webnovel

Tentu Saja Mau

Malam sudah semakin larut, disaat yang lain tertidur pulas, Fania dan Farhan masih asyik berdua di balkon kamar Fania.

Malam ini mereka memang masih menginap di rumah Fania, karena orang tua Fania yang memang masih belum kembali dari Medan.

dua cangkir teh menemani malam Fania dan Farhan, entah gelas keberapa yang kini ada ditangan mereka berdua.

Sejak kebersamaan dengan yang lain, mereka telah membahas banyak hal dari yang bercanda hingga yang memang serius.

Farhan senang dengan kebersamaan saat ini, karena meski malam telah larut, tapi keduanya masih bisa bersama.

Berbincang beberapa hal yang tentunya hanya mereka dan tentang mereka, Fania meneguk teh hangatnya, dingin semakin dirasakannya kala malam semakin menunjukan gelapnya.

Fania menoleh saat tangan Farhan meraih tangannya, saat seperti ini apa yang akan terjadi pada mereka berdua.

"Kamu belum ngantuk ?"

Fania hanya menggeleng menjawab pertanyaan Farhan, berpaling dari tatapannya.

Fania selalu saja teringat Andra jika terlalu lama melihat Farhan.

Entah kenapa, rasa tidak nyaman Andra dengan Fania dan Farhan, membuat Fania jadi risih dengan dirinya sendiri.

Fania meneguk kembali tehnya dengan satu tangan yang masih bebas dari genggaman Farhan.

"Bagaimana Andra sekarang ?"

"Bagaimana apanya ?"

"Sudah baik lagi kan"

"Tentu saja, tadi kan kita sama-sama sebelum mereka ke kamarnya"

Gantian Farhan yang mengangguk menjawab ucapan Fania.

"Kamu gak mau tidur ?"

"Aku gak ngantuk sekarang, kamu tidur aja kalau memang ngantuk"

"Enggak kok"

Keduanya terdiam untuk beberapa saat, melihat langit gelap diatas sana yang tampak menawan dengan taburan bintang-bintang.

Fania kembali menoleh saat gelas yang ada ditangannya diambil Farhan, disimpan di meja dan kini kedua tangan Fania telah sempurna dalam genggaman Farhan.

"Bisa kalau kita bicara serius sekarang ?"

Fania mengernyit, harus seserius apa bukankah sejak tadi juga sebagian perbincangan mereka memang serius.

"Bisa kan ?"

"Mau bahas apa memangnya ?"

"Aku mau kita jadi pasangan"

Fania kembali diam, kalimat apa itu kenapa membuat jantungnya begitu bergemuruh.

"Aku tidak mau kehilangan kesempatan sekecil apa pun Fan, aku mau kita tetap bersama dan bukan lagi sebagai teman"

"Bukan sebagai teman ?"

"Aku mau kamu jadi milik aku"

Kalimat Farhan membuat Fania kembali mengingat Andra, benarkah jika kalimat Farhan adalah ungkapan hatinya pada Fania.

Lalu akan seperti apa hubungan Fania dan Andra nanti kalau tahu Farhan mengatakan semua ini, Fania tidak mau bermasalah apa pun dengan Andra sekali pun itu hal kecil.

"Fania, kamu juga memiliki perasaan yang sama kan terhadap aku ?"

"Aku tidak tahu"

"Tidak tahu atau tidak mau tahu karena kamu menjaga perasaan Andra ?"

"Kenapa seperti itu ?"

Farhan sedikit tersenyum mendengar pertanyaan Fania, kenapa seperti itu .... lalu kenapa selalu saja Andra yang menjadi fokus utama untuk Fania.

"Andra memang sedikit keberatan dengan hal ini, tapi bukan berarti aku tidak bisa melangkah sendiri"

"Lalu kenapa ?"

Fania kembali diam, entah apa yang jelas Fania hanya sedang teringat dengan Andra.

"Kamu mau terima aku Fan ?"

"Terima apa ?"

"Terima untuk jadi pasangan kamu"

"Kenapa harus secepat ini"

"Lalu harus selama apa lagi, Fania aku gak mau buang waktu untuk hal apa pun, termasuk juga hubungan kita sekarang, kita harus perjelas semuanya"

Fania tersenyum, benarkah semua ini .... Fania mungkin saat ini masih ragu dengan perasaannya sendiri.

"Bagaimana Fan, kamu setuju kan ?"

"Aku harus apa sekarang ?"

