"Rio...Rio..." Suara mama memanggil ku dari Tangga. Seperti biasa mama enggan bila harus menaik tangga, hanya sekedar memanggil anaknya.
"Iya, bentar" aku segera keluar kamar dan menghampiri mama di tangga. Sebelum turun tangga. Ketika wajah ku terlihat, mama langsung bicara
"Nanti sore antar mama, ke Bintaro ya"
"Jam berapa?"
"Jam 4 atau jam 5 an deh, sebelum Magrib"
" Pake mobil atau motor?" Tanya ku lagi
"Mobil nak, mama bawa banyak barang"
"Iya" sambil aku balik kamar
"Jangan lupa," pesan mama, meski wajahku sudah tak tampak lagi di hadapannya.
"Iya." Jawab ku sambil tak menoleh lagi.
Aku Rio, remaja kelas 3 SMA di Jakarta Selatan. Aku anak terakhir dari 2 bersodara. Kakak ku Tasya. Kuliah semester 4 di kota Bandung. Mama ku berumur 42 tahun. Aku remaja biasa saja tidak ganteng, tidak atletis, kulitku juga biasa, tinggi standar 172, hobby ku naik gunung, Traveling, juga beladiri, khususnya Taekwondo, kalo lagi suntuk naik motor trail ke suatu tempat dataran tinggi, cuma melamun dan ngopi sudah mampu menangkan pikiran ku. Kegiatan ku tak banyak, aku paling bosan rutinitas, kalo boleh sekolah juga aku malas, jadwal harian ku tak pernah sama setiap hari kecuali bangun tidur, makan, pergi sekolah,tidur lagi, sisanya jadwal rendom aja, kalo tiba-tiba temen WA aku bisa pergi, apalagi kaya weekand Sabtu Minggu bisa hilang seharian atau diam di rumah seharian. Seperti pagi ini Sabtu sore mama udah pesen jadwal, padahal masih lama, tapi kalo tidak seperti itu aku bisa hilang dan lupa pulang,
Triiing pesan WA dari Jenny,
"Nanti malam ke rumah engga?"
"Sore mama minta Anter ke rumah temen nya, engga tau balik jam berapa?"
"Nanti aku kabarin,"
"Kenapa emang?" 3 pesan langsung aku kirim.
"Cuma tanya, kakak ngajak jalan sore"
"Aku belum pastiin"
"Takut kamu ke rumah aku belum pulang"
Jenny juga balas 3pesan
"Ya udah, mending ikut Kakak aja, takut mama suruh tunggu, malah aku ga bisa ke tempat kamu"
"Engga apa-apa, beneran?"
"Iya sok aja" jawab aku.
Riiiing..Riiiing Jenny telpon.
"Hmmmm.."
"Engga mau tanya mama dulu pulang jam berapa? Nanti kalo mama cuma bentar, kamu jadi sendiri malem Minggu." Saran Jenny
"Iya juga ya,bentar ya aku tanya mama dulu"
"Iya udah aku tungguin, kakak belum aku kasih jawaban" sambung Jenny
"Kamu mau kemana sih sama Rosa" tanya aku
"Kepo ih, urusan cewe tau" jawab dari sana
"Cepet tanya mama sana" jenny mendesak
Aku turun sambil tidak mematikan telpn nya
"Ma...mama..,"
"Iya..kenapa?" Suara mama dari samping, ternyata mama lagi ada temennya, kayanya Temen kuliah atau temen sekolah dulu, aku panggil mama,dengan isyarat.
"Sini ah...yg perlu siapa?" Sambil mama tetep duduk santai bersama temanya itu, sepertinya mereka akrab, berhijab dan tinggi kurus, wajahnya ramah dia tersenyum ke aku, terpaksa aku hampiri. Sambil salaman dengan temen mama.
"Ini Rio anak gw yg bontot, kelas 3 SMA"
"Ini Tante Rara, temen mama waktu SMA"
"Tar sore kita ke tempat Tante Rima yg di Bintaro itu" mama nyerocos ngomongnya.kesana kemari, aku tak berani memotong,dan Tante Rara menyahut sambil tertawa.
