webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Teen
Not enough ratings
155 Chs

Menjenguk 3

Andi menatap panik kamera di tangan Caca. Ingin rasanya dirinya segera berdiri dan merebut benda tersebut dari tangan perempuan itu lalu memberikannya ke Ricky. Namun apa daya, dirinya tidak bisa bergerak spontan akibat cedera di pinggulnya.

"Good girl," puji Yoga sambil mengambil kamera tersebut lalu membantingnya dengan sengaja. Dengan senyum licik yang dibenci Andi, Yoga pun berkata dengan nada cukup menyebalkan, "Oh, maaf, tangan gue licin."

Andi menatap Yoga dengan amarah yang dipendamnya dalam-dalam. Sial, dirinya harus memikirkan cara lain untuk mencari bukti. Apa dirinya terlalu terburu-buru hari ini karena menyisipkan kamera di tempat yang ternyata mudah ditemukan? Dan lagi, itu adalah satu-satunya kamera yang dia punya. Andi mulai menyesali tindakannya yang sembrono.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com