webnovel

4 oclock

SenyumSenja · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Bagian 00

Suatu hari aku menulis sebuah surat panjang yang panjangnya mungkin sampai ke bulan, namun hal itu tidak akan lebih terang darimu. Tapi aku menyalakan lilin kecil untuk menerangi gelapnya malam ini.

Di taman yang gelap ini, tak sengaja aku mendengar seekor burung berkicau seperti mencari burung yang lainnya. Seketika aku mengingat saat hari dimana kau menangis. "Kenapa kau menangis" Tanyaku kala itu. Namun kamu tak bergeming sedikitpun. "Disini hanya ada aku dan kamu.. Apa kamu mecari seseorang? " Lagi-lagi aku bertanya dan tentu saja kamu tak menjawabnya.

Yang tak lama tangis mu mereda dan mulai berjalan meninggalkan ku. Aku pun mengikuti mu di malam yang dingin dan sepi ini. Tiba-tiba kamu bersuara, bernyanyi sedih dengan penghayatan yang dalam. Tanpa sadar membawa pagi dengan ufuk yang berwarna kemerahan. Ia terus melangkah sampai fajar datang dan saat itu bulan pun tertidur.

Bahkan hari ini, aku hidup dengan di zaman modern. Aku berjalan dengan kecepatan, dan dengan perlahan aku mulai terbiasa dengan percepatan dunia ini. Aku tidak bisa menahan kehancuran yang saat ini terjadi, tidak ada jalan keluar. Aku berusaha mengumpulkan diriku sendiri yang hancur dibawah sinar rembulan seraya memanggilmu wanita yang dulu pernah singgah dalam hidupku.

Aku menghirup udara malam yang dingin dan aku sadari bahwa manusia akan dengan sendirinya mati pada waktunya, meski aku berusaha untuk terus melindungi mereka. Tapi sekarang kalian bisa membuka mata dan pikiran kalian. Kehidupan ini sama seperti film, seperti garis takdir dalam film yang telah di tentukan.

Dan yang aku tahu saat ini bahwa seluruh dunia berwarna biru dibawah sinar rembulan yang putih. Dan warna biru itu yang akan tinggal bersamaku sampai kapanpun.

***

Isi surat yang berada di tangan wanita dengan lesung pipi yang tercetak jelas di pipinya ini. "Apa sekarang dia sudah pergi jauh?" Tanyanya pada pria yang memiliki surai kecoklatan itu. Yang di jawab dengan anggukan pasti.

"Tak ada gunanya kalau ingin mengejarnya, dia tidak akan kembali, " Kata pria itu serius lalu beranjak pergi.

Jauh sebelum kejadian ini berlangsung. Ketika bumi masih sunyi, tak ada kebisingan dari kendaraan yang berasap. Sosok dengan postur tubuh tinggi muncul dari balik pohon sana, ia mengeluarkan sebuah bola kecil berwarna putih dari dalam saku pakaian yang ia pakai.

"Aku ingin tahu perkembangan mu jika hidup di bumi, Apa kau akan menjadi seperti manusia atau hewan? " Kata sosok itu menjatuhkan bola itu ke tanah dan tak lama sosok itu menghilang seketika.

Bola putih tadi bergelinding, menuruni tanah yang terjal sampai ia tersangkut pada bebatuan. Dan tak lama bola itu berubah mengikuti bentuk batu yang ada di dekatnya. Waktu terus berlalu dan benda tadi masih menjadi batu, sampai musim salju turun menutupi dataran dengan selimut putih hang indah dan sangat dingin.

Dari kejauhan terlihat serigala berjalan terpincang-pincang, ternyata ada luka pada bagian kaki belakangnya. Darah terus mengalir, membuat serigala itu semakin melemah, ia berhenti di dekat tumpukan batu yang ada disana. Sampai akhirnya serigala itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Tiba-tiba kilatan cahaya menyeruak dari balik tubuh serigala tadi, dan tak lama serigala baru muncul dari balik tubuh serigala tadi. Ternyata, batu yang serigala tiduri tadi ialah bola putih yang berubah menjadi batu dan sekarang berubah menjadi serigala.

"Sekarang benda itu sudah memiliki tubuh, apakah ia akan berkembang? " Gumam sosok yang mengawasi dari jauh lalu menghilang seketika.

