Utsman bin Affan
Pedagang Kaya yang Dermawan
Ada sebuah sumur Rimah milik Yahudi. Lokasinya sangat strategis, sering dilewati Umat Islam. Sang pemilik sumur menjual airnya dengan harga yang mahal sehingga umat Islam tak mampu membelinya.
Utsman mencoba membeli sumur tersebut, tapi pemiliknya menolak. Utsman menccba menawar separuhnya. Pemiliknya pun setuju. Sumur itu dipakai bergantian. Sehari buat Utsman dan sehari buat orang Yahudi. Umat Islam mengambil air pada hari-hari milik Utsman. Hari-hari Utsman menjadi ramai. Sementara hari-hari milik orang Yahudi menjadi sepi sehingga dia tidak mendapatkan pemasukan. Akhirnya orang Yahudi ini menawarkan seluruh separuh sumurnya lagi kepada Utsman dengan harga yang lebih murah. Kemudian membelinya dan menghadiahkannya untuk seluruh kaum Muslim.
*
Suatu hari pada musim paceklik, Utsman bin Affan tiba di Madinah. Kafilah dagang Utsman yang baru tiba dari Syam membawa gandum, minyak samin, kismis, dan bahan-bahan pokok lainnya. Penduduk Madinah sangat membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut karena kekeringan melanda Madinah sudah cukup lama.
Mengetahui kafilah dagang Utsman baru tiba, para pedagang di Madinah datang mengerubutinya. Mereka ingin membelinya dengan harga tinggi. Utsman menolak, dia meminta lagi dengan harga yang lebih tinggi dari yang mereka tawarkan. Lalu mereka memberikan tawaran dengan harga dua kali lipatnya.
"Tidak mau, beri aku harga yang lebih tinggi dari itu," tolak Utsman.
Para pedagang itu berkumpul, hingga disepakati tawaran harganya lima kali lipat. Sayang Utsman masih tetap menolaknya. Para pedagang itu mengatakan mereka tidak sanggup.
"Ketahuilah, Allah telah memberiku 10 kali lipat keuntungan dari setiap dirhamnya. Adakah di antara kalian yang sanggup membayar lebih?" Tanya Utsman.
Mereka tak menyanggupinya. Ustman berkata, "Kalau begitu. Harta ini semuanya kusedekahkan karena Allah."
Kemudian Utsman membagi-bagikan bahan pokok itu kepada fakir miskin di Madinah.