webnovel

Santai saja!

Tepukan tangan dipundak seketika menghentakkan lamunanku. Membuatku sadar jika sudah cukup lama aku berdiam didepan pintu kelas. "Ayo masuk," terdengar suara lirik menusuk daun telinga sebelah kanan. "Kenapa bengong? udah ayo," dengan cepat gadis itu menarik tanganku. mengandengku masuk dan berjalan diantara kerumunan siswa yang tengah sibuk memilih tempat duduk.

"Diam disini," gadis ini menghentakkan tubuhku duduk disudut paling belakang.

Aku hanya diam memandangnya. Dengan rambut di ikat seperti buntut kuda. Mata sipit, dan hidungnya sedikit mancung, kedalam maksudnya. Postur tubuhnya juga pas tidak berlebihan juga tidak kurang. Dia cukup cantik dengan tinggi badan kira-kira 160 cm.

Namun, ia terlihat sangat ramah. Meski pun jalannya seperti preman. Dengan tas digantung dipundak mengarah kebelakang. Tangan dipenuhi gelang karet cukup tebal berwarna warni. Tanpa memakai anting. Hanya ada bekas enam tindikan berjajar di daun telinganya.

"Aku Isya," Ujarku sembari mengulurkan tangan dengan sungkan.

"Aku Giya. Oh iya, mulai sekarang kita teman, oke."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis padanya. Terlihat jelas jika dia bukan gadis yang suka pemilih dalam urusan pertemanan. Ketakutan itu sedikit demi sedikit mulai hilang. Setidaknya sekarang sudah ada yang mau berteman denganku tanpa mempertimbangkan bentuk fisik. Tarikan nafas lega menghujam dada. Menghilangkan keresahan dan pikiran negatif itu lenyap seketika.

Semua orang masih sibuk ada yang saling memperkenalkan diri. Melirik kesana kemari untuk mengenali tempat yang masih terasa asing baginya. Tentu saja bagiku juga. Namun, beberapa orang menghentikan pandanganya kepadaku. Mereka berada disudut yang berlawanan. Duduk di baris terdepan. Tatapan sinis dan risih terlihat jelas dimata mereka. Seperti melihat sesuatu yang tidak berada pada tempatnya.

Wajah oval, dengan kulit sawo matang dan rambut diurai menjuntai kebawah. Dia membuatnya bergelombang, jepit kupu-kupu menghiasi rambut bagian kiri. Gayanya seperti seorang bangsawan. Sedangkan teman disebelahnya mungkin aku tidak cukup berani mendeskripsikannya. Tapi jika lihat dari sudut pandangku. Tubuhnya tidak jauh berbeda dariku. Namun, kepercayaan dirinya cukup tinggi.

"Udah nggak usah ditanggepin," Ujar Giya acuh tak acuh. Dia mulai mengeluarkan peralatan sekolah. Dan catatan kecil yang memiliki kunci dibagian tengah sampulnya.

"Kamu juga suka menulis disini?" Tanyaku dengan ekspresi sedikit tidak percaya. Tentu saja, bagaimana mungkin gadis seperti dia juga memiliki diary. Dia hanya mengangguk dan tersenyum malu kearahku. Sepertinya Giya tidak cukup menyeramkan seperti kelihatannya. "Krrriiing..." bel sudah terdengar bergema di semua ruangan. Wali kelas juga sudah mulai berdatangan untuk memperkenalkan dirinya juga keadaan dilingkungan sekolah. Selama jam pelajaran pertama dihari pertama dimulai aku hanya diam. Sedangkan Giya masih asyik menulis dibuku catatan kecilnya.