"Apa kamu, ada apa?" Akhirnya di tanya juga.
"Nanti sore aku antar aja, atau nungguin mama?" Tanya aku singkat
"Kenapa emang?" Mama malah balik tanya?
Aku menghampiri telinga mama, dan berbisik," kalo pulang cepet aku mau ketempat jenny kalo nunggu, ya engga apa apa"
"Libur dulu pacarannya, malam Minggu ini Rio pacaran sama nenek-nenek" jawab mama dengan suara biasa, aku senyum dan pamit pergi sambil cengar cengir, mama bikin malu aja.
"Halo," sapa ku dengan Jenny, aku yakin dia udah denger suara mama.
"Cie cie, anak mama yg ganteng" ledek Jenny, tiba-tiba
"Ngomong Apa sih kamu..?" Tanya aku bingung
"Emang tadi kamu engga denger temen mama bilang kamu ganteng?" Ledek Jenny
"Kapan ngomongnya?"aku coba mengingat pertemuan singkat tadi.
"Mesti periksa THT deh kayanya, itu yg mereka pada ketawa, aku aja denger kok"
"Ya udah berarti aku oke in, kak Rosa ya" potong Jenny lagi.
"Iya udah" jawab ku singkat
"Selamat malam Minggu anak mama yg ganteng...tuuuutttttt" telpon di putus Jenny
Jenny pacar ku dari kelas 2 SMA, sudah kenal sama mama, juga sama Tasya. Kalo papa jarang kenal teman-teman aku, jenny sebenarnya Indo tapi lebih banyak mirip mamanya, hanya rambutnya yg agak ke coklatan, jadi wajah orang Jawa, rambut dan warna kulit ikut papanya orang Jerman. Dia type pacar yg tidak protektif,lebih membebaskan aku kemana saja, menurut dia pacaran hanya temenan atau sahabatan yg lebih dekat jadi mesti memahami apa yg di rasakan atau di butuhkan sahabatnya agar terus bisa meningkatkan kualitas dalam dirinya, saling mengingatkan kalo ternyata jauh berbelok, dia keluarga multi nasional, tapi adat Jawa masih kental terjaga, eyangnya dari Yogyakarta, terkadang dia lebih indonesi ketimbang aku yg terkadang cuek dengan adat sekitar, tapi dia lebih memahami dan menjaga adab nya, makanya aku nyaman pacaran dengan dia.
Sore yg di janjikan mama sudah terasa dari jam 3, aku di bangunkan mama, karena ke tiduran dengerin musik di kamar, angkut ini itu ke mobil, ternyata mama mau ketemu temen-temen SMA nya, aku bilang reuni, kata mama bukan, cuma temen genk nya aja, cuma temen genknya aja sampe repot gini, apalagi kalo reuni, batin ku bertanya, sehabis itu di suruh mandi, engga boleh pake celana pendek engga boleh pake kaos, duuuh repot banget nih mama.aku engga banyak protesdari pada makin lama, aku pake celana PDL dan kemeja planel, cuma itu celana katun dan kemeja yg aku punya, dan mau aku pakai, sisanya meski di paksa ada di lemari aku berikan ke teman aku atau satpam atau siapa saja agar tak ada di lemari, kalo masih ada ketika sidak suka macem-macem pertanyaannya. Mending engga ada di situ. Ketika turun mama tetap komentar,
"Kaya engga punya baju aja, kotak kotak lagi, celana naik gunung lagi" sambil geleng-geleng kepala
"Keren tau mah..." Jawab aku singkat.
"Jangan malu-malu in mamah loh, anaknya suci dekil ya.." sambil perhatiin outfit aku.
"Ini celana masih baru mah, kemeja juga" jawab ku sambil gandeng pundak mama.
