webnovel

A Perfect Means (Open PO)

"Terlahir cacat ke dunia ini bukanlah keinginan setiap orang. Begitu pula dengan ku hyung." "Terlebih jika harus ditambah dengan anggota keluarga yang tak menginginkan kehadiranmu." "Apakah kalian sebegitunya membenci eksistensiku di dunia ini hyungdeul?" "Jika kasih sayang adalah suatu hal yang sangat sulit untuk didapatkan, lantas kenapa orang lain bisa dengan mudahnya untuk mendapatkan hal itu dari kalian?" "Apakah kalian berharap aku ini untuk tidak ada saja hyungdeul?"

Nocita_Maria · Celebrities
Not enough ratings
31 Chs

Ch.3: A Memory

Jangan lupa Vote ya readerdeul.

Happy reading....

😊

😊

😊

😊

Flashback on

"Eomma, kenapa hyungdeul sangat membenci Tae. Apakah itu karena Tae cacat Eomma?" tanya seorang anak laki-laki begitu polos, pada Ibunya yang tengah mengusap kepalanya saat ini.

"Sst .... kenapa berbicara seperti itu hmm?? Mereka tidak membencimu kok sayang, hanya saja hyungdeulmu itu tidak tau bagaimana cara untuk mengekpresikan kasih sayang mereka pada Tae. Tae tidak boleh membenci mereka arra (mengerti)??" pinta wanita itu, sembari mengusap pipi halus sang Anak dan membuat si empunya tersenyum ceria.

"Hmm ... baiklah. Tapi Eomma, lantas kenapa kemudian para hyungdeul melarang Tae untuk bersama Eomma?? Mereka bahkan bilang Tae-lah penyebab Eomma terbaring sakit saat ini!!" kata anak itu lagi, dengan raut wajah penuh keingintahuan.

"Tidak sayang, tidak. Itu tidak benar. Kau maklumi saja ya, hyungdeulnya Tae hanya salah paham saja kok."

"Tae harus tau, bahwa bukanlah Tae penyebab kenapa Eomma terbaring seperti sekarang ini."

"Eomma ... keadaan Eomma sedari dulu memang sudah seperti ini kok. Jadi jangan menyalahkan Tae, arra?? " pinta sang Eomma lagi, berusaha memilih kata yang tepat untuk bungsunya.

"Tapi Eomma ... hyungdeul terus saja menyalahkan Tae. Mereka bahkan tidak mau bermain bersama Tae. Tae kan juga ingin disayang oleh hyungdeul, Eomma," cerita Taehyung kecil lagi, sembari matanya mulai berair.

"Cup cup cup ... Tae kesayangannya Eomma, jangan menangis ne? Eomma akan hukum para hyungdeulmu itu nanti. Tae jangan sedih lagi eum??" bujuknya halus, lalu kembali mengelus surai coklat milik Taehyung dengan penuh kasih sayang.

-

-

-

-

-

"Kenapa Oppa biarkan saja anak kita yang lainnya memperlakukan Taehyung seperti itu Oppa?? Apa Oppa tidak kasihan Taehyung diperlakukan begitu oleh hyungdeulnya sendiri!!" hardik seorang Wanita, pada Pria yang ada di hadapannya saat ini.

"Apa yang kau bicarakan Hara-ya?" ujar sang Suami, pura-pura tak tau.

"Seokjinnie, Yoongi, juga Hoseokkie menjauhi adiknya sendiri Oppa. Apa nenurut Oppa itu wajar untuk dilakukan terhadap adiknya yang ingin diperhatikan oleh hyungdeulnya?" perjelas Hara dan mau tak mau membuat Sang suami tak dapat berkelit lagi.

"Hara-ya, mereka tidak salah!" ujar sang Suami santai namun membuat mata sang istri seketika melotot.

"Ap--Apa, tidak salah katamu Oppa, TIDAK SALAH KATAMU!" ulang sang Istri yang seketika murka

"Tenanglah Hara-ya. Lagipula anak-anakmu begitu sebab Taehyunglah yang telah membuat mereka kekurangan kasih sayangmu. Kau terlalu memperhatikan anak cacat itu Hara-ya," ujar sang Suami tanpa beban.

"Astaga ... aku tidak percaya ini. Apa kau benar-benar Suamiku, Ayah dari anak-anakku?" sebal Hara.

"Tentu saja aku suamimu Hara-ya, juga Ayah anak-anak."

"Bukan. Kau bukan Suamiku. Kau bahkan tega mengatakan anakmu sendiri cacat. Apa begitu yang kau sebut Ayah dari Anak-anakku juga sebagai suamiku?" protes Hara tak terima.