"Tidak ada, kamu hanya perlu jawab saja"

Jawab .... apa yang bisa jadi jawaban Fania sekarang, Fania juga takut kalau jawaban yang akan dilontarkannya salah.

"Mau atau tidak Fania ?"

"Han, aku cuma ...."

"Jangan bilang kalau kamu cuma anggap aku sahabat, sama seperti yang lain"

Tidak .... itu memang tidak, Farhan bukan sahabat Fania seperti mereka semua.

Farhan memang berbeda bagi Fania, sama halnya dengan Andra, Farhan juga terasa istimewa dibanding yang lainnya.

"Fania"

"Kalau aku mau, terus apa ?"

Farhan tersenyum, kenapa harus bertanya seperti itu, apa Fania tidak tahu hubungan sepasang kekasih.

"Apa ?"

"Apa yang apa ?"

Fania berdecak dan melepaskan genggaman Farhan.

"Iya iya, gak usah ambekan gitu"

"Ditanya juga"

"Iya kamu mau atau enggak"

"Mau"

Ucap Fania datar, Farhan kembali tersenyum dan terdiam menatap Fania.

"Lalu apa ?"

"Berarti mulai sekarang kamu milik aku, kalau ada apa-apa kamu harus sama aku"

"Apa maksudnya .... kenapa seperti itu"

"Iyalah, suapaya aku merasa kalau aku memang berarti buat kamu"

"Lalu bagaimana dengan mereka ?"

"Bagaimana apanya ?"

"Aku gak mau jauh sama mereka, apa lagi cuma gara-gara pacaran sama kamu"

"Kita gak pacaran ya, tapi kita akan berkomitmen"

"Apa lagi Farhan ?"

"Aku mau kita serius, tidak untuk sekedar pacaran saja"

"Lalu ?"

"Menikah"

Fania sedikit tertawa mendengarnya, pembahasan macam apa ini.

"Emmm diajak serius juga"

Farhan mengusap wajah Fania, tak lagi ditahan .... Fania tertawa dengan lepasnya.

"Fania"

"Iya-iya, maaf ya maaf"

Fania menghentikan tawanya dan kembali fokus pada Farhan dihadapanannya.

"Jadi apa ?"

"Mau kan serius sama aku ?"

"Mau"

"Bukan untuk pacaran ?"

"Ok"

"Jangan anggap ini omong kosong"

"Iya, enggak"

Farhan tersenyum dan memeluk Fania, sedikit demi sedikit saja.

Sekarang seperti ini, jawaban Fania sudah cukup membuat Farhan percaya diri dengan apa yang menjadi pilihannya.

Setelah malam ini, Farhan tidak ingin lagi membuang waktu.

Pengalamannya kehilangan seseorang yang begitu dicintainya hanya karena terlalu banyak membuang waktu, sudah sangat memberikan pengalaman berarti untuk Farhan.

Sekarang .... perasaan tertarik itu kembali menghampiri Farhan, dan setelah merasa kalau perasaannya memang terbalaskan.

Maka tidak ada alasan lagi untuk Farhan membuang waktunya, dan sekarang jalannya telah terbuka dengan sangat lebar.

Fanianmau menerimanya, dan mau serius dengannya, bukankah itu adalah kesempatan yang baik bagi Farhan untuk mencapai mimpi bahagianya yang sempat terpatahkan dulu.

"Boleh aku minta sesuatu ?"

"Minta apa ?"

"Biarkan saja hal ini kita berdua yang tahu, setidaknya hanya untuk beberapa waktu saja"

"Kenapa seperti itu ?"

"Itu permintaan ku, bisa kamu turuti ?"

Farhan terdiam, rasanya Farhan tidak bisa turuti kemauan Fania itu.

Mendengar kalimat Fania membuat fikiran Farhan kabur, Farhan merasa kalau alasan Fania mengucapkan kalimatnya adalah Andra.

Fania menjaga lerasaan Andra, sehingga Famia tidak ingin siapa pun tahu.

"Han ?"

"Lihat nanti saja, aku akan mengatakan semuanya kalau memang aku harus mengatakannya"

Fania balik diam, Fania harap Farhan mau menuruti permintaannya, dalam fikir Fania itu adalah yang terbaik untuk saat ini.

Farhan tidak mau lagi merasa ini itu tentang Andra, dan mungkin memang Andra harus tahu tentang hal ini secepatnya.

Mau bagaimana pun nanti hasilnya, yang jelas niatan Farhan tidak main-main.