"Bosen mama liatnya begitu semua modelnya" sambil mama berjalan ke arah mobil. Setelah melewati rute yg lumayan ribet, karena macet, akhirnya kita sampai di titik yg mama kasih, rumah asri yg penuh tanaman dan ada pohon besar di belakang, sepertinya halaman belakang luas, parkir di sisi rumahnya yg tak berpagar saat aku turun hanya perempuan setengah baya yg menyambut, masa temen mama setua ini,
"Ada Rima nya Bu" tanya mama sopan, sambil salaman
"Ada di dalam, non," sambil ibu itu salaman dengan aku dan ingin membantu bawaan aku, aku menolak
"Biar aku aja Bu,berat" jawab aku
"Biar aja Bu, sama anak saya, cuma dikit kok" mama menggandeng ibu itu ke dalam. Aku mengikuti mama dari belakang, terdengar riuh sapaan mama dengan temannya ini Rima namanya, karena mama berteriak menyebut namanya, ternyata Tante Rima baru selesai senam sendiri, dengan baju senam yg ketat dan celana sedengkul yg ketat juga, tampak masih terawat bodynya, malah sepertinya lebih muda dari mama, wajahnya juga seger karena keringetan, dia tak mau mama menciumnya karena keringetan dan menjaga jarak dengan kita, sama aku pun salaman dari jauh, dia bilang
"Maaf ya aku keringetan, baru beres Olga" Tante Rima terlihat sexy. Sadar aku perhatikan sambil berbasa basi dia perlahan menutupi dengan handuk gundukan di bawah pinggangnya. Aku bolak balik membawa barang dan meletakan sesuai petunjuk mama dan Tante Rima, aku memperhatikan Tante Rima meski dengan sudut mata, sepertinya Tante Rima sadar aku perhatikan, tak lama ia ijin mandi dulu, dan menghampiriku,
"Nih Rio ambil sendiri minuman dinginnya, di kerjaiin mama ya, banyak bawa barang"
"Ga usah Tante..." Jawab ku gerogi, yg dari tadi aku lirik sekarang ada di depan ku.
"Iiih...aku engga mau di tolak," sambil senyum dia menarik lengan ku, membimbing ke arah kulkas
"Biar aja Rima, nanti dia ambil sendiri" jawab mama.
"Nih ambil aja, suka yg mana??" Sambil Tante Rima menatap ku tersenyum, aku menatapnya dari dekat, ada perasaan nyaman dengan temen mama ini, seperti menghilangkan perbedaan jarak umur, aku membalas senyumnya dan menatapnya nyaman.
"Kamu langsung pulang atau tunggu mama di sini? Tanyanya pelan dan dekat ke aku.
"Mama bilang suruh tunggu" sambil aku memilih minuman kaleng.
"Cocok, nanti selesai aku mandi, temenin ke depan ya, pake motor aja, kalo mobil udah macet, mau engga?" Tatapan matanya menyejukkan hati ku
"Boleh Tante," jawab ku ramah.
"Di rumah aku sendiri sama ibu Tami yg tadi itu, jadi agak repot kalo ga ada anak lelakinya" Tante Rima coba membuat obrolan.
"Engga apa-apa Tante, aku bantu"
"Makasih ya sayang.." sambil Tante Rima mengelus punggung tangan ku.
"Aku mandi dulu ya.." seolah minta ijin ke aku, nada pernyataan itu
"Iya Tante..." Jawab aku kaku.
Di ruang duduk aku dan mama ngobrol, ternyata Tante Rima Memeng sudah janda, suaminya meninggal 3 tahun lalu, dia mengangkat anak perempuan dan sekarang kuliah di Yogyakarta, kalo liburan baru dia pulang, ibu yg tadi itu, pembantunya yg telah lama tinggal di rumahnya semenjak menikah dulu.Tante Rima dan mama bareng dari SMP. Sekelas waktu kelas satu SMA, dan terus bertambah genknya dari teman mama dan teman Rima ada 10 orang, dan mereka mau kumpul malam ini, ada juga yg dari luar kota, tak lama tamu satu persatu hadir, mama sudah tidak sendiri, aku ijin untuk di depan.