"Kau ... kau benar-benar keterlaluan Oppa. Apa salah Taehyungie hingga kau membencinya Oppa. APA?" frustasi Hara, namun tidak dengan sang Pria yang hanya diam mendengarkan.

"Jika karena cacat yang membuatmu membenci Taehyung, maka seharusnya aku yang kau salahkan Oppa. Kenapa menyalahkan Taehyung?" ujar Hara lagi.

"Ani ... itu bukan salahmu Hara!" bantah sang suami.

"Astaga ... tega sekali kau Oppa. Aku, akulah yang salah sebagai Eommanya, Oppa. Akulah yang menyebabkan ia menjadi cacat. Ia cacat karena kesalahanku Oppa. Kenapa menyalahkan Taehyung yang bahkan tidak tau kesalahannya eoh?? Kau membuatku kecewa Oppa," isak si wanita.

"Astaga ... bukan begitu maksudku Hara-ya. Maafkan aku ne?" panik sang pria, "lagipula, sebenarnya kan sudah sedari awal dulu ku katakan, lebih baik kau menggugurkan anak itu saja. Apalagi mengingat kondisimu yang lemah saat itu. Tapi kau sendiri yang keras kepala bukan? Dan lihatlah ... kau sekarang terbaring di rumah sakit ini karenanya Hara-ya. Kau jadi tidak berdaya bahkan kau..."

Plak....!

Suara tamparan yang tiba-tiba menggema di ruangan yang hanya berisikan dua orang tersebut.

"Ha .... Hara-ya?" kaget si empu yang ditampar.

"PERGI!! PERGI DARI HADAPANKU SEKARANG JIKA KAU TETAP SEPERTI ITU OPPA. PERGI!!" teriak Hara kehilangan kesabaran.

"Ha ... Hara-ya!" ujar sang Suami, shock.

"Biadab. Bedebah. Kau Pria terkeji yang pernah kutemui Oppa. Tega .... tega sekali kau katakan itu mengenai anak kita. PERGI KAU. PERGI!!" histeris Hara dan mulai memukul-mukul Suaminya menggunakan bantal yang ada di dekatnya dan membuat sang Pria sibuk menghindar.

"Hara-ya tenang. Dengarkan aku?" pinta samg pria.

"PERGI ... PERGI ... PERGI DARI HADAPANKU!!" teriak Hara lagi sebelum tiba-tiba pergerakannya yang memukul sang Suami berhenti, lalu ia tampak kesakitan dan merintih.

"Ha ... Hara-ya?" cemas sang Suami dan segera mendekati Istrinya dengan cemas.

"Ughhh...!" ringis Hara menahan rasa sakit, diikuti keringat dingin yang mulai membanjiri pelipisnya.

"Hara-ya. Hara ... Hara dengarkan aku, Hara-ya?" cemas Pria tersebut, sembari menepuk-nepul pelan pipi Istrinya yang mulai kehilangan kesadaran.

"Astaga. HARA ... HARA-YA BUKA MATAMU. HARA-YA...?" pekik sang pria panik, bersama dengan pintu kamar mereka yang tiba-tiba dibuka.

"Appa?" panggil Seokjin, Yoongi, juga Hoseok yang panik di depan pintu.

"Tuan?" cemas supir mereka pula yang ikut muncul.

"Pak Min siapkan mobil di depan. CEPAT!" perintah Pria tadi pada sang Supir, tidak dengan ketiga Anaknya yang segera mendekat.

"Eomma....?" panggil Hoseok kecil yang tampak cemas, sembari mengoyang-goyangkan lengan sang Ibu yang terkulai lemas.

"Appa, apa yang terjadi pada Eomma?" tanya Seokjin pula, sementara Yoongi sudah menangis diam-diam sambil mengenggam tangan sang Eomma yang terasa dingin.

"Haish .... Hara-ya kumohon bertahanlah? Memang kita tak seharusnya membahas masalah anak cacat itu. Lihatlah, sekarang kau jadi begini kan," celoteh Pria tadi yang masih panik.

"Seokjin, tolong kau cepat hubungi Park uisa-nim ne? Bilang padanya kalau kita akan segera membawa Eommamu ke rumah sakit. Kau bisa kan?" instruksi pria tersebut, pada Anak tertuanya yang dengan cepat  melaksanakan perintah sang Appa.

"Yoongi-ya ... Hoseokkie ... bantu Appa nde?" pintanya pula pada dua anaknya yang lain yang masih shock di samping tubuh Ibu mereka.

"Ah nde Appa ... apa yang harus kami lakukan??" tanya anak yang kedua, Yoongi.