Serigala ini terus berjalan, tanpa tujuan. Berjalan sampai ia tiba di permukiman yang warganya tidak terlalu banyak. Ia duduk di depan salah satu rumah warga, lalu tertidur.

"Ayah.. ada serigala tersesat,, dia terluka, " ujar gadis kecil yang ujung hidungnya kemerahan karena dingin. Duduk di dekat serigala yang masih tertidur itu.

Tak lama pria dengan jenggot tebal keluar dari rumah itu, "Coba ayah lihat, " Kata pria ini yang ternyata ayah dari gadis kecil itu. Pria itu menggendong serigala tadi masuk ke dalam rumah, meletakkannya di atas kasur lalu memeriksa luka yang ada.

"Ayah.. jika serigala itu sembuh, bolehkah aku memeliharanya? " Tanya gadis kecil tadi yang berusaha naik ke atas ranjang, lalu duduk di dekat serigala tadi.

Sang ayah tersenyum, mengelus kepala putrinya itu. "Tentu saja.. " Jawab sang ayah seraya mengobati luka si serigala.

Beberapa menit kemudian serigala itu bangun, ia merasa kaki bagian belakangnya sedikit susah di gerakkan. Ternyata sudah di balut dengan perban. Ia melihat ke sekeliling, melihat seisi rumah ini sampai tatapannya terfokus pada gadis kecil yang bermain di dekat perapian. Serigala ini pun perlahan mendekati gadis kecil itu, penasaran dengan makhluk yang ada di depannya itu.

"Kau sudah bangun.. Aku Nena, " Kata Gadis kecil itu seraya memeluk serigala itu. "Aku akan menjagamu.. aku tidak akan biarkan kamu terluka lagi, " Lanjut Nena masih dalam posisi tadi.

Sang ayah datang, "Nena.. ayo makan, " Kata ayah.

"Ajak dia juga ya ayah.. dia pasti lapar, " Balas Nena polos.

"tentu saja nak, "

Sang ayah pun menggendong serigala itu menuju ruang makan, lalu mendudukkannya di dekat Nena. "Hari ini ayah dapat ikan saja, jadi ayah masak ikan bakar, " Kata ayah mengambil lauk dari atas tungku itu, lalu meletakkannya di atas meja.

Serigala itu hanya diam tak bersuara, seperti mengamati apa yang terjadi di depannya. Sang ayah memotong-motong ikan itu lalu membaginya ke Nena dan serigala ini.

"Apa kau lupa cara makan? lihat aku.. seperti ini, " Kata Nena mencotohkan serigala itu cara makan. Yang kemudian di ikuti langsung.

Itu adalah makanan pertama yang di rasakan oleh benda itu, hal baru yang tak pernah dilakukannya. "Ku rasa ia akan belajar dengan cepat, ia akan tetap bertahan sampai waktu itu akan tiba, " Kata sosok yang memantau serigala itu dari luar jendela dan tak lama menghilang seperti biasanya.

"Aku akan memberimu nama, mmm.. bagaimana kalau Joan saja? karena kamu serigala jantan, " Ucap Nena saat sedang menyisir bulu tebal serigala.

"Guk, "

Serigala itu merespon dengan mengeluarkan suaranya untuk pertama kalinya yang membuat Nena sangat senang, "Kamu suka nama itu kan Joan, mulai sekarang kamu harus ikut dengan ku Kemanapun aku pergi, " Kata Nena.

Sang ayah yang melihat anaknya yang begitu senang dengan kehadiran serigala itu hanya tersenyum. Namun, sepintas dalam pikirannya, "Aneh, serigala itu sangat penurut.. apa ia pernah di pelihara sebelumnya? " Gumam ayah lalu berjalan keluar rumah. Berjalan menuju pepohonan yang ada di sana.

"Selamat siang tuan Gilson, " Sapa seorang pria yang juga tengah berjalan menuju pepohonan yang ada disana itu. Gilson adalah nama ayah Nena.

"Selamat siang juga tuan Horland, " Balas Gilson tersenyum.

"Hari ini kau mendapat serigala.. apa serigala itu tidak akan membahayakan putri mu? " Kata Horland dengan tanya.

"Serigala itu sangat penurut, saya saja sangat heran.. apa pernah di pelihara.. entahlah.. kita lihat saja kedepannya, " Balas Gilson sederhana seraya menebang pohon yang sudah tak memiliki daun itu.

_

SenyumSenjacreators' thoughts