Setengah jam kemudian Tante Rima menghampiri aku,
"Bosen ya ngobrol sama nenek-nenek" sapa dia dengan senyum manis, kali ini dia mengenakan kemeja planel hijau dan biru kotak-kotak kancingnya terlepas satu bagian atas atau memang sengaja di buka, hingga tampak kulit putih bersih dadanya dan jeans agak ketat, terlihat bentuk badannya yg terawat, membayangkan baju senamnya tadi, body nya terlihat masih sempurna,
"Jadi Anter aku ke depan?" Tanya Tante Rima sambil senyum, membubarkan lamunan ku.
"Eh maaf, boleh Tante" jawab ku gugup.
Dia mengantar ke garasi, di garasi tampak rapih tertata ada alat mesin satu set laci, dan di dinding tersusun lengkap semua kunci pas dan kunci berbagai type ada rak-rak perlengkapan lainnya semua tersusun rapih, meski tampak berdebu, ada sperpart motor, wow ada BMW tahun tua di sana tampak tak tersentuh, dua sepeda gunung, aku lihat bersih dan satu sepeda lipat,keluaran baru, ada motor metik ada Fortuner putih, siapa yg suka mesin di sini, almarhum suaminya kah, atau Tante sendiri atau anak Tante yg di Yoga.
"Ini ruangan si Om dulu, belum sempet Tante beresin, bingung gimana beresinnya" seperti menjawab pertanyaan ku.
"Oh. Kirain anak Tante yg suka ngoprek mesin?" Tanya ku.
"Soraya mana suka beginian, pasang lampu aja takut listrik" jelas Tante pada ku.
"Lengkap banget buat ukuran bengkel pribadi" tutur aku ambil memperhatikan semua dengan kagum.
"Kamu suka ngoprek mesin ya Rio?" Tanya Tante Rima antusias
"Suka banget sih engga, cuma seneng aja, masih belajar Tante" jawab ku
"Bisa bikin motor ini hidup lagi engga?" Tanya Tante serius sambil menunjuk BMW 250cc type R 27 tahun 1961 classic.
"Kenapa emangnya motor ini Tante?" Tanya aku.
"Aku engga tau, cuma kangen aja jalan-jalan pake motor ini." Tante Rima tampak tersipu
"Tante dulu suka pake motor ini?" Tanya ku kaget
"Bukan aku, si Om yg boncengin," jelasnya
"Terus nanti kalo udah bener?"
"Kamu yang Anter aku jalan-jalan, tanggung jawab lah, kalo mau nolong jangan tanggung-tanggung," wajahnya senyum menggoda.
"Iya, boleh juga" jawab ku senyum
"Malu ya jalan sama nenek-nenek" godanya
"Bukan gitu, aku belum tau penyakitnya apa, dan harus di urut dan di coba dulu, mungkin engga cukup 5 hari, jawab ku jujur.
"Engga apa-apa kalo kamu santai aja, ke sininya, yang penting bisa di pake lagi, kalo udah bener dan kamu suka boleh di pake kamu asal di rawat" tatapan Tante Rima serius ke aku.
"Serius Tante?!" Aku menatap wajah Tante
"Beneran Rio, motor ini cuma jadi bangkai di sini, padahal dulu Om sayang banget sama motor ini." Tante Rima memandangku dengan lembut.
"Yang penting bikin motor ini hidup dulu, berapa lamapun Tante Tungguin, gimana bisa kamu?"
"Rio coba Tante,semoga bisa." Jawab Aku bersemangat.
"Gitu dong, anak muda harus optimis" wajah Tante Rima berseri-seri bahagia.
"Iya Tante, besok aku kesini deh, boleh?" Tanya aku.
"Seneng banget kalo bener kamu mau kesini besok" wajah nya ceria.
"Iya aku kesini" janji ku.
"Deal ya, kalo motornya bisa nyala, ajak aku Touring" Tante menantang sambil mengulurkan tanganya.
"Touring kemana?" Tanya ku sambil menjabat tangan Tante, tanganya lembut dan hangat batin ku berceloteh
" Terserah Rio, aku ikut di ajak kemana pun sama kamu" jawabnya pasrah, mengundang pikiran ku jadi liar.