"Buka pintu kamar ini! Kita akan segera ke rumah sakit sekarang," jelas sang Appa dan diangguki oleh Anaknya.

"Eomma ... Eomma harus bertahan nde? Jangan tinggalkan Hoseokkie. Hoseok sayang Eomma," tangis Hoseok keras sembari mengikuti langkah sang Appa juga Yoongi yang tergesa-gesa keluar kamar.

Sementara itu mendengar keributan yang terjadi, Taehyung yang tengah berada di dalam kamarnya pun dengan segera memakai kursi rodanya dan bermaksud untuk melihat apa yang terjadi. Namun saat dirinya baru saja berada di depan pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget dengan pemandangan di depan matanya di mana Ibu kandungnya tengah digendong oleh Appanya. Ditambah pula dengan keadaan Eommanya itu yang tak sadarkan diri serta Hoseok yang sudah menangis dengan keras juga yoongi.

"Eom ... Eomma!!" ujarnya, shock.

Tapi tak bertahan lama, karena kemudian iapun segera memutar kursi rodanya dengan cepat untuk mendekati orang tuanya itu.

"Appa ... Appa, apa yang terjadi pada Eomma?? Eomma kenapa Appa??" tanyanya panik sembari menarik lengan baju sang Ayah dan membuat si empunya berhenti, lantas segera memandanginya dengan jengah.

"Pergilah menyingkir dariku sekarang juga Anak cacat. Ini bukanlah waktu yang tepat untukmu bertanya saat ini!!" kata Appanya keras sembari menghempaskan tangan Taehyung dengan kasar.

"Appa!" shocknya, namun segera beralih ke sang Eomma.

"Eomma ... Eomma ... apa Eomma bisa mendengarkan Tae?? Eomma ... Eomma apa yang terjadi? Eomma kenapa Eomma??" guncang Taehyung pada lengan Eommanya yang terulur lemas dari gendongan sang ayah.

"AISH .... MENYINGKIRLAH Taehyung. Kau ini bisa tidak sih untuk tidak memperumit keadaan. Eomma sekarang sedang sekarat, dan semua itu karena dirimu! Kau puas sekarang, hah??" bentak Yoongi yang ikut andil, sementara appa mereka sudah berlalu keluar menuju mobil yang telah disediakan oleh pak Min.

"Hyu ... Hyung...!" cicit Taehyung ketakutan.

"Ingat Tae, kalau sampai terjadi sesuatu pada eomma, aku .... kami bertiga tidak akan pernah mau memaafkanmu. Apa kau mengerti??" ancam Jin juga, yang entah sejak kapan sudah berada di sana dan segera mengajak pergi kedua adiknya itu untuk mengikuti appa mereka yang sudah menunggu.

"Ayo anak-anak, bergegaslah. Sudah tinggalkan saja anak pembawa sial itu," teriak Appa mereka yang sudah tak sabar untuk bergegas pergi.

"A ... Appa! Appa jebal, biarkan Tae ikut dengan kalian Appa, ne?" pinta Taehyung, seraya mengayuh kursi rodanya mendekati mobil sang Ayah.

"Berangkat Pak Min," abai sang Appa.

"Ta--tapi Tuan!" ujar sang Supir tak enak.

"Ku bilang berangkat Pak. CEPAT!" seru si Pria lagi yang tak sabaran.

"Ba ... baiklah Tuan," pasrah sang Supir.

Maafkan pak Min, Tuan kecil! sesalnya dalam hati dan mulai menancapkan gas.

"A---Appa!!" panik Taehyung yang melihat, lantas berusaha mempercepat kayuhan kursi rodanya untuk mengejar mobil sang appa yang mulai menjauhi pelataran rumah mereka.

"APPA ... APPA TAE MOHON TOLONG AJAK TAE!! APPA? APPA?" teriak Taehyung di belakang.

"APPA .... APPA JEBAL! HYUNGIE .... HYUNGDEUL?" panggilnya tak putus asa, seraya terus menggerakkan kursi rodanya secepat mungkin pada mobil yang tentu saja telah menjauh bahkan telah  keluar dari gerbang kediaman rumah mereka.

"APPA ... APPA.... APPA...!!" histeris Taehyung dan perlahan-lahan mulai kehilangan kekuatan tangannya dan pasrah saja saat keseimbangannya hilang dan menyebabkan kursi roda yang dinaikinya terjembap dan cukup menciptakan suara jatuh yang cukup kencang.

"Hiks ... hikss .... Appa.... Tae--hiks--Tae juga ingin menemani eomma. Hiks .... appa....!!" isak Taehyung dan tak mempedulikan kondisinya yang terkapar dan tampak menyedihkan.

