Fatimah Az-Zahra
Menangis Kehilangan Kakak-Kakaknya
Masa-masa kecil Fatimah berlimpah kasih sayang dari kedua orang tuanya, juga dari ketiga kakak perempuannya. Dia mendapatkan segala keteladanan ayah dan ibunya. Dia sering berjalan-jalan menemani ayahnya menyaksikan sudut-sudut kota Makkah. Ibunya memperlakukan dia dengan cinta dan menempanya dengan keimanan. Sedangkan ayahnya sangat mengistimewakan Fatimah. Jika putrinya marah, beliau ikut marah. Jika putrinya bahagia, Rasulullah pun ikut bahagia.
Kakaknya yang paling besar, Zainab sangat besar kasih sayangnya kepada Fatimah. Ketika Zainab menikah dengan 'Ash bin Ar-Rabi', Fatimah merasa sangat kehilangan karena kakaknya harus ikut pindah ke rumah suaminya.
Meskipun Fatimah sedih, dia masih terhibur karena masih bisa bersama-sama menjalani hari-hari bersama kedua kakaknya yang lain, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Hanya saja, kebersamaan tiga orang bersaudara itu pun tidak berlangsung lama. Ruqayyah dan Ummu Kultsum dilamar oleh dua orang putra Abu Lahab, yaitu Utbah dan Utaibah.
Kini Fatimah tinggal sendiri. Dia benar-benar kehilangan ketiga orang kakaknya. Ketika dua kakaknya itu menikah, Fatimah menangis.
"Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai putriku?" Tanya Khadijah.
"Jangan biarkan seseorang mencabut aku darimu, wahai ibu dan ayahku. Sungguh aku tak mampu berpisah dari kalian berdua," ungkap Fatimah.
Khadijah tersenyum mendengar ucapan putrinya. Dengan penuh cinta, Khadijah berkata, "Engkau tidak akan meninggalkan kami, Anakku. Kecuali jika engkau menginginkannya."