"Bisa ga kalo sekarang, kita kembali bisnis, ambil makanan, nanti nenek-nenek di dalam bisa teriak-teriak karena makannya belum juga datang" wajah Tante di pasang serius menatap wajah aku, di akhiri dengan senyum manisnya.
"Aduuuh maaf aku lupa, biar aku aja yg pergi asal di kasih tau tempatnya?"
"Engga apa-apa kok bareng aja, kan mama mu juga udah banyak bawa makanan." Tante Rima coba menenangkan aku.
Duduk di motor dengan Tante Rima, semakin membuat aku akrab, dia asik di ajak bercanda, serius dan selalu aja ada hal menarik yg kita bahas, dan romantis banget
" Engga apa-apa ya aku pegang pinggang kamu, takut jatuh " tanya Tante Rima sopan sambil melingkarkan tanganya ke pinggang ku hingga ke perut ku
" Engga apa-apa Tante " jawab ku, sambil berharap di peluk Tante Rima. Dadanya menempel di punggung ku, membuat aku berharap perjalanan ini akan jauh dan lama.
"Tante aku boleh Tanya?" Aku mengawali obrolan.
"Apa, kamu mau tanya apa" Tante mendekatkan wajahnya ke telinga ku.
"Beda berapa tahun sih, Tante sama mama aku?"
"Kita barengan dari SMP, cuma akrabnya saat bareng di SMA, paling beda bulan kali ya, tahun mah sama." Jelas Tante Rima
"Masa sih, serius Tante?" Tanya ku tak percaya.
"Emang kenapa sih, kok engga percaya?" Tanyanya balik.
" Menurut aku Tante umurnya 35 tahun jadi beda 7 tahunan kali ya" tebak aku
"Hmmmm .. bisa aja deh bikin Tante GeeR" sambil di mencubit perutku
" Aku serius Tante, beneran" jawab ku
"Makasih ya sayang, aku seneng dengernya" Tante Rima mencium pipi aku. Kita selalu saja ada yg di obrolin, sampai dua tempat kita mampir hingga pulang ke rumah lagi, aku membantu Tante menata makanan itu,
"Rio, kamu boleh tunggu di gazebo belakang sana, lebih nyaman, engga terganggu dengan kita-kita yg berisik, nanti aku suruh ibu Tami bikin minuman buat kamu,dan nanti aku kasih tau mama, kalo nyariin kamu" saran Tante Rima. Aku setuju,dan dia mengantar ku ke tempat yg dia maksud. Sudut belakang rumahnya yg asri.
Di sini lebih tenang, dan aku bebas merokok, suara obrolan temen-temen mama engga terlalu berisik meski masih sayup-sayup terdengar gelak tawa mereka, ibu Tami bawa satu baki penuh makanan dan minuman, ada kopi, dan minuman dingin sampai air mineral. Mama sempet menghampiri aku,
"Engga apa-apa agak lama mama di sini?"
"Iya, asal aku dapat uang extra buat besok"
"Iiiih, cowo matre" ledek mama,sambil pergi lagi. Aku menikmati malam ini, pertemuan ku dengan Tante Rima, terjalin akrab tapi memang berbeda antara mama sama Tante Rima, Tante Rima langsing dan berisi terlihat bentuk body yg indah, dadanya besar, perutnya rata, pinggul sexy dan kalo berjalan gemulai seperti penari, aku merasa akrab dengan Tante Rima, kayanya kalo Tante Rima nikah lagi masih banyak lelaki yg mau daftar. Yg terpenting buat ku BMW R27, gila, mimpi aja enga berani gw pengen punya, masih ORI semua bro..lengkap sampe lampu sen di ujung setang. Dia bolehin gw pake tuh motor, jadi mau buru-buru besok aja.malam itu kita pulang jam 10an dari rumah Tante Rima, sebelumnya Tante Rima sempet menghampiri ku untuk menyuruh ku makan, tapi aku kenyang makan macem-macem, dan sempet meminta aku save no nya, kalo aku besok jadi datang kabarin dia. Aku bilang pasti aku Dateng tapi engga tau jam berapanya.