"Hiksa Eomma ... Mian! Mianhae eomma.... mian," isaknya pilu.

"Tae-hiks-Tae juga sangat ingin menemani eomma. Eo-hiks-eomma ... kenapa appa dan hyungdeul meninggalkan Tae?? Mianhae eomma .... hiks ....eomma!" isaknya lagi, dengan air mata yang semakin membanjiri di kedua pelupuk matanya yang berkabut.

Flashback off

*********

"Eomma.....!!!" terdengar teriakan seorang pria muda dari dalam kamarnya yang temaram.

Tampak tengah mengatur napasnya yang tersengal-sengal, ia adalah Taehyung, yang baru saja terbangun dari mimpi buruknya atau lebih tepatnya memori pahit masa kecilnya dahulu.

Mengusap wajahnya dengan perlahan, setelahnya iapun tolehkan wajahnya pada jam weker yang ia letakkan di atas meja belajarnya.

"18.40. Eoh, sudah malam rupanya. Astaga ... aku pasti ketiduran tadi sampai tidak ingat waktu!" celetuknya, dan tertawa geli sendiri, sebelum irisnya melihat figura photo sang ibu yang tengah memandanginya dengan penuh senyuman di samping jam weker miliknya.

"Ah eomma, selamat malam. Aku bertemu dengan eomma tadi di dalam mimpiku. Hmm, sudah lama sekali ya eomma," gumamnya pelan.

"Nde eomma, apa eomma di sana bahagia?" monolog Taehyung dan menatap figura photo ibunya penuh rindu.

"Hmm, astaga, ada apa denganku? Lucu sekali kau Taehyungie! Jika itu eomma, tentu saja eommamu pasti sudah bahagia di surga. Eommamu itu wanita yang baik. Apa yang kau bicarakan?" gumamnya sendiri dan memukul-mukul kepalanya pelan.

"Hehe .... maafkan aku ne eomma? Mian, hanya saja ... hanya saja aku merindukan eomma," lanjut Taehyung dan tanpa sadar sudah meneteskan airmatanya sendiri.

"Mianhae eomma .... mianhae. Seharusnya, seharusnya eomma masih ada disini jika bukan karena aku."

"Mianhae, aku benar-benar anak pembawa sial eomma. Eomma seharusnya tidak melahirkan aku. Hiks ... eomma, eomma mianhae?" tangis Taehyung yang mulai terisak, bersamaan dengan pintu kamarnya yang tiba-tiba saja dibuka.

"Yaa....!" suara seseorang, membuat Taehyung dengan gelagapan segera menghapus airmatanya.

"Seokjin Hyung?" panggil Taehyung serak. Sementara pelaku pembuka pintu tadi tengah menilik keadaan Adiknya dengan tatapan yang tajam.

Apa Anak ini baru saja menangis? Matanya bengkak sekali. Apa dia sakit lagi? Cih, kenapa aku jadi tiba-tiba mengkhawatirkannya. Sudah lupakan, monolog Seokjin dalam hati.

"Hei kau," ujarnya pada Taehyung yang memperhatikan.

"Keluarlah jika kau masih ingin makan malam. Apa kau akan terus menghabiskan waktumu di dalam kamar saja?" hardik Seokjin dan membuat Taehyung menundukkan kepalanya takut.

"Mian Hyung. A--Aku akan keluar sebentar lagi. Ya, secepatnya!" jawab Taehyung dan melihat kakak pertamanya itu lagi dengan takut-takut.

"Bagus, atau kalau tidak akan ku suruh Hoseok menghabiskan jatahmu. Dasar merepotkan," sambung Seokjin.

"Ah ye, mian Hyung!" sesal Taehyung dan sesegera mungkin menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Huh ... selain cacat, makan saja harus diingatkan. Untung aku masih sedikit baik padamu," gerutu Seokjin selagi berjalan menjauhi kamar sang Adik.

Sementara Taehyung yang tak sengaja mendengarkan, iapun hanya tersenyum getir karenanya.

"Taehyung bodoh, bodoh. Kenapa kau terus merepotkan hyung-hyungmu. Dasar tidak berguna, bodoh!" sebal Taehyung dan memukul-mukul kepalanya sendiri.

Tak menyadari, bahwa sedari tadi aksinya itu tengah diawasi oleh seseorang yang sekarang mulai berlalu pergi menjauhi tempat persembunyiannya.

Mianhae saeng. Jeongmal mianhae...! sesal orang tersebut di dalam hati.

Tbc

Jangan lupa Vote sama commentnya ya chingu.😊😊

Ditunggu lho.😉