10 Bagian 9. Botol (1)

Bagian 9. Botol (1)

Aku sedang memandangi etalase di sebuah toko handphone. Banyak handphone jenis smartphone keluaran terbaru di tahun ini. Blackberry mulai ketinggalan jaman. Orang-orang sudah mulai berpindah haluan ke smartphone. Di toko ini, aku sedang menunggu handphone blackberryku selesai diperbaiki. Handphoneku sudah tidak bisa menyala lagi sejak kejadian tadi malam. Sepertinya terbanting cukup keras. Aku tidak tahu apa yang dibaca Beth di BBMku sampai-sampai dia bisa semarah itu.

Month berada di sebelahku. Ia duduk dalam keadaan lesu dan murung. Dia terlihat seperti zombie. Month menyandarkan kepalanya di atas etalase dan sesekali menghela napas panjang.

Hari ini hari Sabtu. Aku meminta Month untuk menemaniku ke toko Handphone. Aku langsung menjemput Month di rumahnya tadi pagi.

"Gel.." panggil Month dengan lemas.

"Ya?" Jawabku santai. Perhatianku masih tertuju pada list harga smartphone di etalase. Rata-rata harga smartphone sudah diatas 3 juta. Padahal dulu Handphone blackberryku saja cuman 2 jutaan.

"Lu bisa pipis di botol ga?" Tanya Month tiba-tiba.

"HA??" Aku kaget dan langsung memandang Month dengan tatapan jijik. "Gila.. lu beneren gay ya? Tiba-tiba ngomong gitu." Aku langsung menggeser kursiku menjauh dari Month beberapa sentimeter.

"Nggak..bukan gitu..." jawab Month dan masih dalam keadaan lemas. Kepalanya tidak terlepas dari meja Etalase."..ini soal gue sama Rani.." lanjutnya.

"Kenapa lagi lu ma Rani? Bukannya harusnya udah oke?" Tanyaku sambil mengembalikan posisi kursiku.

Month menghela napas panjang.

"Lu tau kan gue ma Rani udah sering chattingan sama telponan bareng?"

Aku menangguk,"..iya,tau.. kan lu yang cerita."

"Gue sama Rani udah sebulanan ini chattingan sama telponan terus. Dan gue udah ngerasa cocok sama dia. Apalagi kita udah sempat ketemuan kemarin kan? Yang pas ada elu dan Vele." Lanjut Month.

Aku masih mendengarkan Month sambil mengernyitkan dahi. Aku berusaha mencerna apa hubungannya pipis di botol sama hubungan Month dengan Rani.

"Terus.. tadi malam gue putuskan buat ngelanjutin hubungan kami ke tahap selanjutnya.." tiba-tiba Month berdiri menjelaskan dengan semangat.

Aku cukup kaget dengan perubahan emosi Month yang tiba-tiba itu. "Terus? Lu tembak Rani?" Tanyaku.

Month menggelengkan kepalanya. Ia kembali duduk dan menunduk lemas.

"..belum,Gel.."jawabnya lemas. "..gue baru pancing-pancing ke arah hubungan kami selanjutnya...terus.."

"Terus?"

"..Terus dia tiba-tiba nanya... gue bisa pipis di botol nggak?"

Aku cukup kaget mendengar cerita dari Month.

"Ha? Terus lu jawab gimana?" Tanyaku.

"Ya, gue pikir gue mesti tunjukin kehebatan gue dong...ya gue jawab BISA dengan bangga.."

"Okei...terus salahnya dimana?" Tanyaku lagi.

"..Dia langsung bilang sorry, dia ga bisa kalau lebih dari teman..dia bilang dia berharap jawaban gue tadi itu ga bisa.." Month seolah menahan tangis.

"Ha?" Aku agak heran dengan pertanyaan Rani. Memangnya kenapa kalau bisa pipis di botol? "..terus lu gimana ma Rani?" Tanyaku.

Month menghela napas panjang, "ga tau.. dia ga balas chat aku semalaman sampai sekarang."

Aku mengernyitkan dahi dan mencoba memikirkan alasan Rani menolak Month dan apa hubungannya dengan pipis di botol. Hah, Aku tidak mengerti cewek.

