malah semakin kesakitan dan kedinginan. Aku mohon lakukan sesuatu kak" ucap Leonna

"Tapi de, ini tidak mungkin dilakukan" ucap Verrel, Leonna beranjak dari dalam bath up dan langsung memeluk Verrel dengan pakaian basahnya.

"lakukanlah, Leonna tidak tahan lagi kak. Leonna mohon" ucap Leonna memelas

"kamu pasti akan menyesal de" ucap Verrel

"tidak kak, aku tak akan menyesal. Lakukanlah aku mohon" ucap Leonna dan Verrelpun akhirnya menurut.

Verrel membopong tubuh Leonna dengan pakaian basahnya menuju ranjang. Di rebahkannya tubuh Leonna disana, Leonna menatap Verrel dengan penuh gairah.

Tangan Verrel terulur membelai wajah Leonna yang basah karena air, di belaiannya dari dahi turun ke pipi, tulang rahang Leonna membuat Leonna mendesah lirih. Saat akan turun ke leher,

'tidak, ini tidak benar' Verrel menghentikan gerakannya dan hendak beranjak tetapi Leonna menahannya membuat keduanya saling bertatapan penuh arti.

Leonna bangun dari rebahannya dan mendekati Verrel, di kecupnya bibir Verrel dengan lembut dan semakin lama melumatnya dengan amatir membuat Verrel membalasnya juga.

Ciuman Verrel akhirnya turun ke leher jenjang Leonna yang juga terdapat butiran air, Leonna semakin mendesah. Verrel semakin turun ke bawah hingga mencapai titik sensitive Leonna.

Leonna hanya bisa memejamkan matanya dan menikmati apa yang tengah Verrel lakukan hingga sesuatu yang selalu Leonna jaga selama ini di tembus Verrel. Darah dara Leonnapun menetes hingga membasahi ranjang.

Mereka berdua menikmati malam pertama mereka yang panjang.

***

Keesokan harinya Leonna membuka matanya, tubuhnya terasa sangat pegal-pegal. Dan bagian intimnya terasa sangat sakit, Leonna memijit kepalanya yang terasa berdenyut.

Setelahnya Leonna menengok ke sampingnya dan terpekik kaget melihat Verrel terlelap dengan telanjang dada karena dari pinggangnya tertutup selimut. Leonna mengintip dirinya yang tak berbusana.

"a-apa yang terjadi?" gumam Leonna berkaca-kaca.

Leonna berangsur bangun dengan menahan kesakitan di bagian intimnya, selimut sedikit tersingkap dan memperlihatkan bercak merah disana. Leonna menutup mulutnya tak percaya dan kembali menatap Verrel yang masih terlelap.

Leonna segera beranjak perlahan karena bagian intimnya yang sakit menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Leonna menatap dirinya di cermin dan ada beberapa kissmark di leher dan dadanya, apalagi di bagian dadanya yang puncaknya masih terasa perih. Leonna terduduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.

"apa yang sudah aku lakukan,,,??? Hikz...hikz...hikzz...." Isak Leonna sejadi-jadinya.

***