webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Teen
Not enough ratings
155 Chs

Eksekusi

"Jadi rencana Kak Deni gimana?" tanya Eza. Pemuda bertubuh bongsor itu menelan suapan terakhir makanannya dan kembali membahas rencana yang akan mereka lakukan.

Deni menatap mereka berdua sekilas lalu meminum soda. "Salah satu diantara kalian harus mau dijadikan pancingan," jawabnya.

Kedua alis Ricky tertaut kuat, "Jadi pancingan? Tumbal rencana? Buat apaan?" tanyanya yang membuat Eza nyaris tertawa mendengarnya.

Eza mendengus pelan, "Tumbal. Nggak ada kata lain?" ujar Eza.

"Nggak," balas Ricky polos. "Gue cuma kepikiran itu."

"Ya, anggap saja begitu." Deni tersenyum tipis. Tampaknya kedua adik kelasnya sekarang sudah lebih mudah diajak bekerja sama. Deni merasa suasana pembicaraan ini terasa lebih santai dari sebelumnya. "Gue mau nyeret Pak Budi ke rencana gue," lanjutnya yang langsung dipandang horor oleh dua orang di hadapannya.

"Pak Budi? Yakin tuh, Kak?" tanya Eza sedikit tak percaya mengingat betapa tegasnya guru tersebut.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com