Tiba-tiba, pegawai toko handphone menghampiri kami sambil membawa handphoneku yang sudah selesai diperbaiki. Aku langsung membuka pesan BBMku. Aku mencari chat terakhir dari Vele. Pesan terakhir dari Vele sekitar pukul 2 pagi. Aku membaca isi pesannya

'Vele : Good night, thank you for tonight. I had fun '

Aku kembali mengernyitkan dahi dan mencoba berpikir apa yang salah dari pesan itu. Kenapa Beth terlihat sangat marah setelah membaca pesan dari Vele ini?

"Month, coba liat deh.." aku menunjukan pesan BBM dari Vele pada Month. "..apa yang aneh dari chat ini? Beth ngamuk besar pas baca ini"

Month hanya melirik sedikit ke arah handphoneku,"..ga tau deh,Gel.."jawabnya "..gue ga ngerti cewek.." Month kembali menyandarkan kepalanya keatas etalase toko.

Sepertinya agak susah mengharapkan jawaban dari makhluk galau seperti ini. Aku menghela napas panjang dan menyimpan handphoneku. Aku kembali mengarahkan perhatianku pada smartphone samsung di etalase toko. Apa aku beli hp baru ya? Baru gajian juga. Aku berpikir sebentar. Oke, sudah kuputuskan, aku beli saja.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk memilih jenis handphone yang akan kubeli. Aku memilih handphone dengan spesifikasi sesuai dengan rekomendasi Month. Tak lama kemudian, Aku mengantar Month pulang ke rumahnya. Ia masih belum dapat move on dari Rani. Padahal mereka bahkan belum jadian.

Aku berencana menghabiskan waktu di Starbuck sambil mempelajari fitur-fitur smartphone yang baru kubeli setelah ini. Aku melihat jam di handphoneku. Masih pukul 3 sore. Aku langsung menyalakan motorku dan berangkat menuju Starbuck terdekat.

Starbuck, tempat yang pas untuk menghabiskan waktu di kala bosan dan tidak ada kerjaan. Setelah membeli ice coffee blended, aku langsung duduk di tempat duduk terpojok dalam ruangan. Tujuannya adalah agar tidak ada yang menggangguku saat aku asyik memainkan handphone baruku. Di tempat ini aku menemukan stop kontak. Baiklah, aku bisa survive di tempat ini hingga beberapa jam ke depan,pikirku.

Selang beberapa jam aku memainkan Handphone baruku, sesosok pria dengan badan tegap dan berisi menghampiriku. Bentuk tubuhnya tidak asing. Aku kembali bertemu Heed tanpa disengaja.

"Gel!" Panggilnya. "Ngapain disini?" Heed menepuk pundakku.

"Wah,Hed!" Aku sedikit kaget karena tidak menyadari kedatangannya tadi. "Lagi iseng belajar smartphone. Ngapain lu disini?"

"Gue lagi libur hari ini, terus bosan aja. Jalan-jalan ga tentu arah, eh malah nemu lu disini." Ujar Heed sambil tertawa.

Heed saat ini berprofesi sebagai seorang manager di salah satu kafe bar. Ia sudah termasuk sukses untuk orang seumurannya.

"Lu ngerti smartphone ga?" Tanyaku iseng.

"Ngerti! sini!" Heed langsung mengambil handphoneku dari tanganku. "Gue installin aplikasi yang bagus ya.. bisa buat cari teman-teman lama juga sama share-share foto gitu." Heed langsung mengutak atik handphoneku baruku.

Sifat Heed agak berbeda dengan Month. Month orangnya blak-blakan, apa adanya dan terkadang suka heboh sendiri. Sedangkan Heed lebih tenang pembawaannya namun terkadang suka sedikit memaksakan kehendaknya. Contohnya seperti tadi, ia langsung mengambil handphone dari tanganku dan menginstall aplikasi di handphoneku yang baru tersebut. Tapi aku sudah terbiasa dengan sifat Heed yang seperti ini. Aku sudah mengenal Heed sejak SD, sifatnya yang terkadang suka seenaknya sendiri itu sudah ada sejak aku pertama kali bertemu dengannya.

avataravatar
Next chapter